Chapter 16 ==> Ssstt ... Jangan Bilang-Bilang Anak Sebelah.
Dipublikasikan: 23 Desember 2019
©DeraiAksara🌌
Hari ini jadwal waka kesiswaan ter-legend yang mengajar, siapa lagi kalau bukan Bu Evi. Namun lagi-lagi harus berakhir dengan jam kosong, karena beliau sedang ada urusan. Maklum artis Tanjungpinang, begitu kata beliau.
Jam kosong tidak membuat murid abwaras itu terpekik telolong, berperang menggunakan alat kebersihan kelas, teriak-teriak aku gay, mencampak Kelvin ke dalam tong sampah, ataupun menggombali Aulia dengan gombalan: kamu tahu nggak persamaan kamu sama bunga?
Buku LKS Bahasa Indonesia semester genap dengan jumlah 64 halaman yang tidak termasuk daftar isi dan prakata itu lebih menarik bagi kami.
Pernah kejadian di kelas 7.A, ketika pemeriksaan catatan masih ada siswa yang belum melengkapi, Bu Evi tunggu sampai jam 3 sore. Hadeuh, kami tak mau balik sore, Bung.
Derap langkah kaki dari kelas sebelah tidak membuat perhatian teralih. Ketika seorang wanita masuk ke dalam kelas kami dengan membawa beberapa tempelan tiga dimensi hitam-putih di tangannya, baru, lah, kami serempak memfokuskan mata kami ke depan.
Bu Evi datang dengan tempelan tiga dimensi bergambar Menara Eifel, Sydney Harbour Bridge dan Sydney Opera House, Taj Mahal dan beberapa bangunan lain lengkap dengan kupu-kupu serta burung yang seolah terbang di atasnya.
"Apa tu, Buk?" tanya Kelvin.
Bu Evi meletakkan gambar tiga dimensi itu ke meja. Matanya menyapu ke seluruh ruangan.
"Ini untuk kalian. Tempel di tembok."
"Punya siapa, Buk?" Giliran Jerry yang bertanya dengan suara khasnya.
Bu Evi berdecak malas. "Ini punya tujuh-E, tapi tak ditempel-tempel juga. Ibu kasih kalian aja."
Ingat, kan, Bu Evi ini dahulj wali kelas 7.E..
"Kenapa tak tempel di lapan-B aja, Buk?"
Tahun ini beliau menjadi wali kelas 8.B..
Bukan kami tak mau menerima pemberian sang guru, tetapi kami masih mau bersekolah dengan tenang tanpa gangguan dari mereka.
"Delapan-B mayoritas laki-laki, nanti rusak. Tempel aja di tembok kalian. Tapi," Bu Evi meletakkan telunjuknya secara vertikal di depan mulut hingga keluar bunyi desisan, "jangan bilang-bilang sama mereka."
"Siap, Buk!"
Oke, setelah hari ini, hidup kami akan dipenuhk rasa was-was.
🌌
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Olimpiade
Humor[Humour Series 1] (TAMAT) ⚠️Peringatan! Beberapa chapter mengandung sensitivitas yang tinggi. Harap jangan dimasukkan ke hati dan kepala, abaikan saja 🙏 "Masa putih-abu adalah masa yang paling indah." Pikir-pikir lagi, deh. ________________________...