27

389 20 9
                                    

Ia...terlalu lama termenung di meja kerjanya... Entah hal apa yg memenuhi benaknya saat ini...

Kemudian..ia kembali fokus dengan PC nya...tak tahu apa yg ia ketikkan disana mengingat kekosongan benaknya terlihat mencapai batas...

Lalu ia berhenti menggerakkan jari jemarinya..setelahnya ia kembali menatap kosong komputer itu...

Suasana seperti ini memang kerap terjadi sejak beberapa tahun lalu...mungkin aku sudah terbiasa dengannya...

Namun..ketika melihatnya seperti itu..semakin lama aku semakin tidak tahan...apa yg sebenarnya ia pikirkan? Kapan saat terakhir ia berbicara lepas..dan kapan terakhir kali ia tersenyum?

"Liana... Apa yg kau pikirkan?" Tanya Presdir padaku.. aku kalah cepat darinya...tadinya aku lah yg ingin menanyakan hal itu...namun aku takut jika aku dianggap seperti mencampuri urusannya.

Aku tersenyum...seraya memandangi ekspresi wajahnya yg kebingungan atas senyuman ku.

"Tidak..saya hanya berpikir mengenai hal apa yg Presdir pikirkan"

Ia kembali memasang wajah dingin..

Begitu pula denganku..

"Jika anda tidak keberatan...bisakah anda menceritakannya pada saya?" Tanyaku lagi karena aku sudah tidak tahan lagi dengan sikapnya.

Aku tidak mengingatnya...tapi para karyawan pernah mengatakannya padaku bahwa sejak lima tahun yg telah lalu...tepat sebelum kami mengalami kecelakaan.. Presdir menjadi sedikit berbeda.. mulai memperhatikan para karyawannya dan bahkan lebih banyak tersenyum jika dibandingkan sekarang.

"Tidak..aku hanya merasa kehilang-"

"Tidak..aku tidak apa-apa.. kerjakan saja tugasmu" sambungnya..

Tapi aku tahu..ia nampak menyembunyikan sesuatu.

"Baik"

Suasana menghening sejenak setelah aku teringat sesuatu.

"Oh iya Presdir... Tadi pagi... Teman kuliah anda yg bernama Kawasaki Hosei ingin mengundang anda ke acara pernikahannya... Apa jawaban anda?"

"Hosei ya.. aku dulu tidak begitu akrab dengannya.. tolak saja" ujarnya sembari membuka sebuah stopmap merah lalu membacanya.

"Presdir... Saya tahu kini pikiran anda sedang kacau..namun hal ini perlu dipertimbangkan.. kita mungkin bisa mengajukan kerjasama dengan perusahaan Kawasaki... Kita tahu persis bahwa perusahaan itu penghasil robot tercanggih didunia dan sudah menyaingi Amerika Serikat.. kita bisa menggunakan kesempatan ini untuk mengangkat kualitas produk kita ketingkat yg lebih tinggi" jelas ku menentang keputusan sang Presdir..ia mulai menyeruput kopi yg telah kusediakan di meja kerjanya itu, seraya mengolah pernyataan ku.

"Akan ku pertimbangkan"

----

"Alice...Anatasia... Bangun sayang.. hari ini adalah hari pertama kalian di sekolah" Ucap Sheren sembari membuka korden ke dua sisi agar sinar matahari turut membangunkan Alice dan Anatasia.

"Aduuuh.. ibu ini terlalu silau..bisa tutup kordennya lagi?" Balas Alice seraya menyelimuti bagian kepalanya dengan selimut.

"Kakak jangan begitu dong...ayo bangun..hari ini kan hari pertama kita keluar rumah tanpa ibu" kata Anatasia bersemangat lalu turun dari ranjangnya.

"Revan mana?" Kata Alice setelah membiasakan diri dengan pencahayaan yg membuat matanya agak sensitif lalu menyadari ketidakhadiran Revan dikamar itu.

VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang