"Heehh!! Heehh!! Heehh!!" Suara deru nafas seorang perempuan di depan pintu rumah sakit.
Tak jarang keadaannya saat ini menyita perhatian orang yg melintasinya,,,
Bahkan ada beberapa yang mengamatinya secara keseluruhan,, dari ujung kepala hingga kaki.
Penampilannya kini sangat berantakan.
Rambutnya yg tergerai panjang itu kusut bagaikan singa....wajah yg terlihat pucat seperti orang sakit.....pakaiannya yang kekecilan itu berhasil memikat gairah para pria beruntung yang melihatnya.
Sebuah ranjang pasien didorong dengan cepat oleh beberapa perawat dan seorang dokter.
Sheren yang melihatnya langsung panik yang membuat wajahnya seperti ingin pingsan, ketika ia tahu bahwa itu adalah ibunya.
Dengan tubuhnya yang masih lemah akibat belum makan serta berlari-larian dari pagi, ia berjuang sekuat tenaga untuk mengejar wanita paruh baya yang biasa ia panggil 'ibu' itu.
"Dok,, kenapa ibu saya? Mengapa ia harus dipindahkan dari kamar sebelumnya?" Tanya Sheren setengah panik.
Di sisi lain, para perawat dan dokter itu menghiraukan pertanyaan Sheren dan terus melaksanakan tugas daruratnya.
Hingga sampailah mereka di ruangan operasi.
"Anda tunggu disini,, kami akan melakukan yang terbaik" ucap sang dokter sebagai penanggungjawab operasi.
"Tapi,, apa yang ter-"
Belum sempat Sheren mengungkap pertanyaannya, dokter itu langsung masuk kedalam ruangan dan meninggalkan Sheren dalam keadaan menangis.
Beratus-ratus kata doa pun ia panjatkan kepada Yang Maha Kuasa, berharap ia dapat kembali tertawa bersama sang ibu seperti dulu lagi.
Beberapa jam setelahnya, pintu ruangan tersebut terbuka, tampaklah sosok dokter yang sama dengan ekspresi yang berbeda.
"Ibuku baik-baik saja kan dok? Bolehkah aku masuk sekarang?" Tanyanya setelah menghapus air mata dengan kedua tangannya.
Dokter itu terdiam seribu bahasa,, entah apa yang ia akan katakan sekarang, namun bisa ditebak jikalau ini adalah berita buruk mengingat ekspresi wajahnya yang sama sekali tidak menunjukkan adanya kabar bahagia.
"Maafkan kami, tapi kami sudah berusaha" ujar sang dokter seraya mendaratkan tangan kanannya dipundak keluarga pasien yang ditanganinya tadi.
Mata Sheren terbelalak. Tanpa membalas pernyataan dokter, ia masuk kedalam ruangan tanpa pakaian khusus.
Disana,, di ruangan yg begitu dingin itu terbaring lah ibunya dengan wajah yang lebih pucat darinya.
Dengan langkah yang amat berat,, Sheren mendekati orang yang selalu didekatnya selama ini.
"I-ibu" kata Sheren lirih, ia memeluk tubuh tak bernyawa ibunya dengan erat, seakan sangat enggan untuk melepaskannya pergi ke dunia lain.
Sheren mengingat masa-masa dimana sang ibu selalu membentak dirinya ketika ia berbuat salah, kemudian mengelus rambutnya seraya meminta maaf atas perbuatan kasarnya saat Sheren terlelap.
Kemudian ia teringat lagi saat ibunya pernah membuatnya berhenti sekolah selama sebulan untuk membantunya berjualan, setelahnya Sheren sepeserpun tidak diberi uang dan hanya mendapatkan makanan sebanyak dua kali sehari, selain itu ia tak pernah mendapatkan apapun.
Tapi,, Sheren tak pernah merasa dendam atas semua itu, semua tetap dijalaninya dengan senyum begitu juga saat ia dikasari, Sheren merasa disaat-saat seperti itu, ia memang pantas mendapatkannya.
__________✓✓✓✓✓__________
Sheren POV :
Apa kalian tahu mengapa aku sangat menyayangi ibuku? Aneh ya, aku bertanya seperti itu karena semua anak pasti akan menyayangi ibu mereka.
