28
Setelah berbulan-bulan bersekolah di Skybridge, akhirnya ujian nasional dan ujian kelulusan lainnya sudah kulakukan. Tinggal satu pelajaran lagi yang belum selesai, yaitu pelajaran kriminologi yang sedang kujalani sekarang. Aku sedang menghadiri sebuah persidangan di dalam dunia virtual sebagai format ujian kelulusan mata pelajaran kriminologi ini. Ujian virtual terakhirku ini cukup menantang. Semua murid dikelas kriminologi, memasuki dunia virtual sendiri, namun dengan lokasi dan kasus yang sama. Kami dituntut menyelesaikan sebuah kasus secepat mungkin, dan semakin cepat kasus terselesaikan, maka nilai ujian kami akan semakin besar.
Aku sudah empat hari dalam dunia virtual ini, mengusut sebuah kasus kematian seorang gadis yang diduga dibunuh oleh pacarnya. Sebelumnya, aku dibuat merinding saat menemukan mayat gadis itu di TKP. Mayat gadis itu ditemukan di ruang bawah tanah sebuah rumah, dengan kondisi tangan dirantai pada dinding ruangan, wajahnya sudah hancur terguyur air keras, dan lebih mengenaskan lagi, sebagian isi kepalanya keluar karena diembus peluru panas. Di TKP hanya ditemukan sebuah pistol tergeletak didekat tubuh gadis itu.
Pacar korban yang diduga sebagai pelaku sudah diamankan pihak kepolisian, dan hukuman pidana akan dijatuhkan kepadanya saat waktu persidangan. Kami murid kriminologi berhak menentukan tanggal dan waktu persidangan, bila invertigasi kami dirasa sudah cukup. Saat sidang, kami akan memutuskan apakah pelaku itu bersalah atau tidak, berdasarkan hasil investigasi kami.
Lokasi kasus ini bersetting di India, pada tahun 1983. Korban dalam kasus ini adalah seorang gadis bernama Aya, berusia 19 tahun yang tinggal bersama dengan pacarnya yang bernama Ditya, berusia 25 tahun. Mereka termasuk pasangan yang tidak disukai tetangga mereka, karena mereka belum menikah, namun sudah tinggal serumah di rumah warisan milik kakek Ditya.
Kini Ditya sudah duduk di kursi terdakwa yang tepat berhadapan dengan tiga hakim agung, sementara aku berjalan jalan mengelilingi kursi terdakwa dan sesekalai menatap hadirin di persidangan.
"Saudara Ditya." Ucapku cukup lantang. "Saya sudah melakukan investigasi yang cukup mendalam terhadap kasus yang memberatkan anda. Korban yang bernama Aya, ditemukan tewas dengan kondisi yang mengenaskan. Pihak kepolisian India memeriksa pistol yang ditemukan di TKP dan mereka menyatakan terdapat dua sidik jari disana. Sidik jari korban dan sidik jari anda, sehingga kami berspekulasi bahwa anda berniat membunuh pacar anda dengan cara menembakan pistol itu, namun pacar anda melakukan perlawanan dengan menahan pistol itu, sehingga terdapat dua sidik jari disana." Ucapku dengan cukup mengintimidasi.
"Memang kuakui itu memang pistol milikku. Tapi aku menggunakan pistol itu untuk berburu hewan di hutan, dan bukan untuk membunuh pacarku." Ucapnya.
"Alasan, dasar kau pembunuh keji!" Ucap salah satu hadirin persidangan.
Hakim memerintahkan hadirin untuk tenang, dan saat ruang sidang sudah kembali tenang, ia mempersilahkanku melanjutkan pernyataan.
"Baiklah, saya lanjutkan," Ucapku. "Saya sedikit menanyakan tentang riwayat sosial anda dari masyarakat di sekitar rumah anda, dan faktanya anda tidak disukai oleh tetangga anda. Anda dinilai tidak ramah dengan tetangga, selalu pulang larut malam dalam keadaan mabuk, dan tetangga anda mengaku pernah melihat pacar anda dalam kondisi memiliki luka dan lebam. Bisa anda jelaskan kenapa pacar anda bisa memiliki luka dan lebam semasa hidupnya?" Tanyaku.
"Tetanggaku terlalu ikut campur urusanku." Dari cara menjawabnya, aku yakin Ditya adalah orang yang pemarah. "Kuakui aku memang sering mabuk-mabukan dan berfoya-foya dengan uang warisanku. Dalam kondisi mabuk, aku menjadi sangat agresif dan sesekali bersikap kasar dengan pacarku."Ucapnya.
"Baiklah, saudara Ditya. Selanjutnya, saya menemukan sebotol besar cairan air keras di kolong ranjang anda, bisa anda jelaskan itu?" Tanyaku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)
Mistério / SuspenseOblivious adalah program pemerintah di masa-depan, dimana setiap tahun satu orang anak akan terpilih menjadi HOPE dan berhak atas beasiswa penuh di Universitas dunia yang bebas ia pilih pada malam penobatan. Menjadi HOPE adalah impian semua anak, na...