Kau menyapa

8 1 0
                                    

Setelah kuputuskan untuk rehat dari menulis puisi maupun sajak tentang dirimu, tentang penantianku, tentang kapan kau kembali dan kapan kita bisa bertemu setelah kau putuskan untuk pergi jauh dari hal apapun tentang kita.

Semenjak kejadian sore itu di halte. Aku tak pernah lagi bertemu bahkan melihatmu. Terakhir kali, aku melihatmu saat menangis dan begitu sangat kecewa melangkah meninggalkanku yang tak sedikitpun tak tau harus berbuat apa saat itu. Jangankan mencegahmu, mencoba untuk mengejarmu saja aku tak bisa. Ragaku terpaku, mulutku terkunci, mataku gelap tertutup, pikiranku kosong tak mampu berfikir hal apapun. Yang Kutau saat itu, aku telah berbuat kesalahan padamu. Sebuah Kesalahan besar yang telah membuat kisah kita berdua berantakan dan tak lagi utuh. Aku hanya bisa menutupi wajah dengan kedua tanganku. Aku mungkin khilaf, hingga kulakukan hal seperti itu. tapi aku tak menyangka hal tersebut membuat semuanya rumit seperti ini.

Setelah kejadian tersebut kau pun menghilang entah kemana. Kau pergi tanpa jejak yang tak bisa kutemukan. Kau pergi dan seakan berpesan untuk tak lagi di cari. Tapi, aku harus mencarimu.
Aku berusaha mencari dan menemukanmu dimana pun. Berbagai hal telah kulakukan, berbagai cara telah ku perbuat. Namun kau benar-benar tak bisa kutemukan. Kau benar-benar marah dan tak ingin di cari.
Berbagai hal telah kulakukan setelah kepergianmu. Hubungan yang kujalin dengan perempuan tersebut pun sudah kuputuskan untuk berakhir semenjak kejadian sore itu. Aku merasa tak bisa menjalani hal apapun lagi dengannya. Aku tau hal yang kulakukan itu salah. Karena aku telah menyakitinya. Aku sadar aku telah menyakiti dua perempuan di waktu yang sama. Aku tau caraku itu sangat tak baik. Tapi mau apa lagi, aku tak ingin dia terus bersamaku sementara hatiku sedang memikirkanmu.

Setelah kau pergi kuputuskan untuk mencarimu dimana pun. Aku mencarimu di kampus, mencarimu di taman, mencarimu di rumah sampai mencarimu di rumah temanmu. Tapi kau pun tak ada. Kau pergi tanpa pamit dan tanpa jejak pada siapapun. Aku kehilangan dirimu. Ku coba untuk menanyakan hal tentangmu pada siapapun tapi semuanya seperti tak tau kau sedang dimana. Media sosial milikmu pun tak lagi aktif seperti biasanya. Setelah kejadian itu, aku tak pernah lagi melihat kau aktif di media sosial. Bahkan Wa milikmu pun tak bisa di hubungi. Berbagai hal telah kulakukan, tapi kau juga tak bisa kutemukan.
Aku mengirim maaf padamu lewat hal apapun. Ku kirim pesan di Wa, kukikirim DM di Instagram, kukikirim pesan di messenger sampai di media sosial yang tak kau gunakan setiap hari pun ku kirimkan pesanku seperti line, snap chat maupun LinkedIn.

Sampai pada akhirnya aku tak menemukan hal apapun. Dan aku tak tau harus berbuat apalagi untuk bisa menemukanmu dan meminta maaf.
Beberapa bulan setelah kau putuskan pergi. Selama itu pun aku tak bisa menemukan hal apapun tentang mu. Hal yang bisa kulakukan hanya menulis. Menulis segala hal tentang dirimu, tentang diriku maupun tentang kita. Kapan kita bertemu, kapan aku mengungkapkan perasaan ku sampai hal apapun tentang kita. Sajak-sajak pun hampir setiap hari ku tulis disela sela penantian dan ku buat untukmu.

Setelah lama tak menemukan hal apapun. Hari itu kau tiba tiba saja berkabar melalui Dm di Instagram. Kau kirim tiga pesan yang membuat semuanya terjawab. Beberapa pertanyaan yang selama ini tak mampu kujawab pun sudah kau jawab di tiga pesanmu tersebut. Dan aku sedikit lega dengan hal tersebut. Katamu kau baik-baik saja, katamu aku tak usah memikirkan hal yang pernah terjadi, kau bilang sedang berada di suatu tempat dan berjanji untuk kembali dan membahas kembali hubungan kita. Dan setelah pesan itu ku terima, aku pun tak pernah berhenti untuk selalu menunggu mu kembali.

Hari ini, kau kembali menyapa kau kembali mengirim pesan di ponselku. Bukan hanya pesan malahan, tapi kaupun juga menghubungiku lewat WA. Meskipun yang kau sampaikan itu sangatlah ringkas. Kau bilang ingin bertemu di suatu tempat besok. Aku tak langsung menjawab, Suaramu yang kudengar dari seberang sungguh mampu membuatku tenang. Aku sampai tak percaya kau kembali. Ingin rasanya ku percepat waktu untuk segera berganti. Aku ingin sekali bertemu denganmu. Bagaimana kau bisa atau tidak? Tanyamu. Aku bisa jawabku. Baiklah kalau begitu besok kita ketemu. Assalamualaikum. Kaupun mematikan telfonmu. Meski aku berharap kita bisa lebih dari pada itu berbincang.

rememberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang