Lexa, The Angler of Emotions | Part 20

50.6K 3K 531
                                    

VOTE DAN KOMENTARNTA JANGAN LUPA!!

HAPPY READING!!

HAPPY READING!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tristan

_____________________

Lenox Hill Hospital. Manhattan. New York City. Amerika Serikat. 21.30 pm

Helaan napas terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helaan napas terdengar. Cara duduk dan pandangan dua manusia itu sangat kaku. Wanita muda yang memakai jas putih tersebut tak tau harus bagaimana mengawali pembicaraan. Bayangkan saja jika dirimu ditatap dengan tajam sebelum berucap apa-apa.

"Wanita itu..mm..maksud saya Alexandra tidak terluka parah. Hanya patah di pergelangan kakinya dan beberapa bagian tubuh terlihat memar, yeah sebentar lagi juga sembuh."

Raut wajah wanita tersebut agak bingung dan ragu membuat Tristan semakin serius ingin mendengarkan. "Tapi saya sedikit ragu, luka memar itu sepertinya bekas cupang. Ah, aku pusing." gerutu dokter tersebut dengan gumaman. Namun masih bisa didengar Tristan. Bahkan ia sebagai dokter profesional saja tidak bisa fokus lagi dan menjadi salah tingkah karena tatapan serius Tristan.

Tristan masih terdiam, mendengarkan dengan seksama ucapan selanjutnya. Telinganya tidak akan melewatkan satu patah kata-pun.

Dokter bernama Camellia itu tampak semakin gugup. Menarik napas dalam dan memberanikan diri. "Bisakah Anda menatap saya dengan tatapan normal? Saya kesulitan bicara jika ditatap tajam seperti itu."

Tristan tidak menghiraukan, bahkan alisnya menukik tajam saat pemberitahuan dokter didepannya sedikit melambat. "Apa tidak ada hal lain? Pagi hari Istri saya muntah dan sakit perut, apa tidak ada masalah dengan hal itu?"

Tristan bertanya dengan antusias membuat Camellia menepuk keningnya pelan. "Sebenarnya saya ingin menyampaikan masalah ini, tapi tiba-tiba saya lupa karena tatapan Anda. Apa Alexandra pernah mengeluh sakit perut di bagian bawah?"

Tristan menggeleng. "Hanya samar-samar mendengar dia menyebut datang bulan."

Camellia menarik napas lebih dulu, lalu menghembuskannya dengan pelan, membuat Tristan tak sabar. "Begini, Alexandra mengalami pendarahan vagina dan gejala muntah-muntah, pusing, berkunang-kunang--," Camellia menghentikan ucapannya sebentar.

Little Wife, LexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang