Chapter 21 ==> Merdu (?)
Dipublikasikan: 19 September 2019
©DeraiAksara🌌
Bel istirahat kedua pada pukul 10.20 baru saja berbunyi, tapi kami masih menyelesaikan catatan IPA cabang Fisika tentang energi. Di kedua papan tulis putih milik kami, tertoreh tinta spidol yang segaja diukir gambar pohon, kelapa, jalan, mobil, dan banyak lagi. Kemudian angka-angka serta rumus.
Di sana juga ada tulisan:
Ep = m.g.h
Ek = ¹/₂.m.v²
Em = Ep + EkOke, yang terakhir terlihat simpel, hanya perlu menjumlahkan energi potensial dan energi kinetik. Namun, jika kedua energi yang akan dijumlahkan itu belum diketahui hasilnya, bagaimana?
Maka, rumusnya akan berubah menjadi begini:
Em = (m.g.h) + (¹/₂.m.v2)Belum lagi kalau rumusnya harus dibalik-balikkan, diguling-gulingkan, diputar-putar sampai sukses menemukan hasil yang tepat.
Ribet, bukan?
Dian, Dita, Tiara, dan aku bergerak ke kantin atas. Kami jarang ke kantin bawah yang jaraknya hanya sepingkang kera dari kelas kami, karena kantin itu merupakan kampnya murid-murid 8.B Atletik. Selain itu, kantin bawah juga selalu ramai, berdesak-desakkan, butuh perjuangan ekstra untuk dapat menjangkau makanan di sana.
Sama sepertiku, yang harus berjuang mati-matian demi memdapatkan seseorang, meskipun tak dapat-dapat.
Buchen teroossss!
"Ko belik apa, Zul?" tanya Tiara yang tengah berusaha menarik sebungkus keripik ubi dari gantungannya.
"Beng-beng memang satu, makannya yang beda ...."
"TAK USAH NYANYI, SUARA KO MERDU!" Tiara menginterupsi nyanyianku dengan berteriak.
"Suara ko telampau merdu, Zul," sahut Dita.
Dian yang tadi hanya tertawa sekarang ikut menimpali, "Kami tak mau suara merdu ko terbuang sia-sia, makanya kami tak mau ko nyanyi." Setelah itu, mereka semua tertawa puas.
Akoh belyke:
🌌
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Olimpiade
Humor[Humour Series 1] (TAMAT) ⚠️Peringatan! Beberapa chapter mengandung sensitivitas yang tinggi. Harap jangan dimasukkan ke hati dan kepala, abaikan saja 🙏 "Masa putih-abu adalah masa yang paling indah." Pikir-pikir lagi, deh. ________________________...