Tapi kalian pasti merasa aneh bukan, diriku yang dulu hampir setiap hari di siksa oleh ibuku ini, aku bisa melakukan apapun untuk kesembuhannya?
Aku........ Awalnya memang sedih ketika aku merasa dianaktirikan oleh ibuku sendiri..
Namun,, setelah aku menemukan sebuah buku di laci kamar ibuku,, aku kemudian merasa diberkahi, sangat bersyukur mempunyai ibu seperti dia.
Di dalam buku yang tak lebih memuat 200 lembaran kertas itu terukir kisah pahit ibuku 18 tahun silam.
Disana tertulis bahwa dia,,,, dulu adalah seorang anak perempuan cantik yang sangat menyukai kebebasan.
Ibuku adalah murid terpintar di sekolahnya. Benar,,,dialah yang terhebat disana.
Dia selalu bersaing dengan teman sekelasnya untuk mencapai posisi puncak dalam hal non akademik.
Di catatan kehidupannya itu, laki-laki itu tak pernah absen dari kesehariannya.
Saat dia(laki-laki itu) kesal tak karuan karena nilainya tidak pernah bisa menyamai ibuku, saat ia hanya dipilih menjadi wakil ketua OSIS karena ibuku merebut posisi ketuanya,, dan masih banyak lagi.
Sayangnya, ibuku hanya menulis kata 'dia' saat setiap kali menceritakan kisahnya.
Aku telah berusaha untuk mendapatkan nama jabatan wakil ketua OSIS di Sekolah ibuku 18 generasi terdahulu, namun nama sekolahnya tidak tercantum disana,, mungkin ibu terlalu membenci hampir setengah insiden kejam yang terjadi padanya. Dan akibat dari kesibukanku, jangankan mencarinya,, waktu istirahat pun jarang ada.
Berikutnya,, kejadian yang merenggut masa depan ibuku tertuang dalam buku yang ku baca kala itu.
Karena suatu hal, ibu dan laki-laki itu terkunci di sebuah gudang, hingga semalaman penuh.
Dan sesuatu pun terjadi hingga aku terkandung dalam rahimnya.
Tentu saja keluarga laki-laki itu tidak mau mempertaruhkan masa depannya demi menikahi ibuku.
Lalu,, ibu memutuskan untuk menjagaku tanpa status seorang istri dan keluar dari sekolah.
Berkali-kali alm kakek dan nenek memaksa ibuku untuk menggugurkan kandungannya,, namun ibu bersikeras untuk tetap melahirkan ku karena ia tidak akan pernah bertemu dengan lelaki yang dicintainya dan akan menjaga satu-satunya pemberiannya.
Karena penolakan ibu dianggap lancang, kakek dan nenek memutuskan hubungan mereka dengan aku dan ibu.
Sekarang kalian sudah paham dengan pertanyaanku tadi?
Pada tahun-tahun berikutnya, lagi-lagi ia menuangkan kisahnya ke dalam lembaran baru pada buku itu.
Ternyata seorang sekretaris OSIS yang bernaung dibawah kekuasaan ibuku dulu telah mencintainya jauh sebelum ibuku menemukan ayahku, setahun setelahnya, saat aku berusia sekitar 5 tahun dia pun menjadi ayahku.
Namun,, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. 3 tahun berikutnya, ayah tiri ku itu meninggal karena suatu penyakit. Dan ibu hanya punya diriku seorang.
***
"Terimakasih telah lebih memilih diriku daripada masa depanmu hiks,, aku berjanji akan menjadi lebih baik dari prestasimu dulu ibu hiks" begitulah ujar Sheren sebelum ia pingsan dan melepaskan pelukannya dari tubuh dingin sang ibu.~~~~~~~
Next Chapter.
"Baiklah,, saya akan mengatakannya, tapi saya harap tenangkan dirimu saat kamu selesai mendengarkannya" jelas sang dokter.
Sheren semakin berpikiran negatif,, apakah ini penyakit berbahaya? Kanker? Tumor? Penyakit jantung? Semua hal mengenai itu berkecamuk didalam benaknya.
-----------------------------------------------------------
Si kere habis kuotanya,
Please Slide untuk chapter berikutnya☺️Jangan lupa vote☺️

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire
RomanceVampir..... Aku tidak menyangka bahwa mahluk yang ku anggap mitos ini telah mengubah seluruh kehidupanku...