03
Ini hari pertama masuk sekolah. Sekarang aku berbaris di tengah lapangan sekolah yang mungkin seluas lapangan sepak bola. Kami mendengarkan kepala sekolah memberi sambutan ke siswa-siswi baru. Sejujurnya, sambutan ini sangat membosankan, isinya sangat mendasar meliputi: pendidikan negeri, definisi siswa teladan, dan sejarah sekolah yang mungkin selalu ia sampaikan setiap tahun tanpa ada perubahan apapun. Beruntungnya, aku berdiri diantara Clyde dan Axel, mengobrol bersama dua temanku ini tentu jauh lebih menarik. Sebenarnya aku ingin Debby bergabung, namun sayangnya baris putra dan putri harus dipisah, entah apa alasannya mereka melakukan tindakan rasis seperti itu.
"Sheen, Clyde, kalian tahu? Sehabis bapak itu berpidato, kita dibebaskan untuk pulang ataupun menjelajah ke setiap pelosok sekolah karna semua aksesnya dibuka sehari penuh. Ayo kita berkeliling" Saran Axel dengan antusias.
Axel adalah sahabatku sejak kelas dua SMP, awalnya aku dan Clyde sangat membenci pria ini. Kisah itu terjadi saat aku dan Clyde berada di kelas 7-b sedangkan Axel berada di kelas lain. Bagaimana tidak kesal, saat itu dia sangat terkenal karena ketampannya. Jika dia mau, tentu ia mampu membuat semua gadis di sekolah berebut jadi pacarnya. Kuakui pria ini memang sangat tampan, atau bahkan cenderung sempurna secara fisik. Ia bule asal Belarus yang pindah saat dia berusia dua tahun. Wajahnya bersih dengan mata biru dan rambut coklat khas orang Eropa. Tubuhnya juga cukup atletis meski tidak sekekar Clyde. Saat kelas dua Aku dikenalkan dengannya oleh Clyde, saat itu mereka berada di kelas yang sama. Awalnya aku heran kenapa Clyde yang membenci Axel bisa sangat akrab dengannya, namun saat aku mengenal Axel rasa benciku juga hilang. Ia ternyata adalah orang yang ramah dan sopan, setelah itu kami menjadi teman dan berkembang menjadi sahabat hingga sekarang.
"Oke, aku setuju." Ucapku pasti.
"Mmmm, boleh." Jawab Clyde sambil menyenderkan sikunya di pundakku.
-----
Sekarang kami bertiga sudah berada di depan cermin toilet, sebelumnya kami telah berkeliling sekolah. Aku menyalahkan westafel dan merapikan rambutku. Axel merapikan sedikit seragamnya dan Clyde masih berlaga binaraga di depan cermin.
"Clyde, kalau cermin ini punya perasaan, lambung, dan mulut, pasti dia sudah muntah sekarang." Sindirku.
"Ah, bilang saja kau iri, Sheen." Ucap Clyde menyindirku balik. Sementara kulihat Axel hanya tersenyum saja melihat perdebatan kami.
Setelah dari toilet, kami menunggu Debby dan sepupunya Edith, keluar dari toilet wanita. Saat mereka keluar, kami semua heran. Bukan hanya merapikan diri, namun mereka juga mengganti baju. Kulihat Clyde terpesona dengan Edith dengan pakaian tank-top hitamnya. Sementara diam-diam aku terpesona memperhatikan Debby. Ia adalah gadis sempurna, setidaknya sempurna dimataku. Rambutnya hitam panjang, kulitnya putih, dan matanya abu-abu. Hidungnya kecil, bibirnya tipis, dan tubuhnya indah terbentuk. Ia gadis berpikiran dewasa dengan prilaku sopan dan lembut. Dia tidak pernah punya masalah dengan siapapun di masa SMP dan selalu mendengarkan dengan baik setiap orang yang berbicara dengannya. Debby adalah cinta pertamaku, dan aku selalu merasa dia adalah jodohku. Sejak kelas satu hingga lulus kami selalu satu kelas, hingga aku pikir kalau kami memang ditakdirkan selalu bersama. Namun karena kami berdua sudah sangat akrab dan sudah bersahabat, aku takut kalau persahabatan kami rusak kalau aku menyatakan cinta padanya. Benar-benar situasi dilematis.
"Kalung yang bagus Debby, kau sangat cocok memakainya." Puji Clyde, yang aku tau maksudnya adalah menggodaku.
"Benarkah? Ini dari Sheen, aku suka memakainya. Terimaksih Sheen." Ucap Debby lembut. Aku hanya tersenyum dan mengangguk menjawabnya.
Kulihat Edith memperhatikan kalung itu, lalu berbalik melihatku. " Kalung ini yang sangat keren, aku selalu memperhatikan kalung ini karena selalu berubah warna." Dia diam sejenak dan beralih menatap Debby. "Dan saat berbaris, aku melihat kalung ini berubah menjadi bening dan terlihat bunga mawar didalamnya. Iya kan Debby?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)
Mystery / ThrillerOblivious adalah program pemerintah di masa-depan, dimana setiap tahun satu orang anak akan terpilih menjadi HOPE dan berhak atas beasiswa penuh di Universitas dunia yang bebas ia pilih pada malam penobatan. Menjadi HOPE adalah impian semua anak, na...