28. Haa, Bukan Kami!

322 65 2
                                    

Chapter 28 ==> Haa, Bukan Kami!

Dipublikasikan: 3 Januari 2020
©DeraiAksara

🌌

Kalau ada penghargaan kelas ter-sontoloyo, penghargaan itu pasti disematkan pada kelas 8.A.

Beberapa menit yang lalu, kami yang tengah menyalin materi bahasa Indonesia ke buku catatan dikejutkan oleh suara benda yang pecah, seperti kaca. Setelah diperiksa, ternyata pot batu besar -berisi daun apalah itu- yang terletak di depan jendela terakhir kelas kami pecah. Pot malang itu dikelilingi banyak orang di sana.

Duh, kasihan.

"Siapa yang pecahkan pot?" tanya Bu Evi di kelas kami. Tadi memang Bu Evi tidak masuk. Mendengar ada keributan, sibuk beliau turun tangan. Ya, maklum, waka kesiswaan.

"Lapan B, Buk," jawab beberapa teman kami. Aku, Dita, Dian, Tiara, Febi, dan Djulia, serta beberapa teman lain yang memang tidak tahu-menahu, hanya diam.

Bu Evi keluar kelas untuk waktu yang lama. Entah mau ngapain.

Beberapa dari kami melanjutkan catatan, sebagian yang lainnya melongok ke arah jendela.

"Anak lapan B bilang kalian yang rusakkan," ujar Bu Evi sekembalinya dari luar kelas.

"Ih, lapan B tu, Buk, yang pecahin potnya."

"Iya, Buk, anak lapan B."

"Anak lapan B, lho, Buk."

Bu Evi terlihat frustrasi mendengar sahutan yang menyalahkan kelas 8.B. Ia keluar kelas lagi untuk beberapa saat, kemudian muncul lagi di kelas 8.A.

"Anak lapan B bilang, anak kelas tujuh yang pecahkan pot." Bu Evi memberitahu kami.

"Haa, anak kelas tujuh, lah, berarti. Bukan kami!"

Aku meninju kening sendiri. Ya Allah ... murid kelas ini kenapa tidak bisa waras satu hari saja, sih?

🌌

Kelas OlimpiadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang