[Bab 5 : Are You Okay?]

1.1K 130 1
                                    

Aku terus menggigiti kuku jari tangan ku yang polos dengan gelisah.

Menunggu hasil dari hal yang tidak ku mengerti sama sekali. Albert benar-benar membantu ku dalam segi teknologi, karena aku bisa di sebut 'sedikit' payah dalam urusan seperti itu.

Aku melirik layar laptop di hadapan Albert yang terlihat tengah benar-benar terfokus pada apa yang sedang ia kerjakan.

KLIK!

"Aku menemukannya." Pekik Albert.

Dengan segera aku menggeser laptop di atas meja dan mulai melihat nya.

Disana memperlihatkan rekaman ketika mobil ku berhenti tepat di tengah jalan dalam durasi berjam-jam. Dan itu artinya adalah aku tertidur semalaman di dalam mobil.

"Kau benar-benar mabuk dan tertidur." Celetuk Albert yang langsung ku layangkan pukulan di lengannya sehingga membuat nya meringis di samping ku.

"Aku mabuk ataupun tertidur di dalam mobil benar-benar bukan keinginan ku. Aku tidak menginginkannya. Aku hanya ... Aku kesal." Ujar ku mencoba membela diri.

Jika aku tertidur semalaman di dalam mobil, itu artinya aku tidak pergi ke club dan menemukan Samuel disana.

Itu semua hanyalah mimpi buruk ku karena pagi harinya baru saja aku memergokinya bersama wanita lain di dalam mobil.

Dan artinya, aku harus memastikan semua ini kepada Sam. Aku harus menemuinya.

Dengan segera aku bangkit dan berlari menaiki tangga yang membentuk huruf C untuk mencapai kamar ku.

Tidak butuh waktu yang terlalu lama untuk merias wajah dan berganti pakaian, dengan segera aku kembali menuruni anak tangga dan berlari menuju halaman rumah.

"Kau mau kemana?" Tanya Albert sedikit berteriak.

"Mencari udara segar!" Jawab ku sambil melambaikan tangan ku pada nya yang mulai menggeleng-gelengkan kepalanya di ambang pintu dan bersandar dengan santai disana.

Ketika aku telah berada di luar halaman rumah, langkah ku terhenti.

"Baguslah kau menyadarinya dan tidak terus berlari untuk menaiki taksi di ujung jalan." Teriak Albert membuat ku mengulum bibir ku menahan malu.

Aku pun kembali menuju rumah ku dengan melangkah lunglai dan tatapan yang terus tertuju ke arah sepasang kaki ku yang masih terus silih berganti melangkah maju.

Benar-benar memalukan.

.
.
.

Albert tertawa dengan sangat kencang di hadapan ku.

"Aish! Hentikan atau aku akan menyumpal mulut mu dengan kaos kaki basah mu." Peringat ku kesal.

Tangan ku meraih segelas teh dan meminum nya, mencoba meredam rasa malu yang terus menggerogoti tubuh ku.

Dan sialnya Albert masih terus menertawai ku dengan puas disana.

"Aku benar-benar membayangkan kau terus berlari ke ujung jalan dan menaiki taksi tanpa menyadari siapa dirimu saat ini sebenarnya. Bahkan kau lupa memakai alas kaki. Astaga ini sangat lucu." Ujar nya masih terus tertawa sambil memegangi perut nya yang buncit.

Hei, jangan salah faham dulu. Aku pernah memergoki nya tengah bernyanyi ria di bawah shower tanpa mengunci pintu, dan saat itu aku melihat perutnya yang sangat buncit.

Aku meraih bantal di punggung ku dan melempar nya pada Albert.

"Hentikan atau aku akan mencari asisten baru." Ujar ku yang langsung ampuh membuat nya terdiam dan tetap fokus pada jalanan.

Till I Met You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang