01
Lagi-lagi kulihat ledakan pada tayangan berita siang ini, negara berkembang melakukan penyerangan di negara tetangganya dengan alasan pencurian sumber daya alam. Mengherankan bukan? bagaimana bisa sumber daya alam dapat dicuri dengan begitu mudah, dan kenapa pula negara itu tega mencurinya?
Ah sudahlah, akhirnya kucari tayangan lainnya. Ada tanyangan animasi yang bercerita tentang kesederhanaan keluarga yang hidup dimasa lalu. Seketika aku membayangkan hidup disana, hidup di masa saat TV masih berbentuk layar dari kaca. Segala hal disana begitu merepotkan.
Yang semakin aneh adalah, kenapa aku memaki tayangan TV? Apa aku selalu seaneh ini? "Hei aneh, sepertinya kau harus memerima kekalahan." Gumamku. Aku ingat beberapa tahun yang lalu saat masih naif dan manja, hanya dengan terpeleset di taman hiburan lalu ditertawakan, aku bisa mengamuk di kamar hotel dan menghancurkan barang disana.
Sekarang Aku benar-benar kesal, marah, dan hampir tak dapat berpikir apa-apa. Hal yang masih bisa kupikirkan hanya pesan ibuku beberapa tahun lalu, dengan suara lembut kuingat ia bilang "Saat putus asa, tutup matamu, lalu pikirkan semua hal tentang dirimu. Saat matamu terbuka kau akan siap menghadapi semua masalah apapun." Ya, memang menggelikan, tapi kupikir tidak ada salahnya kucoba, maksudku apa ruginya? Kucoba memejamkan mataku, lalu bergumam "Aku Sheen Orxyz Raharjo," Saat awal memulai badanku agak bergidik malu, namun tetap kulanjutkan. "Aku pintar, kurasa juga tampan, dan orangtuaku luar biasa. Ayahku Indra, adalah pengusaha otomotif, dosen, dan salah satu orang terhebat didunia, seridaknya dimataku. Ibuku, dia menyebalkan. " Aku sedikit tertawa "tapi dia orang yang selalu sayang padaku dan rela mengorbankan banyak hal untukku." Aku teringat beberapa kali ia menolak banyak tawaran kerja bila aku tidak menyutujuinya, sekalipun itu tawaran besar yang berpengaruh pada karir arkeolognya. "Maaf aku selalu menyusahkanmu, Bu. Bahkan sampai sekarangpun aku belum bisa membuatmu bangga." aku terbawa perasaan dan tanpa kusadarai meneteskan airmata.
"Aku Arzuu Mirolgo,"Aku mendengar suara seseorang. Seketika kubuka mataku dan mengusap sedikit air mata. Kulihat ibuku sudah duduk disisi ranjang, ia menutup mata meniruku.
"Aku jatuh cinta dengan suamiku, meski kini sebagian cintaku kuberikan pada satu-satunya anakku. Setiap detik dalam hidupku, aku tidak pernah sebangga ini memilikinya. Dia membuatku tersenyum dan tidak sekalipun membuatku kecewa. Aku selalu menjadi ibu paling beruntung di dunia." Dia terhenti sepreti memikirkan sesuatu. "Saat dia sudah menikah aku harap dia mendapat istri cantik, pandai memasak, dan tahu memperlakukannya dengan baik."
Sebelum Ibu menyelesaikanya, aku bangun dari ranjang dan memeluknya. Kulihat ia kaget, matanya terbuka namun aku mengeratkan pelukanku. "Sudahlah, jangan bicara aneh-aneh." Kulihat ibuku tersenyum. "Untuk masalah istri, itu masih lama. Aku baru lulus SMP sebulan lalu, tidak perlu buru-buru."
"Ibu mau jaga-jaga, istri kamu harus kuat, karena dia tidak tahu bencana apa yang akan dia nikahi."
"Maksud Ibu apa?" Tanya ku dengan tatapan sinis
Ibu membalikan badannya, sehingga kami saling berhadapan, lalu ia menjitakku sambil tersenyum. "Ibu bercanda, sana mandi. Ibu dengar hotel ini banyak hantu dari orang-orang yang bunuh diri dan dibunuh. Bila kau terlambat mandi, maka darah-darah mayat itu akan mengalir di pancuran kamar mandi." Ibu tertawa konyol ala pemeran antagonis.
"Sudah sebanyak apa film horror yang ibu tonton akhir-akhir ini? Ibu kan dosen, kenapa mudah begitu terdoktrin film." sindirku
"Biarkan saja." Jawabnya. "Kadang tontonan tak logis itu penting untuk mengembangkan imajinasi."
Aku lelah, sungguh. Berdebat masalah media massa dengan ibu, pasti berujung aku yang kalah argumen. Kuputuskan untuk bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)
Mystery / ThrillerOblivious adalah program pemerintah di masa-depan, dimana setiap tahun satu orang anak akan terpilih menjadi HOPE dan berhak atas beasiswa penuh di Universitas dunia yang bebas ia pilih pada malam penobatan. Menjadi HOPE adalah impian semua anak, na...