Temu kembali

10 0 0
                                    

Seperti yang telah kita sepakati kemarin. Kita akan bertemu di tepi sebuah danau hari ini. Oleh sebab itu, satu jam sebelum waktu yang kita sepakati bersama aku sudah berada disana. Menunggu dirimu dengan sejuta rindu yang yang aku rawat dan ingin aku tunjukan kepadamu. Rindu itu sudah lama sekali Tumbuh dan berharap bisa kau sentuh. Rindu yang sudah lama ini aku tabung berharap untuk segera kau pecahkan.

Hari ini, akhirnya aku bisa melihatmu kembali setelah beberapa bulan berlalu mataku puasa tak  melihat dirimu. Hari yang sudah lama aku nantikan. Hari dimana aku akan kembali melihat segala hal indah yang ada padamu.

Waktu berlalu begitu saja, ditangan kananku arlojiku sudah menunjukkan pukul 16:30. Waktu dimana seharusnya kau sudah ada disini tiga puluh menit yang lalu. Waktu dimana seharusnya mataku sudah mampu membatalkan puasanya. Namun, kau juga tak kunjung datang. Ragamu juga tak kelihatan. Aku ingin menelfon dan menanyakan dimana posisimu sekarang. Tapi aku tak mau kau terusik. Aku tak ingin mengganggu. Walau kau tau aku tak suka menunggu. Tapi hari ini aku rela melakukan hal tersebut hanya karena ingin kita bertemu. Aku ingin melepas rindu yang tak tau kenapa menjadi candu.

15 menit berlalu semenjak arloji di tangan kananku menunjukkan pukul 16:30 kau juga tak kunjung datang. Itu berarti aku sudah berada disini satu jam empat puluh lima menit yang lalu menunggu. Tidak tau mengapa aku bisa bertahan lama begini menunggu dengan sabar. Jika bukan dirimu yang buat aku menunggu seperti ini aku sudah kutinggalkan tempat ini empat puluh lima menit yang lalu.

Kekhawatiranku kau tak datang sudah mulai mengusik pikiranku. Langkah kakiku untuk beranjak pergi juga sepertinya sudah tak bisa aku tahan. Tak ingin lagi rasanya aku lama lama berada disini. Kucoba mengambil  hp di saku  kanan celanaku. Kupegang dan ku putar putar dengan jari-jariku hingga tak lama kemudian kuputuskan membuka WA dan berusaha mengetik beberapa tatanan kata untuk kemudian Ingin ku kirimkan padamu. Beberapa kata itu kutulis tapi kemudian ku hapus kembali. Hal itu terjadi berulang kali. Hingga akhirnya aku putuskan untuk mengirim dua kata singkat di WA mu. "Kamu dimana?" Dua kata yang jadi pilihan dari beberapa kata yang berusaha aku susun sedari tadi.

Tidak berselang lama, lima menit setelah pesan itu terkirim. Kemudian hpku bergetar. Dan benar saja itu balasan chatmu yang berusaha menjawab pertanyaan yang sebelumnya kukirim.

"Maaf aku lupa kalau hari ini kita ada janji. Aku sedang berada di luar bersama temanku. Aku segera kesana. Tunggu aku 15 menit lagi. Maaf sebelumnya. Aku benar-benar lupa".
Ku sapu kepalaku yang tak gatal lalu kemudian kutempelkan jari jari tangan kananku tepat berada di wajahku lalu menutupi lubang hidung dan bibirku. Kau selalu seperti itu. Tak pernah berubah. Begitu aku protes sendiri dalam diri menilai kebiasaan burukmu.

Lima belas menit kemudian, aku mulai melihat dari kejauhan kau melangkah ke arahku. Tak pernah kubayangkan aku bisa kembali melihatmu seperti saat sekarang. Kau betul betul tak pernah berubah. Langkahmu yang anggun, senyummu yang selalu memikat, tatapan matamu yang tajam, bibir merah yang merekah tanpa pewarna bibir yang berlebihan, wajah yang cantik natural dan pakaian sederhana yang selalu menutupi lekuk indah tubuhmu itu kembali aku tatap. Satu hal yang kulihat berubah kini darimu. rambut panjang mu yang biasa terurai rapi nan anggun mulai kau tutup mengenakan hijab. Tapi sungguh kau cantik. Kau sangat menawan. Aku benar-benar tak tau  mengapa aku bisa melakukan hal seperti itu dulu padamu.

