[Bab 27 : Irish]

589 91 11
                                    

Lengan ku yang nyeri karena luka sayatan yang begitu dalam membuat tubuh ku terhuyung dan terjatuh di atas ubin.

Pakaian ku yang semula bersih kini terlihat kotor dengan noda darah dimana-mana.

Aku terkapar di atas ubin, pandangan ku bahkan kabur.

Wanita di hadapanku itu membuka topi pelayan dan celemek dari tubuhnya dan menjatuhkan ke atas lantai. Ia melangkah mendekati keberadaan ku yang masih menahan nyeri luar biasa.

Aku menggigit bibir ku sendiri dengan kuat untuk menahan jeritan kencang yang mungkin tidak lama lagi jeritan itu akan keluar dari mulutku.

Aku sangat takut. Aku takut ia menusukkan pisau nya di bagian tubuh ku yang lain.

Siapa sebenarnya wanita ini?

Ia menginjak lengan ku yang terluka dengan sepatu berwarna hitamnya.

"ARGH! SAKIT!" Jerit ku tidak mampu lagi menahan rasa sakit dan nyeri itu.

"Kau harus merasakan sakit yang ku rasakan juga Nona Irish. Jangan pernah merebut Nathan dariku ... Ku mohon, ia hanya milik ku." Ujar wanita itu dengan air mata nya yang membasahi kedua pipinya.

Hingga tidak lama kemudian, Tuhan menolongku dengan mengirimkan salah satu pelayan yang sering ku lihat di mansion ini.

Pelayan itu masuk ke dalam ruangan ku dan berteriak kencang. "Tolong! Ada penyusup!" Teriak seorang pelayan itu membuat wanita gila di hadapan ku terlihat cemas dan berlari keluar dengan pisau miliknya yang ia jatuhkan tepat di samping ku.

Pelayan itu berlari ke arah ku ... Bersama Nathan yang terlihat mendahuluinya. 

Rasanya aku ingin menangis melihat nya di sampingku saat ini.

"Irish? Sayang? Kau ... Shit! APA YANG SEBENARNYA YANG TERJADI?!" Nathan berteriak pada beberapa pelayan mansion yang telah hadir di ruangan yang sama.

"A-aku tidak tahu-"

"Cepat cek rekaman cctv dan cari tahu siapa orang yang telah berani melakukan hal keji seperti ini! CEPAT!" Teriak Nathan frustasi.

Dengan jelas, aku dapat mendengar deru nafasnya yang berat. Oh tidak, apa ia menangis?

Nathan membawaku ke dalam pangkuannya. Ia mendekap ku sangat kuat hingga aku dapat merasakan debaran jantungnya yang cepat.

"Shit! Dia melukainya tepat di posisi urat nadi. Cepat hubungi ambulans, sekarang juga! Cepat!"

Apakah Nathan benar-benar menangis?

Bahkan aku tidak pernah melihatnya menangis.

Sial! Rasanya aku kehabisan nafas.

Kepala ku sangat nyeri dan pandangan ku sangat kabur.

"Irish tetap sadarlah, kumohon. Maafkan aku, maafkan aku~ seharusnya aku membiarkan mu berada di ruangan yang sama dengan ku sepanjang waktu. Maafkan aku ..." Gumam Nathan sambil terus menciumi puncak kepala ku.

Senyum kecil terlukis di wajahku, hingga akhirnya aku tidak dapat melihat apapun lagi.

Semuanya menghitam ...

Sepertinya hidupku telah berakhir.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..

N A T H A N POV

Tatapan ku mengedar ke arah sekitar.

Rasanya begitu menyedihkan menyantap makanan hanya seorang diri di tengah keramaian.

Hingga tidak lama kemudian Fathur melangkah menghampiri ku dengan sedikit tergesa-gesa.

Tidak, sepertinya ada hal genting yang ingin ia sampaikan padaku.

"Tuan Porat, Nyonya Meghan ..." Ujar Fathur dengan nafas terengah-engah.

"Ada apa dengannya?" Tanya ku sedikit acuh seraya memasukkan suapan terakhir makan siang ku.

"Ia mengalami kejang-kejang lagi." Kata Fathur membuat ku dengan segera menelan habis sisa makanan di mulut dan meneguk minuman di atas meja dengan cepat sebelum berlari kecil menuju lift rumah sakit.

.
.
.

"Aku sudah memeriksanya, ia akan baik-baik saja." Ujar Dokter Ben yang merawat Nyonya Meghan. Ibu dari mantan istriku, Elizza.

"Syukurlah, terima kasih." Balas ku akhirnya dapat bernafas lega.

Walaupun aku tidak menyukai Elizza, tetapi Nyonya Meghan telah banyak membantu ku.

Dan setelah meninggalnya Elizza, rasanya tidak adil jika aku menelantarkan Ibunya sendirian begitu saja. Apalagi Nyonya Meghan adalah wanita yang baik.

"Fathur, jaga Ibu Meghan. Aku ingin ke toilet sebentar." Kata ku sebelum melangkah keluar dari ruang rawat Nyonya Meghan, yang telah ku anggap sebagai ibu kandung ku juga.

Setelah menyusuri lorong, dahi ku mengernyit ketika mendengar keramaian dari arah lobby rumah sakit.

Karena rasa penasaran yang tinggi, aku melangkah mendekati pagar pembatas antara lantai dua dengan lobby di lantai satu.

Dahi ku mengernyit ketika melihat keramaian disana. Di tambah lagi dengan wartawan yang duduk menjajar di kursi yang seperti telah sengaja di sediakan.

Apa ada selebriti yang tengah melahirkan di rumah sakit ini? Ah, aku tidak peduli.

Tanpa ku pedulikan, aku kembali memutar tumit kaki ku menuju arah toilet.

Namun belum mengambil langkah yang ketiga, pertanyaan seorang wartawan yang terdengar jelas di indra pendengaran ku membuat langkah ku terhenti begitu saja.

Tubuh ku mematung ketika mendengar nama seseorang yang sudah sangat lama ku rindukan. 

"Bagaimana kondisi Irish Young saat ini? Apakah ia telah sadarkan diri dari koma nya yang hampir menginjak 11 bulan lamanya?"

"Irish? Ada apa dengannya?"

"Irish? Ada apa dengannya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Till I Met You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang