Prejudice (26/30)

6 2 0
                                    

26

Sekarang aku sudah berada di ruang kerja pak Dimas. Ruang ini sama sekali tidak berubah, sofa biru yang kududki masih terasa empuk dan beraroma lavender. Ruangan ini masih berwarna hijau citrus dengan beberapa lukisan yang dipajang. Sebelumnya aku pernah bertanya kepada pak Dimas, kenapa ruang kerjanya berbeda dengan guru lain yang umumnya berisi empat orang. Pak Dimas hanya menjawab kalau dia memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding guru lain, sehingga memiliki ruang kerja sendiri. Selain Pak Dimas, ia juga bilang kalau ada Sembilan guru di Skybridge yang memiliki kedududkan tinggi. Guru-guru itu disebut Chief Teachers, meskipun tetap dibawah kedudukan kepala sekolah. Pak Marcus dan Bu Tori juga masuk dalam jajaran sembilan guru yang menjadi Chief Teachers. Pak Dimas bilang, untuk menjadi Chief Teacher tidaklah mudah, setiap sekolah maksimal hanya bisa memiliki sepuluh Chief Teachers. Skybridge termasuk hebat karena memiliki Sembilan orang Chief Teachers di sekolah. Seorang guru bisa menjadi Chief Teacher apabila telah bekerja pada sekolah dengan waktu tertentu, memiliki IPK kelulusan minimal 3.91, tidak memiliki catatan kriminal apapun, lolos dalam semua tahap seleksi yang dilakukan dinas pendidikan, dan mampu bertanggung jawab terhadap amanat yang diberikan dinas pendidikan saat mereka menjabat. Awalnya aku terpukau dengan jabatannya, namun hal itu terdengar menyeramkan saat ia menjelaskan kalau menjadi Chief Teacher mempunyai tanggung jawab yang besar, bahkan risiko tinggi. Setiap tahun, satu orang Chief Teachers akan bertugas menginput data ujian nasional disekolah yang nantinya akan menentukan apakah seorang siswa akan menjadi HOPE atau tidak. Setiap Chief Teacher bertanggung jawab atas semua penginputan nilai semua siswa, dan bila didapati Chief Teacher melakukan manipulasi nilai, maka hukuman penjara pastilah menimpanya.

Tapi hari ini aku tidak berniat mengobrol masalah Chief Teacher pada pak Dimas. Aku sengaja datang kesini, untuk mengobrol santai dan sedikit mengorek informasi kepada pak Dimas tentang Disaster. Ini bukan pertama kali aku mengobrol dengan pak Dimas di ruanganya. Sebelumnya aku beberapa kali bersembunyi dan mengobrol disini saat kelas sedang berlangsung. Ya, mungkin lebih spesifiknya saat kelas teknologi sedang berlangsung. Karena kelas teknologi terlalu membosankan, karena apa yang guru ajarkan sudah bisa kulakukan semua, aku hanya datang kekelas teknologi jika ada kuis ataupun pengumpulan tugas praktek. Untunglah sekarang sedang istirahat sekolah, jadi aku bisa tenang mengobrol di ruang pak Dimas tanpa harus dihantui kelas yang kutinggalkan. Pak Dimas membawakan dua cangkir teh biru dimeja dan mulai membuka obrolan.

"Sheen, sepertinya sudah lama kita tidak mengobrol begini." Ucap pak Dimas.

"Yap, benar. Terakhir kali aku kesini, sekitar dua minggu yang lalu, saat.." Aku mencoba mengingat kembali.

"Saat kelas teknologi." Ucap pak Dimas melanjutkan kalimatku.

"Ya, benar. Kelas itu benar-benar membosankan," Ucapku. "Untunglah sekolah kita tidak menghitung jumlah kehadiran dalam bobot nilai. Jika iya, aku pasti menjadi siswa bermasalah dikelas teknologi." Tambahku diakhiri tawa.

Pak Dimas ikut tertawa, lalu kembali bicara. "Sheen, bagaimana perkembangan Senji? Apakah dia sudah cukup berkembang." Pak Dimas langsung mengerucutkan obrolan kami.

"Yap, dari sisi akademik, dia cukup berkembang. Tapi dari segi interaksi sosial, dia masih tertutup." Jawabku seadanya.

"Syukurlah." Jawab pak Dimas sambil menghela nafas.

"Memang kenapa, Pak?" Tanyaku.

"Ini antara kita berdua saja, Sheen." Pak Dimas berbisik, sepertinya ia akan memberitahu sebuah rahasia. Aku mendekatkan wajahku berusaha agar tidak melewatkan satu kata-pun. "Sebenarnya Senji menjadi rekomendasi siswa yang akan dikeluarkan, ia dianggap siswa bermasalah dan aib bagi sekolah." Jelas pak Dimas.

"Apa?!" Aku sangat terkejut mendengarnya. "Sebelumnya aku juga berpikir kalau Senji pasti menjadi konsentrasi pembahasan para guru, tapi aku tidak sangka kalau sampai masuk rekomendasi dikeluarkan." Tambahku.

OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang