Prejudice (25/30)

8 2 0
                                    

25

Kemarin aku berhasil mendapatkan data yang kucari dari gedung CUBE. Siang ini kuputuskan untuk tidak keluar kamar dan melihat semua data tentang HOPE yang sudah berhasil kudapat. Saat semua data sudah tersaji, anehnya aku malah bingung ingin memulai dari mana. Tiba-tiba aku teringat cerita Clyde, sehingga kutahu harus memulai dari mana. "Baran, cari informasi tentang 26th Hope di data Oblivious." Pintaku.

"Baik tuan." Layar Hologramku sedang memproses data yang berhubungan dengan 26th HOPE. "Hanya terdapat lima berkas tentang 26th HOPE, tuan." Jawab Baran setelah data ditemukan.

"Ok, bacakan riwayat hidup 26th HOPE dari lima berkas itu." Perintahku.

"Hope ke 26, bernama Clair Gyerford Herdiawan. Lahir di Jakarta, 28 Januari 2153. Lulusan terbaik dari SMAN Scarlet di Jakarta Barat. Menjadi HOPE di usia 18 tahun, pada tahun 2171. Memilih Universitas Stanford, Amerika Serikat, dengan program studi Ekonomi. Tempat tinggal Clair G. Herdiawan, berada di perumahan Rawa Apung Blok A nomor 16, Jakarta Barat. Pekerjaan sekarang, Tidak diketahui. Tempat tinggal sekarang, Tidak diketahui. Keluarga, Ibu: Sarah Lumia Herdiawan." Jelas Baran.

"Cari alasan hilangnya dia." Perintahku.

"Tidak terdapat alasan yang jelas hilangnya HOPE tersebut, data terakhir menyebutkan bahwa Clair G. Herdiawan mengalami perampokan, dan setelah kasus itu tidak ditemukan lagi jejak keberadaannya." Jawab Baran.

"Baran."

"Ya, Tuan." Jawab Baran dengan nada datar.

"Bagaimana dengan HOPE yang lain, apakah terdapat juga HOPE yang menghilang atau tidak terdeteksi keberadaannya?" Aku sedikit terkejut karena apa yang di bacakan Baran dengan yang ceritakan Clyde ternyata benar adanya.

"Baik tuan, akan saya cari." Layar kembali penuh data yang kupinta carikan. "Dari lima puluh nama HOPE, terdapat kasus yang sama sebanyak lima belas orang. Sedangkan yang lainya masih terdeteksi keberadaannya hingga sekarang. Sembilan orang menetap di Indonesia dan bekerja di bidang pemerintahan, dua puluh satu orang menetap di luar negeri, dan lima orang masih menempuh pendidikan tingkat universitas di berbagai Negara." Jelas Baran.

"Baran, apa menurutmu lima orang HOPE yang sekarang masih berkuliah bisa ikut menghilang juga?" Tanyaku.

"Mungkin saja tuan." Jawab Baran dengan nada yang tetap datar.

"HOPE keberapa saja yang menghilang?" Tanyaku.

"HOPE ke 3, 7, 12, 17, 18, 19, 21, 24, 26, 30, 33, 35, 38, 42, dan 44." Jawab Baran.

"Kenapa urutannya bisa acak begini?" Aku bergumam sendiri sambil memangku dagu. "Apa saja kasus terakhir sebelum mereka mengilang." Tanyaku.

"Kebanyakan kasusnya sama tuan. Kasus terakhir adalah perampokan, namun ada beberapa pernyataan dari beberapa keluarga HOPE yang menghilang, bahwa HOPE tersebut diculik saat mereka kembali ke Indonesia." Jelas Baran.

Aku mulai berpikir, kenapa kasus sepenting ini tidak pernah diangkat di media? Apakah pemerintah sengaja menyembunyikan kasus ini agar pamor Oblivious tidak tercoreng. Semakin banyak spekulasi yang muncul diotakku, mulai dari pendapat yang ringan sampai yang bersifat radikal-pun memenuhi otakku. Apakah pemerintah menculik mereka untuk dijual otakknya kepada penawar tertinggi, apakah uang Oblivious selama ini berasal dari perdagangan illegal ini. Tapi kenapa bisa ada 9 orang yang masih aman tinggal di Indonesia? Apakah mungkin karena pekerjaan mereka di pemerintahan membuat mereka imun? Ataukan memang sistem gelar HOPE bertujuan mencari sumber daya manusia terbaik untuk mengabdi pada pemerintah, dan bila HOPE tidak bekerja di pemerintahan maka otak mereka akan dijual karna harganya fantastis? Ah, aku semakin pusing dengan pendapatku sendiri. Kurasa misteri ini belum mendapat titik terang sama sekali, aku belum bisa memecahkannya.

OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang