40
Hari ini adalah hari terakhirku di Jakarta. Malam ini pesawatku akan terbang melintasi langit membawaku ke Inggris. Kemarin Ibuku sudah cukup boros membuatkanku pesta perpisahan di salah satu hotel ternama di Jakarta, dengan menggundang semua keluarga, teman dekatnya serta juga teman dekatku. Semua orang yang kukenal datang disana untuk mengucapkan selamat berjuang padaku. Ya, hampir semua kecuali Lucas. Kalau dipikir, sudah sekian lama aku tidak menemui Lucas, kurasa aku merindukannya juga. Kupikir hari ini tidak ada salahnya aku menemuinya sebelum aku berangakat nanti malam.
Aku segera menuju garasiku dan mengambil mobil lamaku untuk pergi menuju penjara tempat Lucas ditahan. Ya, mobil lamaku. Karena mobil baru yang kudapatkan saat malam penobatan, kuputuskan untuk kukirim ke Inggris sebagai alat transportasiku disana. Setidaknya bisa menghemat uang sakuku di sana, karena kutahu biaya transportasi umun disana tidaklah semurah menggunakan kendaraan sendiri, meskipun risikonya aku harus ekstra sabar mencari tempat parkir disana.
Jalan menuju penjara tidaklah jauh, setelah memarkirkan mobilku disana aku segera meminta izin membuat kunjungan ke sel Lucas. Aku di beritahu bahwa saat ini Lucas sedang mendapat kunjungan, sehingga aku harus menunggu sampai tamu yang mengunjunginya selesai. Sekitar tiga puluh menit, akhirnya aku di izinkan untuk memasuki ruangan kunjungan. Aku memasuki lorong bersama salah satu petugas kepolisian. Aku melihat seorang pria yang mungkin berusia dua puluhan keluar dari ruang kunjungan yang aku yakin adalah ruang kunjungan Lucas. Pria itu tinggi, sedikit lebih tinggi dari Lucas, bertubuh sangat atletis, berwajah yang sangat tampat dengan kumis dan jenggot tipis. Rambutnya hitam pekat yang tersisir rapi kebelakang, dengan jas bermerknya aku yakin pria itu pasti sangatlah kaya. Tapi pertanyaannya adalah, siapa dia? Dan mengapa dia menegenal Lucas?
Polisi yang mengawalku berhenti di depan pintu dan mempersilahkanku masuk sendiri kedalam ruangan itu. Aku memasuki ruangan itu dengan cukup gugup, namun kupaksakan untuk duduk dikursi tepat didepan kaca dengan Lucas yang sudah duduk di seberangnya.
"Betapa beruntungnya aku bisa di kunjungi oleh HOPE ke-51." Ucapnya dengan nada menyindir diri sendiri.
Aku mencoa metatap kedua matanya. Matanya masih tetap sama, mata coklat besar yang terlihat ramah dan damai. Sama sekali bukan mata seorang pembunuh. "Bagaimana kabarmu Lucas?" Ucapku datar.
"Jika menurutmu terkurung di ruangan seluas tiga kali tiga meter adalah sesuatu yang menyenangkan. Ya, kupikir kabarku cukup baik." Ucapnya sinis.
"Hentikan Lucas!" Aku naikan nadaku. "Jangan buat seolah-olah aku yang memenjarakanmu disini. Kau dipenjara karena perbuatanmu sendiri. Kau memanipulasi nilai, kau membunuh seseorang, dan lebih buruknya kau memfitnah seseorang atas perbuatanmu." Aku semakin gusar padanya.
"Diamlah kalau kau tidak tahu alasanya!" Dia menghentak kaca didepanku yang membuatku nyaris terjatuh dari kursi saking terkejutnya.
"Alasanya?"
"Ya, kau tidak tahu kan alasannya." Jawabnya. Aku hanya menggeleng. "Aku lahir di salah satu pulau di Masalembo." Ucapnya sedikit murung. "Aku tinggal disana dengan sangat bahagia bersama Ayah dan Ibuku. Meski pulau itu tersembunyi, namun kami yang tinggal disana selalu berkecukupan dan tidak membutuhkan bantuan dari dunia luar untuk memenuhi kebutuhan kami. Kami berkebun, beternak, bahkan membuat pabrik pakaian untuk diri kami sendiri. Benar-benar pulau yang mandiri, kami semua bahkan memiliki sambungan internet dan stasiun TV sendiri yang berdiri kokoh diseberang pulau kami. Kau tahu, stasiun TV itu selalu memberikan berita mengenai dunia luar secara objektif, sehingga kami tidak akan terpengaruh berita bohong di internet. Di didalam stasiun TV yang sangat besar itu juga di bangun fasilitas militer untuk berjaga-jaga jika hal yang tidak di inginkan terjadi. Awalnya kupikir badan militer itu tidaklah terlalu penting, sampai akhirnya hal itu terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)
Mystery / ThrillerOblivious adalah program pemerintah di masa-depan, dimana setiap tahun satu orang anak akan terpilih menjadi HOPE dan berhak atas beasiswa penuh di Universitas dunia yang bebas ia pilih pada malam penobatan. Menjadi HOPE adalah impian semua anak, na...