Chapter 17

206 56 1
                                    

Terima kasih sudah mampir dan menetap^^

Happy reading~

•••••

Menulis sambil mendengarkan lagu memang paling pas.

Nggak ada yang bisa menggambarkan apa yang sekarang kurasakan selain lirik-lirik penuh makna yang mewakilkan perasaanku.

Entahlah ...

Aku pun bingung dengan yang kurasakan. Marah, sedih, senang, kesal, semua bercampur jadi satu dalam waktu bersamaan. Benar-benar mengejutkan!

Dear diary,

Aduh, udah kayak anak kecil aja aku. Tapi nggak apa-apa deh. Aku di sini cuma mau mencurahkan apa yang aku rasakan tadi siang di rumah Dewa.

Iya, di rumah cowok yang menyebalkan itu.

Entah bagaimana semesta mengatur segala pertemuan yang berujung dengan aku menemukan keberadaan sahabat kecilku, Ijal.

Bagaimana bisa semesta memutar-mutar takdir yang nggak semestinya.

Aku bersyukur berkat Ken akhirnya bertemu lagi dengan Ijal. Keadaannya sangat buruk. Aku nggak nyangka dia sampai seperti itu. Syok banget pas tau.

Lama nggak ketemu malah dikasih kabar kayak gitu siapa yang nggak sedih? Apalagi saling kenal dan emang dekat.

Aku nggak tau mau nulis apa lagi di buku ini sebab yang menjadi topik tulisanku sudah kutemukan.

Mungkin beberapa waktu ke depan aku nggak bakalan nulis lagi. Sampai akhirnya aku emang butuh lagi buat nulis.

Nggak ngaruh banyak emang, pasti aku dengan cepat balik nulis lagi karena kerinduan dengan orangtua di luar sana. Tapi gimana dong, aku aja bingung.

Mungkin aku cuma mau merapalkan kata terima kasih untuk semesta yang sudah berbaik hati mempertemukanku kembali dengan seseorang yang begitu kusayangi.

Semesta,
Terima kasih ya.

Terima kasih karena sudah mengembalikan sosok yang sangat berarti untukku.

Terima kasih karena sudah mempercayakan aku untuk terus bisa berada di sisinya.

Terima kasih karena sudah menjaganya dalam keadaan apa pun.

Terima kasih ...

Mungkin kalau nggak diberitahu dia ada di sana, aku sama sekali nggak bakalan pernah ketemu lagi. Dia belum sekolah lagi, kurasa dia berhenti.

Wajahnya masih sama. Cuma nambah beberapa bekas luka di bagian tertentu saja. Namun aku tentu dapat mengenalinya.

Tubuhnya lebih kurus dibandingkan sama yang terakhir kulihat.

Kakinya ... kakinya sakit.

Semesta tolong bantu aku sekali lagi. Tolong kuatkan dia, tolong temani dia.

Aku nggak sanggup melihat dia begitu tersiksa dalam menjalani hidup. Kenapa sih orang-orang melihat orang lain selalu dengan sebelah mata? Nggak bisa gitu menelusuri semuanya.

Dia anak baik. Nggak seharusnya diperlakukan nggak adil, apalagi sama saudaranya sendiri.

Beruntung dia bisa diterima oleh keluarga Dewa.

Buku Catatan Melati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang