Clarity (34/40)

8 2 0
                                    

 34

Satu hal yang aku ketahui tentang Clyde, jangan pernah percaya pada mulut besarnya. Dua jam yang lalu ia bilang tidak enak untuk tidur di tempat tidur Senji, namun kini ia sudah terlelap tidur di ranjang itu. Sementara aku dan Senji masih berdiskusi di sofa tentang rencana kami.

"Dia lebih penuh kejutan dibanding kau, Sheen." Ucap Senji sambil mengarahkan matanya pada Clyde.

"Ya, pria berengsek itu memang selalu membuatku terkejut." Jawabku. "Senji," Aku kembali fokus pada diskusi kami. "Aku bisa saja mengusut penyelidikan ini sendirian, tapi dengan posisimu yang jauh dari Jakarta, tentu akan semakin membuat orang-orang curiga."

"Kurasa kau harus bercerita kepada polisi tentang keberadaanku dan membiarkanku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi ke polisi. Dengan begitu, kau tidak akan dicurigai bersekongkol denganku." Jawabnya seakan sudah buntu ingin menyerahkan diri kepolisi.

"Tidak, aku tidak akan melakukan rencana itu." Ucapku. "Kau bisa saja dianggap melakukan pernyataan palsu, dan mereka akan tetap memenjarakanmu. Bila kau tidak dipenjara-pun, tetap saja pelaku sebenarnya tidak akan tertangkap, karena tidak ada satupun bukti yang mengarah padanya."

"Lalu bagaimana, Sheen? Kurasa aku memang harus tetap bersembunyi, sampai kau mendapatkan bukti yang memberatkan pelaku sebenarnya. Aku tidak masalah dicurigai orang-orang. Karena aku yakin, saat kau berhasil memecahkan suatu kasus semuanya akan jelas. Semua orang yang mencurigaiku pasti akan balik membelaku." Ucapnya dengan nada yakin.

"Baiklah, jika itu maumu. Akan kulakukan semampunya."Aku menguap. "Kurasa aku perlu tidur, Senji." Pintaku.

"Ya, benar. Aku juga ingin tidur." Dia bangkit menuju tombol lampu manual. "Kau tidurlah di Sofa itu, aku akan tidur di sofa biru di sebelahnya." Ia mematikan lampu dan aku mulai mencoba tidur.

Tidurku cukup tenang, hingga tak berapa lama aku terbangun. Entah mengapa perasaanku tidak enak. Aku mendengar sesuatu, aku mencoba untuk tenang, kini aku yakin itu suara langkah kaki yang sangat perlahan. Kulihat sekeliling, semuanya masih aman. Senji masih tertidur pulas begitupun Clyde. Aku mengambil NC-ku untuk melihat jam. Sial, aku terbangun di tengah malam, seharusnya aku bisa menghemat tenaga dengan tidur lebih lama lagi. Suara langkah kaki semakin kudengar. Suara itu masih terdengar perlahan, namun dari bunyinya seperti suara sepatu tentara.

Astaga, mereka pasti HAWK. Aku segera mengantungi NC-ku dan segera membangunkan Senji. Benar saja empat orang HAWK memecahkan kaca penginapan ini. Mereka menembakan sesuatu kearah kami, karena aku yakin target mereka adalah Senji, aku mendorong Senji hingga peluru itu meleset dan menancap pada sofa jauh dari senji dan malah meleset dekat padaku. Aku berlari menyalakan lampu dan Senji segera menyerang salah satu HAWK itu. Kulihat Clyde sudah bangun dan menghajar seorang HAWK yang mebawa senjata. Dua orang HAWK menghampiriku dan mencoba memukul wajahku. Untunglah aku bisa menghindarinya, dan dengan kuat kutendang perutnya dan kupukul wajah mereka. Senji dengan brutalnya, membenturkan kepala HAWK yang bertopeng itu kedinding hingga ia tak sadarkan diri. Clyde yang sudah berhasil membuat lawannya tak berdaya, membantuku membereskan kedua sisanya. Clyde memukul keras wajah salah satu HAWK dan memukul perut salah satu HAWK yang lain sampai darah mengucur dari mulutnya. Saat semua HAWK tidak sadarkan diri. Kami segera lari dari tempat ini, dan segera menuju mobilku sebelum HAWK lain berdatangan. Kami pergi jauh meninggalkan tempat itu, entah kemana kubawa mobilku pergi, kemana saja asalkan kami menjauh dari mereka.

Kulihat tanganku di setir kemudi terlihat biru. Mungkin karena aku tidak pernah berkelahi, memukul beberapa kali saja sudah membekas ditanganku. Kami bertiga tidak ada yang berbicara, masing-masing masih memikirkan apa yang barusan terjadi dan apa yang mereka lakukan pada HAWK. Tentu memukuli HAWK adalah tindakan kriminal tingkat tinggi, tapi dengan kondisi saat itu, kami hanya melindungi diri. Aku semakin terkejut saat dua mobil polisi sudah ada dibelakang mobilku. Aku berpikir, kami pasti tertangkap dan kami memang harus ditangkap. Kalau kami lari, tentu kami akan semakin mendapatkan hukuman berlapis. Namun, aku masih bisa mengurangi korban. Aku mempercepat mobilku dan berbelok seketika kesebuah jalan kecil, sehingga mobil polisi yang sedang melaju dibelakangku akan tetap lurus berjalan kedepan dan memerlukan waktu untuk berputar balik. Saat polisi tidak terlihat, aku memaksa Clyde untuk keluar mobil ini. Ia bingung, namun Senji yang sudah memahami tujuanku langsung mendorong Clyde keluar dari mobil.

OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang