Chapter 12 ==> Kalau Salat Jenazah, Mau.
Dipublikasikan: 27 Juni 2019
©DeraiAksara🌌
Hari Sabtu
Hari ini seharusnya pelajaran Seni Budaya, tapi karena gurunya ada urusan, jadi jam kosong, deh.
Oh, ya, sedikit info. Sekolahku belum menerapkan sistem fullday school. Kami masuk pukul 7 dan pulang pada pukul 12.45 untuk Hari Senin, pukul 12 untuk Hari Selasa-Kamis, pukul 10.55 untuk Hari Jum'at, dan pukul 11.35 untuk Hari Sabtu.
Sebelumnya, kami sudah diinfokan dan dilatih oleh guru SBy agar dapat memainkan recorder dengan benar (alat musik yang mirip seruling). Sebab, kami akan mempersembahkan permainan recorder itu untuk HGN dan HUT PGRI bulan depan. Karena gurunya tidak masuk, jadilah kami berlatih sendiri, berlatih suka-suka tepatnya.
Aku sudah meniup-niup recorder-ku sedari tadi. Kini aku memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Perhatianku teralih kepada segerombolan yang sedang membuat maha karya di papan tulis. Ada yang membuat gambar boneka beruang, Doraemon, sampai Winter Woods (itu, Iho, si mayat yang dijahit dan dihidupkan kembali agar menjadi manusia).
Aku menghampiri mereka. Dan sekarang mereka malah menjabarkan aljabar yang harus dijabarkan panjang-panjang di papan tulis.
Aku mengambil alih spidol yang dipegang Chindy.
Sesuatu yang kutulis adalah: 2pq + 4bc -5zy +1 zy +1pq +3bc
"Jawab, Woy!" teriakku.
Zahra mengambil alih spidol yang kupegang.
Oke, kuberitahu, dia memang pemegang peringkat satu di kelas 7.A, dan aku hanya peringkat lima.
Zahra menuliskan jawaban di papan tulis berwarna putih yang terpajang di hadapannya.
=2pq + 1pq + 4bc+ 3bc-5zy + 1zy
=3pq + 7bc-4zyYak, jawabannya tepat!
Catat, ya! Aku di bawahnya, bukan berarti aku bodoh. Yah, kendati sering remedial pada materi aljabar. Hehe.
Setelah menjawab soal dariku dengan tepat, Zahra kembali melukis-lukis di papan tulis menggunakan spidol. Sesekali spidol itu berpindah dari tangan satu ke tangan yang lain. Aku? Aku hanya menghapus garis yang ada di papan tulis.
Percayalah! Menghapus spidol menggunakan tangan kosong, membuat sensasi tersendiri.
"Zul, muka ko hitam," tegur Zahra.
Hah! Aku mengibaskan tanganku di depan wajahnya. Yaa ... aku tahu mukaku ini memang hitam, tidak seputih Zahra (maksudku pucat), tapi jangan kau hina aku begitu, Maemunah !!!!
"Haha ... aku tahu, lah, aku hitam."
"Ih, betul, Zul. Muka ko hitam tu."
Oke, aku coba percaya. Aku berlari ke belakang kelas, kemudian memberi alas pada jendela berupa sebuah buku agar aku dapat becermin di sana.
Dan ...
Ternyata benar. Hitam terkena tempias dari spidol dan penghapus Aku meraih botol minum besar milikku yang isinya tinggal setengah. Di luar kelas, aku mulai membasuh muka.
Setelah dirasa wajahku bersih, aku kembali melangkah masuk ke dalam kelas, menghampiri mereka yang masih melukis di papan.
"Woy! Ada yang mau Salat Dhuha sama aku?" tanyaku karena posisinya wajahku basah seperti habis berwudhu.
Jerry menyahut, "Hahaha ... kalau salat jenazah, mau."
Bangsat! Kau menyumpahi aku mati?!
🌌
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Olimpiade
Humor[Humour Series 1] (TAMAT) ⚠️Peringatan! Beberapa chapter mengandung sensitivitas yang tinggi. Harap jangan dimasukkan ke hati dan kepala, abaikan saja 🙏 "Masa putih-abu adalah masa yang paling indah." Pikir-pikir lagi, deh. ________________________...