08
Sudah beberapa bulan aku sekolah di Skybridge, tidak terasa sebentar lagi aku akan naik kelas sebelas. Ujian kenaikan akan diadakan satu minggu lagi setelah kelas dua belas menyelesaikan ujian kelulusan, yang artinya sebentar lagi HOPE ke-49 akan terpilih. Sejak sebulan yang lalu iklan ditelevisi maupun internet gencar-gencarnya menampilkan hal-hal tentang program Oblivious. Jasa belajar tambahan juga sangat marak, bahkan sekitar 80% iklan di internet hari ini bersisi tentang layanan belajar. Setiap satu bulan mendekati ujian kelulusan, kata Oblivious selalu menjadi topik teratas dimana-mana, tidak terkecuali di Skybridge. Sebagai sekolah yang tahun lalu mencetak HOPE, Skybridge selalu melatih murid kelas dua belas untuk lulus Ujian dengan nilai tinggi atau bisa kubilang sangat tinggi. Jangankan Sekolah, bahkan provinsi yang berhasil melahirkan HOPE-pun akan semakin terkenal. Ada satu provinsi dengan jumlah HOPE terbanyak, yaitu 7 orang. Bahkan HOPE ke 11 yang pernah menjabat sebagai presiden juga berasal dari provinsi itu. Indonesia pada tahun 2174 diusia
Sebagai Ibukota negara, provinsiku hanya menempati posisi kedua dengan total lima HOPE. Skybridge tentu akan sangat berambisi untuk mencetak HOPE lagi dan pasti akan melakukan banyak cara agar hal itu terjadi. Ya sudahlah, kurasa tidak akan habisnya membahas itu, terlebih semua orang tentu masih punya banyak urusan lain selain memikirkan program itu.
Saat ini aku dirumah Clyde, bisa dibilang ini adalah rumah keduaku, aku sangat sering kesini. Sebagai anak tunggal yang hanya tinggal berdua, aku sering kesepian, terlebih saat Ibu pergi mengajar seperti sekarang, rumah Clyde adalah pelarian utamaku. Saat ini rumahnya sangat sepi, mungkin Ibu Clyde sedang keluar. Aku langsung lari ketangga menuju kamar Clyde. Kubuka pintu kamarnya yang selalu tidak terkunci dan membanting tubuhku diranjangnya.
"Clyde, ayo keluar." Ajakku dalam posisi terlungkup diatas ranjang.
"Aku masih sibuk, benda ini selalu gagal." Ucapnya lesu.
Aku mengagkat kepalaku dari bantal dan melihat Clyde sedang sibuk dengan meja eksperimennya. Aku bangun dan menghampirinya. Kulihat disana banyak sekali komponen listrik dan perkakas, sementara Clyde sibuk mengatur konsep cetak-biru di layar mejanya
"Ini tugas pelajaran teknologi ya?" Tanyaku, tentu kuyakin jawabannya iya.
"Yap, aku membuat purwarupa alat pengukur kalori makanan dengan sistem pemindaian dan proyeksi hologram, yang nantinya dapat dimasukan kedalam gelang olahraga. Jadi saat gelang itu diarahkan diatas makanan, nilai kalorinya akan muncul secara hologram." Dia tersenyum optimis dan langsung berubah murung kembali. "Tapi dari tadi selalu gagal, itu sebabnya aku periksa ulang rancangannya. Kau sudah buat tugas ini? Kau buat apa?"
"Waktu kutanya pak Theo, ternyata purwarupa yang aku lombakan di olimpiade boleh dipakai sebagai proyek ini. Karena dia bilang itu sudah sesuai dengan ketentuan ujian." Terangku dengan.
"Aku iri." Ia terdiam. "Kalau begitu tolong bantu aku tuan pintar. Kau kan berbakat dibidang teknologi. Bagaimana?" Terdengar tidak ada basa-basi sekali orang ini
"Iya-iya kubantu. Terkadang aku bingung, sebenarnya apa keahlianmu" Sindirku.
Aku membantunya menyusun kembali cetak birunya. Ternyata benar ada kesalahan penyusunan rangkaian dan juga kesalahan program perintah antara prosesor dengan detektornya. Clyde benar-benar tidak berbakat dibidang teknologi, atau mungkin dibidang apapun.
Setelah sekitar dua jam, kami berhasil membuat alat itu. Clyde mengambil gelang olahraganya dan memasukan alat itu kedalamnya.
"Ayo kita coba." Ucap Clyde, aku tahu maksudnya adalah mengajaku ke dapur.
Dia mengambil NC-nya lalu kami turun kedapur. Dia membuka kulkas dan mengambil satu buah pasta beku dan meletakannya diatas meja. Saat gelang yang ia pakai dilintaskan diatas makanan, maka munculah proyeksi hologram berupa angka digital berwarna hijau. Clyde melihat NC-nya yang sudah berisi daftar kalori makanan lalu menyocokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)
Mystery / ThrillerOblivious adalah program pemerintah di masa-depan, dimana setiap tahun satu orang anak akan terpilih menjadi HOPE dan berhak atas beasiswa penuh di Universitas dunia yang bebas ia pilih pada malam penobatan. Menjadi HOPE adalah impian semua anak, na...