"Assalamualaikum" sapamu.
"Walaikumsalam" jawabku
"Sudah lama disini?"
Aku hanya mengangguk, terlihat tak berdaya dengan pesonamu yang terlihat lebih menawan dengan hijab.
"Maaf, aku benar-benar lupa kalau sore ini kita sepakat bertemu"
"Tak apa" jawabku singkat dan terlihat begitu tegang. Aku menyadari diriku sendiri.
"Boleh aku duduk" tanyamu melirik ruang kosong disebelahku.
"Oh, iya silahkan duduk" lagi lagi aku lupa bagaimana caranya pede seperti dulu padamu.

Kini jarak antara kau dan aku sudah sedekat ini. Jarak yang kemarin begitu penuh dengan spasi. Tapi tak tau kenapa aku lupa bagaimana caranya membangun kembali suasana dekat itu. Aku seperti kembali saat dimana kita pertama kali bertemu di sebuah halte. Saling diam dan tak berani menyapa terlebih dahulu.

Sore  itu, suasana tampak begitu sangat kaku. Mataku dan juga matamu sibuk memandangi apa yang sedang di pandangnya. Entah kenapa pandanganku juga pandanganmu  sibuk  menikmati  tenang dan diam air  di danau. Waktu terus bergerak tapi suasana juga tak berubah. Kita sama sama tetap saling diam. Diantara kita seperti tak tau bagaimana cara mengalirkan kembali suasana tegang yang dulunya pernah tenang. Entah aku yang salah atau mungkin dirimu. Tapi ku pikir kita sama sama tak bisa menemukan kata untuk bisa saling menyapa. Dan pada akhirnya kita hanya seperti dua orang yang tak saling kenal. Sama-sama berada di suatu tempat yang sama yang hanya kebetulan saling duduk berdekatan.

Suasana benar benar hening. Tiba tiba hpmu terlihat bergetar yang tepat kau pegang di tangan kananmu. Rupanya itu sebuah panggilan masuk.  Kaupun melihat layar hpmu untuk memastikan siapa yang memanggil. Sesaat kau memberi isyarat untuk meminta waktu untuk mengangkatnya  dan  berdiri  beberapa langkah menjauh  dariku. Aku hanya diam tanda setuju. Tak berselang lama setelah kau berbicara. kau kembali melangkah menghampiriku. Kau tak duduk kembali. Hanya berdiri kemudian mengambil tas kecil yang kau simpan di tempat kau duduk. Setelahnya kau meminta maaf dan pamit untuk segera pulang. Entah apa yang terjadi dan apa yang telah di sampaikan oleh orang yang telah menelfonmu hingga kau memutuskan untuk segera beranjak setelah beberapa menit berlalu kita duduk berdua tanpa jarak yang begitu jauh. Jarak yang seharusnya bisa kita manfaatkan untuk bisa berbicara. Tapi entah kenapa kita hanya diam tanpa ada banyak kata yang sempat terdengar telinga.  Beberapa menit yang kupikir hanya menghadirkan kita kembali seperti orang asing yang tak pernah bertemu sebelumnya. Keadaan yang memaksa kita harus kembali memperlebar jarak.
"Aku pamit, maaf telah membuatmu menunggu tadi. Lain kali kita bisa lanjutkan. Aku sedang ada keperluan mendesak. Aku minta maaf harus pergi sekarang". Tuturmu yang merusak lamunanku. coba menjelaskan mengapa kau harus pergi.
Aku hanya mengangguk tanda setuju. Tak berucap sepatah katapun. Sambil berusaha tersenyum aku melepas temu dan mengizinkan kau untuk melangkah.

Akhirnya kita menggunakan waktu yang begitu singkat untuk temu sore itu. Kupikir sebelumnya akan terkesan. Tapi ternyata tak sesuai dengan harapan. Kau hanya datang sesaat lalu kemudian melangkah jauh. Aku memperhatikan langkah mu yang selangkah demi selangkah hingga akhirnya hilang dari kejauhan. Kau hilang dari pandanganku .

rememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang