Chapter 26 ==> Wahai Menteri Kelautan dan Perikanan, Tenggelamkan Saja Makhluk Mars Ini!
Dipublikasikan: 31 Desember 2019
©DeraiAksara
🌌
Dita dan aku mengangkat tubuh kami dari kursi. Aku akan menemani Dita mengantar piring kaca bekas mi lendir yang kini bersemayam di perutnya. Kantin bawah sudah kembali ke habitatnya -di belakang ruang OSIS-MPK-, tidak di depan kelas 8.B lagi. Jadi sekarang kalau mau ke kantin bawah, tapi ogah lewat depan kelas 8.B, kami lewat belakang kelasnya, hwhwhw.
"Nak kemana?" tanya Febiola Marina anaknya Tante *******. Sengaja disensor, aku tak mau dislepet oleh anak itu.
Dita mengelap mejanya yang sedikit terkena kuah kacang menggunakan tisu. "Ke kantin, antar piring."
"IKUT!" Refleks aku menyumpal kedua lubang telinga demi mendengar suara cempreng si Djulia.
"Ayo, lah."
Djulia setengah berlari menuju koridor depan kelas. Kami baru sampai di depan pintu ketika sepupunya Suzzana itu sudah di depan kelas 8.B.
"Kaja, Zul, Dit."
Aku spontan berhenti. Dita yang awalnya terus berjalan, melihatku berhenti, dia ikutan berhenti.
Djulia, manusia bersuara cempreng yang baru saja meneriaki kami tadi, lantas berdecak kesal.
"Kaja, Woy!"
Aku melihat ke bawah, lalu ke piring yang ada di tangan Dita. Lihat ke bawah lagi, lalu lihat ke piring lagi.
"Kok berhenti? Sini ke kantin!" Lagi Djulia menyerukan agar kami meneruskan langkah. Woho ... aku berhenti jalan karena tidak mau menginjak kaca yang Djulia bilang. Namun dari tadi aku perhatikan ubin di bawah, tidak ada serpihan kaca sama sekali. Kulirik piring kaca Dita, juga tidak ada yang compes.
"Kaja, Zuli! Kaja, Dita!"
"Mana kaca, Ju? Aku tak tengok kaca apa-apa, lah. Ya, kan, Dit?" Aku meminta dukungan Dita, sebab memang tidak ada kaca apapun selain piring utuh di tangan Dita. Dita mengangguk mantap mengiyakan argumenku.
"Kaja, Zuli! Artinya ayo pergi. Ayo kita pergi ke kantin. Ngapain kalian malah berdiri macam orang-orangan sawah?!"
Aku melongo. Kaca artinya ayo pergi? Sejak kapan kaca berubah arti? KBBI jilid ke berapa ini?
"Ko dapat kosakata dari mana, sih, Ju? Aneh kali."
Djulia menghentak-hentakkan kakinya. Ia berbalik memasuki kelas.
"Gak jadi ke kantin," semburnya, seakan tahu kebingunganku. " WAHAI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, TENGGELAMKAN SAJA MAKHLUK MARS INI!"
Aku memelototkan mata kepada Djulia. Yah, sebenarnya melotot versiku adalah memejam versi Djulia. Iya, karena aku sipit!
By the way, anyway, busway, aku tidak salah, ya. Siapa suruh si Djulia pakai bahasa Merkurius.
Dan ... sejak kapan anak itu ketularan Zahra?!?!
🌌
Kalau di Google Translate, tulisannya Gaja, ya. Au ah, aku buta bahasa Korea. Koreksi, ya.
Bye-bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Olimpiade
Mizah[Humour Series 1] (TAMAT) ⚠️Peringatan! Beberapa chapter mengandung sensitivitas yang tinggi. Harap jangan dimasukkan ke hati dan kepala, abaikan saja 🙏 "Masa putih-abu adalah masa yang paling indah." Pikir-pikir lagi, deh. ________________________...