03

3.2K 86 0
                                    

Kesadaran mulai dialami oleh si pemilik tubuh. Ia mengerjapkan maniknya kesekian kali untuk mencegah rasa kantuknya menyerang  kembali.

Sinar matahari yang masuk kedalam kamar melalui jendela merupakan kesenangan tersendiri bagi wanita yang kini berumur genap 17 tahun itu mengingat betapa dinginnya suhu udara kemarin malam.

Tapi,,,,

'tears'

air mata mengalir dari kedua belah pipinya, akibat teringat malam panjang yang merenggut harga dirinya sebagai seorang wanita.

"Hiks,,, hiks,, oh Tuhan, aku tahu ini bukanlah takdir yang kau berikan padaku, ini,, hiks hanyalah ketidak beruntungan atas kelalaianku, hiks. Aku percaya kau saat ini masih berbaik hati untuk mendengar doa dari wanita yang sudah ternodai ini bukan?"

Sheren menutup wajah ayunya dengan kedua tangan, tak kuasa menahan perihnya penderitaan yg dialaminya saat ini.

"Setidaknya,, tolong sembuhkan ibuku,, aku tidak keberatan jika aku ter cap sebagai wanita yang ternodai seumur hidupku, namun aku tidak sanggup melanjutkan kehidupan yang Kau berikan jika ibuku pergi mendahului,,, hiks" tambahnya.

Keadaan tubuhnya tidak pantas ia perlihatkan diluar.

Pakaian yang memalukan itu bahkan lebih tidak pantas untuk ia kenakan sekarang.

Benar,, pakaian bunny girlnya sudah menjelma menjadi beberapa sobekan kain.

Apapun keadaannya kini, ia harus segera memberitahukan masalah ini, sekaligus minta maaf kepada pemilik bar.

Semangat hidup tingginya langsung drop malam itu juga.

Ia melangkah pasrah menuju kamar mandi untuk membersihkan hawa pria yang bahkan sudah tidak ia kenali wajahnya.

Informasi yang ia ingat hanyalah ketika ia telah diperlakukan dengan tidak begitu pantas oleh seorang pria yg tengah diracuni kesadarannya oleh wine.

Sisanya hanyalah bayangan buram. Penampilan dan identitasnya membuat kepala Sheren semakin nyeri ketika mengingat jati diri pria itu

Begitu selesai mandi dan memakai pakaian berupa kaos polos berwarna merah serta bawahan celana jeans dengan warna crem yang ia ambil dari lemari pakaian, ia pun bergegas keluar.

Sheren berjalan cepat menuju ruangan manager.

"Masuk" pinta seseorang dibalik pintu ruangan setelah mendengar suara ketukan sebanyak tiga kali.

"Oh ternyata kau" ucapnya seraya memangku dagu di kedua tangan.

"Apa anda sudah tahu mengenai kejadian semalam?" Tanya Sheren sembari terus menahan air matanya mengucur lagi walaupun dia tahu bahwa kedua matanya masih terlihat merah akibat terlalu lama menangis.

"Tepat, aku sudah mengetahui keseluruhannya, apa kau tahu apa kesalahanmu?" Manager itu kembali melempar pertanyaan yg berhasil membuat Sheren berpikir keras untuk mencari tahu letak kesalahannya.

"Maaf,, bisa anda jelaskan kembali maksud dari perkataan anda?"

"Kamar yang kau layani salah, kau seharusnya melayani kamar no 189 tetapi yang kau malah memasuki kamar dengan nomor 198"

Matanya seketika terbelalak dengan tubuh bagaikan membeku.

"Astaga,, aku telah membuat sebuah kesalahan fatal!" Gumam Sheren karena sejak kemarin ia sama sekali tidak menyadarinya.

"Maaf mengatakan ini, tapi aku terpaksa harus memecatmu karena aku sangat tidak ingin kesalahan seperti ini terjadi disini" ucap pria paruh baya itu dengan kedua mata terpejam.

VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang