Menyenangkan sekali bukan rasanya. Mencintai seseorang dan dicintai olehnya. Menghabiskan waktu bersamaan dengannya, melukis senyum menawan dan mengumbar tawa. Menyenangkan sekali rasanya. Berdua. Bersama.
Masih terasa seperti mimpi. Kini aku bisa bersama dengan Gara tanpa merasa bersalah pada Ijal.
"Gara?"
"Ya?"
"Tau nggak kenapa aku suka banget sama kamu?"
"Hmm ..." Gara berpikir sejenak. Kulihat wajahnya dari samping, rahangnya begitu tegas. Bulu matanya lentik, membuat senyum terus mengembang di wajahku. "Nggak tau."
"Karena kamu Gara."
"Karena ... aku Gara?"
Aku mengangguk. Dia lucu sekali.
"Iya. Karena kamu Gara makannya aku suka sama kamu."
"Kalo aku bukan Gara?"
"Yahhh ..." aku mendesah pelan. Kutatap wajah cowok di sebelahku dengan seksama. Mana mungkin aku bisa menjauh dari dirinya. Setelah sejauh ini, aku nggak akan mungkin mau meninggalkannya. "Mungkin aku nggak akan suka sama kamu. Karena yang aku suka itu Gara."
Nggak ada respon. Beberapa detik kemudian, perlahan kedutan di sudut bibirnya terangkat. Garis melengkung kini tergambar jelas dalam raut wajah manisnya. Gara tersenyum. Aku suka sekali melihatnya tersenyum.
Rasanya aku nggak mau waktu terus berlanjut. Ingin sekali menghentikan waktu agar aku terus bisa menatap senyumannya yang bahkan nggak bisa kuhilangkan dalam ingatanku.
Manis sekali.
"Jangan senyum!"
"Loh, kenapa?"
Kedua pipiku bersemu. Kenapa aku jadi malu begini? Bukankah dia sudah biasa tersenyum padaku. Tapi kenapa rasanya sekarang berbeda. Ditatap olehnya saja membuat tubuhku berdesir nggak keruan. Apa begini rasanya jatuh hati sejatuh-jatuhnya pada seseorang. Kalau memang benar, kuharap aku menjatuhkan hatiku pada orang yang tepat.
"Nanti aku nggak bisa lupain kamu!"
"Bagus dong?" balas Gara yang semakin melebarkan senyumannya. "Aku gak mau ya kalo kamu ngelupain aku!"
"Ish!"
Gara menatapku. Ish, malu sekali. Bisa nggak sih Gara nggak usah melihat ke arahku terus menerus. Membuat malu saja.
"Kenapa?"
"Diem deh!"
"Dih, salting."
"Siapa juga yang salting?!" sergahku cepat. Sial. Kedua bola mata kami saling bertubrukan.
Dia tertawa kecil. Nggak ada hal yang lucu namun derai tawanya terdengar menyenangkan. Mengapa aku baru sadar kalau Gara benar-benar makhluk yang sangat sempurna di mataku.
Ahhh... benar-benar sangat menyenangkan.
Menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang kamu sukai memang nggak akan pernah bisa dilupakan. Rasanya mau terus bersama tanpa dipisahkan.
Langit malam terlihat sangat indah. Warnanya cerah, secerah hatiku saat ini. Dari belakang rumah, aku bisa melihat dengan jelas bintang di atas langit yang berkerlap-kerlip. Seperti menyambut kebahagiaan dua insan yang kini merasa lega bahwa akhirnya mereka saling menyayangi.
Seolah semesta sudah tahu bahwa ada sepasang manusia yang bertahan sejak lama dan akhirnya mendapatkan akhir yang diinginkan. Bahagia.
Semilir angin berhembus menerpa wajah kami. Menepuk-nepuk menyadarkan bahwa semua ini bukanlah mimpi semata. Masa sulit yang sudah dilewati bersama kini telah usai. Masa terpuruk yang menyebalkan kini telah berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Catatan Melati [Complete]
Teen Fiction( harap follow lebih dulu, biasakan apresiasikan karya seseorang ) Melati Adeswara adalah perempuan kuat yang selalu tersenyum dalam menjalani kehidupannya. Melati tak pernah mengeluh kepada orang lain atau pun Tuhan yang sudah menciptakannya. Hid...