31
Saat kami tiba di ruang kontrol CCTV. Kami bersama-sama melihat hasil rekaman CCTV yang diberitahu Ivander. Benar saja, saat rekaman itu kembali di putar kami melihat dengan mata kepala kami sendiri bahwa ada seseorang yang memanjat gerbang sekolah dan menyusul pak Dimas. Saat aku mendekat dan memperhatikan siapa orang itu, aku yakin sekaligus terkejut bahwa orang itu adalah Senji.
"Jadi itu Senji yang kalian sebutkan tadi? Benar-benar mencurigakan." Ucap detektif Wimpey. "Anak ini benar-benar dalam masalah besar." Tambahnya.
"Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, detektif." Ucap Pak Regan, lalu memandang orang-orang seisi ruangan. "Kami menemukan benda ini," Ia menunjukan alat setrum yang tersimpan di dalam plastik transparan. "Dengan hasil sidik jari pada alat ini, saya rasa kita baru bisa menyimpulkan siapa pelakunya."
"Hebat! Kalian menemukan bukti yang sangat kuat." Seru Ivander. "Kira-kira kapan hasilnya bisa di ketahui?"
"Bapak rasa besok hasilnya akan keluar. Saat itu, kita sudah bisa melakukan penangkapan." Ucap pak Regan.
Aneh, itulah yang pertama kali kurasakan sekarang. Hatiku menentang Senji sebagai pelakunya, namun entah mengapa pikiranku seakan membentuk kesimpulan berbeda yang menyatakan bahwa Senji adalah pelakunya. "Aku ingin keluar," Ucapku murung. Seisi ruangan hening. "Aku ingin melihat tubuh pak Dimas sekarang." Tambahku.
"Baiklah Sheen, Silahkan." Pak Regan mengizinkanku. Mungkin karena iba melihat kemurunganku.
Aku berjalan keluar dari ruangan itu dengan langkah yang lemas. Setiap langkahku seakan semakin membuatku pedih mengingat kedekatanku dengan pak Dimas. Saat aku melintasi ruangan pak Dimas, aku sedikit melirik kedalamnya. Meski sekarang berisi beberapa petugas yang sedang memeriksanya, namun masih bisa kulihat ruangan itu memang tidak memperlihatkan tanda-tanda adanya tindak kriminal. Kondisinya masih sangat rapi dan tidak ada kerusakan apapun. Aku teruskan langkahku menuju luar sekolah untuk mengambil mobilku yang kuparkirkan. Melihat apa yang terjadi di TKP membuatku ingin segera melihat tubuh pak Dimas untuk terakhir kalinya di rumah sakit. Kunyalakan dan kulajukan mobilku menuju rumah sakit. Sudah separuh jalan kulintasi menuju rumah sakit, namun tengah perjalanan tiba-tiba NC-ku bergetar dan saat kulihat dilayar ternyata Ibu Senji menelponku. Aku melambatkan mobilku dan kuangakat panggilan itu.
"Sheen-kun! Tolong tante!" Ucap Ibu senji histeris. Seketika kuhentikan mobilku.
"Ada apa tante?! Tante kenapa?" Tanyaku bingung.
"Senji, Senji tidak ada dirumah. Sebelum tante pergi keluar pagi ini ia masih ada, saat tante kembali Senji sudah tidak ada, kamar Senji dan kamar tante juga sudah berantakan. Bagaimana ini Sheen-kun, tante khawatir." Ucapnya sambil terisak.
"Sekarang tante tenang. Sheen akan segera kesana, tunggu sebentar."
"Baiklah." Jawabnya terisak. Aku memutar balik mobilku lalu melaju menuju apartemen Senji.
Saat tiba di apartemen Senji, aku bergegas memarkirkan mobilku dan segera menuju lantai apartemennya. Aku mengetuk pintu apartemennya dan saat pintu terbuka, kulihat ibu Senji masih terlihat sedih dan langsung memelukku. "Bagaimana ini Sheen-kun? Senji kemana?" Ucap Ibu senji masih terisak.
"Tante, ayo duduk. Tenangkan diri tante." Aku menuntunnya menuju meja makan dan mendudukannya di kursi. Saat kulihat ia sudah mulai tenang, aku mulai bertanya kepadanya. "Tante, sekarang tante bisa menceritakan semuanya kepada Sheen. Tapi jangan di paksakan, cerita saja pelan-pelan."
"Semalam, Senji pulang sangat larut. Senji mungkin tidak ingin membangunkan tante, sehingga ia masuk dengan mengendap-endap. Namun karena tante sadar Senji datang, akhirnya tante keluar kamar dan menyalakan lampu ruang utama untuk memastikan itu Senji. Saat tante menyalakan lampu, benar saja itu memang senji. Namun anehnya Senji terlihat terkejut dan cemas saat tante menyalakan lampu. Saat tante bertanya kemana ia pergi hingga pulang selarut itu, ia tidak menjawabnya dan langsung masuk kedalam kamar." Ibu Sheen kembali terisak. "Pagi ini, tante pergi berbelanja dan sebelum berangkat tante mengetuk pintu kamar Senji untuk menanyakan apa yang ingin ia makan hari ini. Tanpa membuka pintu, Senji hanya berteriak bahwa ia tidak ingin makan apa-apa dan tidak bicara apa-apa lagi. Saat tante kembali setelah berbelanja, tante terkejut karena pintu kamar senji terbuka lebar dan tante dapati kondisinya sudah berantakan dan semua pakaian Senji sudah tidak ada. Tak sampai disitu, saat tante memeriksa kamar tante, kondisinya-pun tak jauh berbeda. Namun saat tante periksa, tidak ada barang yang hilang kecuali.." Ucapnya menggantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)
Misterio / SuspensoOblivious adalah program pemerintah di masa-depan, dimana setiap tahun satu orang anak akan terpilih menjadi HOPE dan berhak atas beasiswa penuh di Universitas dunia yang bebas ia pilih pada malam penobatan. Menjadi HOPE adalah impian semua anak, na...