39
Malam ini tiba juga, malam penobatanku sebagai HOPE. Setelah sebelumnya setiap inci tubuhku diukur dan akhirnya patungku sudah dalam proses pembuatan. Sekarang aku berada didalam tabung didasar panggung yang siap mengangkatku keatas. Dengan dinding tabung sebening kaca, aku merapikan sedikit dasi kupu-kupuku dan tersenyum pada refleksi tubuhku di dinding ini. Sempurnya, penampilanku sangat formal dengan tuxedo hitam yang klasik dan riasan wajah yang terlihat alami. Namun saat kulihat plester dihidungku, aku semakin yakin bahwa aku akan menjadi HOPE pertama atau mungkin satu-satunya yang tampil dimalam penobatan dengan kondisi hidung sekonyol ini.
Sama seperti malam penobatan sebelumnya, acara dipandu oleh pembawa acara terkenal, Jared Marvolo. Beberapa menit kudengar Jared membuka acara dan saat ia memanggil namaku, tabung ini bergerak membawa tubuhku naik. Musik terdengar kencang dan meriah menyambutku. Perlahan kulihat seluruh studio lengkap dengan sambutan ribuan penonton yang menatapku dan bertepuk tangan untukku dari kursi mereka masing-masing. Lampu sorot tertuju padaku dan puluhan kamera menyala merekam diriku. Aku memalingkan mataku menatap Jared dan tersenyum padanya. Jared menjabat tanganku dan mempersilahkanku duduk di kursi yang sudah disiapkan.
Jared masih terlihat muda di usianya yang kepala tiga. Ia bertuxedo hitam, namun dengan kemeja batik merah didalamnya. Rambut biru kelamnya juga membuatnya terlihat muda.
"Baiklah tuan Raharjo, selamat malam." Sapanya dengan suara lembutnya itu.
"Malam," Aku tersenyum padanya. "Panggil Sheen saja, Jared." Pintaku yang merasa risih dipanggil tuan.
"Oke baiklah, Sheen." Jawabnya. "Langsung saja, bagaimana rasanya menjadi HOPE tahun ini." Tanyanya singkat, namun seisi studio berteriak saat mataku fokus menatap kamera untuk menjawabnya.
"Tentu saja senang," Jawabku. "Awalnya aku tidak terobsesi mendapatkannya, dan aku cukup heran dengan betapa banyaknya orang yang kulihat mati-matian ingin mendapatkan hal ini. Namun saat aku merasakannya sendiri, memang benar-benar menyenangkan, dan aku mulai mengerti mengapa mereka mati-matian menginginkannya." Ucapku dengan sedikit bumbu.
"Ya, seperti yang kau bilang, Sheen. Banyak orang yang mati-matian mendapatkan ini, dan kini kau mendapatkannya. Kira-kira apakah kau bersedia memberi tahu rahasianya." Tanyanya. "Tentunya selain belajar." Tambahnya yang langsung disambut tawa penonton.
"Tidak ada rahasia khusus. Aku hanya belajar layaknya siswa pada umumnya, mungkin salah satu faktornya adalah karena aku menyukai pelajaran yang cenderung dihindari anak-anak seusiaku, seperti fisika dan teknologi. Tapi kurasa faktor terbesarnya adalah keberuntungan."
"Ah, kau terlalu rendah hati, Sheen. Kurasa kau benar-benar layak mendapatkannya." Ucapnya yang disambut tepuk tangan meriah penonton.
"Terima kasih." Jawabku.
"Sheen, apa kau tahu. Sebelum malam penobatan, website kami dibanjiri banyak pertanyaan tentang siapa HOPE tahun ini. Kami kewalahan mengahadapi pertanyaan sebanyak itu."
"Benarkah? Memang berapa banyak?" Kurasa dia hanya melebihkan saja, kurasa dengan program sebesar OBLIVIOUS beberapa ratus pesan tidak akan membuat mereka kewalahan.
"Sekitar delapan juta pesan!" Ucapnya yang berhasil membuatku dan penonton terpukau. "Kurasa kau sudah terkenal bahkan sebelum kau tampil dipublik." Tambahnya.
"Wow, banyak sekali." Ucapku yang masih terpukau. "Kurasa tujuh puluh persen dari semua pesan itu berasal dari ibuku." Seisi studio tertawa, dan kamera langsung menyorot ibuku yang duduk di kursi penonton paling depan.
"Kau cukup lucu Sheen, aku rasa HOPE tahun ini merupakan paket lengkap. Pintar, tampan, dan humoris, bukan begitu penonton?" Semua penonton menyetujuinya dan bertepuk tangan meriah. "Baiklah Sheen," ia kembali bicara. "Kurasa kami semua mulai penasaran tentang apa yang terjadi dengan hidung mu. Bolehkan kau menceritakan kepada kami apa yang terjadi?" Tanyanya, yang aku yakin pertanyaan itu sengaja di buat agar rating acara ini naik.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)
Mystery / ThrillerOblivious adalah program pemerintah di masa-depan, dimana setiap tahun satu orang anak akan terpilih menjadi HOPE dan berhak atas beasiswa penuh di Universitas dunia yang bebas ia pilih pada malam penobatan. Menjadi HOPE adalah impian semua anak, na...