Twisted (17/20)

12 2 0
                                    

17

"Delapan puluh!" Ucapku senang memeriksa hasil latihan Senji.

"Serius?" Senji terkejut memperhatikan hasil koreksiku yang jauh lebih sedikit dari biasanya.

Tak terasa sudah cukup lama aku menjadi tutornya dan tak terasa pula besok kami akan melakukan ujian Fisika yang sebenarnya. Pelajaran yang membuatku berakhir menjadi tutornya. Itu sebabnya hari ini aku memberinya banyak latihan soal, dan diluar dugaan hasilnya memuaskan. Senji memiliki progress yang pesat, aku optimis nilai-nilai nya akan meninggkat khususnya di Fisika dan Teknologi.

"Baguslah, akhirnya aku yakin kau bisa melewati ujian besok." Ucapku bangga.

"Ini harus dirayakan! Kau mau makan apa?" Tawarnya. "Aku akan ke supermarket, tak ada makanan disini selain Sashimi." Ucapnya santai.

"Apa, Sashimi? Ibumu masak itu?" mataku berbinar. "Aku tidak butuh makanan lain, sungguh!" Ucapku begitu berhasrat.

"Secara teknis sashimi tidak dimasak, tapi apa kau benar menyukainya?" Tanyanya.

"Aku mencintainya." Mataku kembali berbinar.

"Baiklah, kita makan itu." Ucapnya. Senji berdiri lalu masuk kekamarnya, tak lama keluar lagi dengan sudah memakai jaket. "Aku mau beli minuman di dekat sini, mau kubawakan sesuatu?" tanyanya.

"Benarkah? Aku ingin sekali minum susu kacang atau Jelly grass. Kau benar akan membelikannya?" Aku memastikan. "Kau sendiri, beli apa?" tanyaku.

"Aku beli minuman orang dewasa." Ia lalu membuka pintu utama. " Yang kutahu pasti,  minumanku bukan untuk bayi peminum susu kacang." sambungnya menyindirku. Iya lalu keluar dan menutup pintu. Dia benar-benar menyebalkan.

Hari ini Ibu Senji tak ada dirumah, sepertinya ia keluar kota menemui teman lamanya. Senji bilang ibunya baru akan pulang besok, mungkin itu sebabnya banyak persedian sashimi disini. Kupikir Senji seharusnya bersyukur bisa memakan makanan surga itu hampir setiap hari, terlebih dengan bebagai saus cocolan yang begitu apik diracik tangan ibunya yang berbakat itu.

Kurasa Senji masih lama. Aku bangkit dari kursi, berkeliling apartemen, dan melihat semua yang menarik disini. Apartemen ini rapi dan indah. Ada sebuah pajangan yang bentuknya mangkuk kecil bertabur serbuk emas  disekelilingnya, ibu Senji bilang namanya 'Makie'. Ada pula boneka-boneka keramik yang disusun bertingkat. Mulai yang berbentuk barang-barang ditingkat bawah, hingga boneka raja dan ratu di bagian puncak. Tempat ini sangat berbudaya.

Aku teringat sesuatu. Saat pertama kali aku kesini, aku membawa Senji ke kamarnya. Mungkin saat itu aku panik hingga tak sadar, tapi kurasa aku menjatuhkan barang itu disana. Gantungan kunci mobil hadiah nenekku, bentuknya bola kaca bening dengan miniatur pedang didalamnya. Aku sempat mencarinya dirumah dan disela kursi kemudi mobilku. Tapi karna tak menemukannya, kurasa benda itu memang ada dikamar Senji. Kurasa aku bisa mengambilnya sendiri disana, kuyakin ia masih lama kembali kesini. Aku akan segera keluar sebelum ia kembali.

Aku mendekat dan membuka pintu kamar Senji yang untunnya tak terkunci. lampu otomatis menyala, namun sepertinya tak berpengaruh banyak menyinari tempat ini. Lampu kamar itu berwarna merah, membuat kamar ini malah jadi mengerikan. Temboknya berwarna hitam dengan banyak benda berserakan dipenjuru lantainya. Sepertinya senua masih diposisi yang sama sejak terakhir aku kesini.  Aku mendekati tempat tidur dan mulai mencari gantungan itu disana. Aku berjongkok dan meraba-raba lantai. Karena belum dapat, aku memasukan tanganku ke bawah ranjang, berharap benda itu disana. Aku meraba-raba lalu jariku menyentuh benda bulat yang saat kuambil ternyata benar itu gantunganku. Tapi sebelum menemukannya, aku merasakan benda kasar seperti karpet didalam di sana. Kumasukan lagi tanganku, dan kutarik karpet itu.

OBLIVIOUS (Dunia Ratusan Tahun Dari Sekarang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang