21

536 51 0
                                    

"Tan...kau tahu?"

"Tahu apa Rose?" Balas Reyna kepada calon menantunya yaitu Rose.

"Sejak kami bertunangan...Thomas sama sekali tidak mengakui keberadaan ku...dia terus saja berusaha menghindariku" ujarnya dengan raut wajah sedih dan hampir menangis.

"Begitukah sayangku? Mengapa aku bisa sampai tidak menyadarinya?" Tanyanya sembari menghapus air mata Rose yg telah mengalir begitu saja di pipinya.

Rose merupakan putri dari seorang pengusaha cincin berlian. Dan ia telah ditunangkan dengan Thomas seminggu yg lalu. Awalnya Thomas memang menolak keras karena perasaannya terhadap Sheren,,namun sang ibu begitu bersikeras hingga Thomas tidak mampu untuk menentangnya lagi.

Walaupun begitu.. Rose sama sekali tidak dipedulikan oleh tunangannya itu.. Thomas akan mengalihkan pandangannya serta menampilkan ekspresi kesal setiap berpaspasan dengannya.

Rose dan Thomas merupakan teman saat kecil mengingat kedua orang tua mereka super super sibuk. Rose selalu dititipkan ditempat Reyna karena Reyna dan Dessy (ibu dari Rose) merupakan teman SMA.

"Nak Rose...kau tenang saja ya...bagaimanapun caranya Tante pasti akan menyatukan kalian" ujar Reyna sembari mengelus pelan rambut Rose.

--------

"Aku sungguh tak percaya dengan apa yg terjadi padamu Sheren..kau bahkan belum lulus SMA..dan kau hilang tanpa jejak karena hamil?"

Begitulah hal yg dikatakan Kevin..ia sungguh kecewa dengan mantan teman sekelasnya itu...Kevin sejak dulu selalu mengamati wanita yg ramah tamah dan selalu dikelilingi oleh hal-hal baik itu...

Sedangkan..Sheren masih menyusun kata dalam benaknya untuk menjawab pertanyaan Kevin.

"Menurutku...disini bukan tempat yg baik..ayo kita pindah!" Saran Thomas.

"Maaf aku tidak mengatakannya kepadamu...aku pikir..kau sama seperti teman-teman perempuan ku yg lain...yg hanya bisa membenciku"

"Dan teman laki-laki ku yg hanya menggemari parasku...entah apakah mereka ingin mengakhiri sebagai teman dengan kondisiku saat ini" jelasnya lagi.

"Jika kau berpikiran seperti itu..maka aku tidak..kau tidak bisa menyamakan ku dengan mereka semua Sheren.."

mendekatimu karena kupikir kau adalah orang yg mengunci diri dari interaksi sosial..aku pikir kau adalah orang yg anti sosial" ujar Kevin.

"Aku tidak tahu jika kau berpikiran demikian..aku bersekolah hanya untuk belajar...aku tidak memiliki keberanian untuk melakukan hal lain selain itu"

"Hingga aku mendapati ibuku sakit parah dan harus mencari uang untuk biaya operasinya" jelasnya dengan cucuran air mata yg mulai membasahi kedua pipinya.

"Dan mendapatkan pekerjaan yg memalukan yg harus ku kerjakan jika ingin secepatnya mempunyai uang yg cukup"

"Tapi...hiks...tak kusangka...seorang lelaki memperlakukanku dengan kasar dan menghamiliku....dan entah kenapa..aku bisa lupa dengan identitasnya..tapi aku tidak sempat mencaritahu keberadaannya karena lagi-lagi aku harus menerima kenyataan bahwa ibuku sudah tiada dan meninggalkanku sendirian hiks" jelasnya dengan air mata yg telah menetes beberapa kali ketika mengingat kejadian itu.

Walaupun Sheren pernah menceritakannya kepada Thomas..Thomas masih sangat tersentuh kepada wanita yg dicintainya itu.

Sedangkan Kevin...merasa sedikit bersalah karena membuat wanita yg sempat dikaguminya di masa lalu itu berurai air mata.

"Maafkan aku Sheren..aku...tidak bermaksud melukai perasaanmu.."

"Tidak apa-apa *mengusap air mata. Aku senang karena masih dianggap teman olehmu..aku sangat menghargai nya" balasnya dengan seutas senyum walaupun dengan mata yg masih kemerahan.

"Sekarang bagaimana keadaanmu?"

"Aku...bekerja sebagai pelayan di kediaman Presdir Stevan"

"Stevan...Stevan Jimmy? Yg pengusaha makanan sehat, IT, dan Fashion terpopuler itu?" Tanyanya tak percaya.

"Hnn..mengapa?"

"Tidak..aku sangat terkejut ketika mendengar berita bahwa Stevan Jimmy kini hanya mempunyai seorang pelayan..dan itu kau?"

"Santai Broo..walaupun hanya satu pelayan..dia juga diberikan cuti hamil kok.." sela thomas yg agak bosan ketika hanya dia yg terdiam dalam percakapan mereka.

"Tunggu dulu...kurasa aku pernah melihat wajahmu..."

"Kau siapa?"

"Kau tunangan sepupu ku kan?"

"Hah....jadi...Rose itu sepupumu?"

"Tepat sekali"

"Kali ini prediksi mu tepat nyonya... Tuan muda Thomas kini tepat di hadapanku"

"Bagus... Sekarang..cepat kau selidiki sedang apa dan dengan siapa dia disana..ingat! Harus teliti dan sesuai yg ditangkap matamu!" Pinta Reyna dari balik telepon.

"Baik nyonya...Tuan muda kini berada di kafe sebuah mall dan tengah berbincang dengan dua orang temannya" ujar laki-laki itu seraya membetulkan posisinya agar tidak tampak di mata si target.

"Lalu...siapa mereka? Apa kau mengenalnya?"

"Salah satunya adalah keponakan anda nyonya.. tuan muda Kevin"

"Sejak kapan mereka mulai dekat? Dia bahkan mengacuhkan rose kesayanganku..." Gumamnya.

"Siapa lagi?"

"Seorang wanita...saya tidak mengenali wanita itu tapi yang pasti.. wanita itu tengah hamil besar nyonya"

Seketika itu... Sheren yg sedari tadi merasa sedang ditatap... Spontan menoleh ke tempat sang penguntit tersebut bersembunyi.

Namun penguntit tersebut berhasil menghilang dari pandangan Sheren dalam sekejap.

"Ada apa Sheren?" Tanya Thomas kemudian.

"Tidak..aku hanya merasa ada seseorang yg sedang menatapku"

"Lebih baik.. kau kurangi pikiran berlebih semacam itu Sheren..itu akan mempengaruhi kesehatanmu"

"Tunggu..kau siapanya Sheren?" Sela Kevin yg kini terbalik menjadi penonton yg menyaksikan keromantisan mereka.

"Dia...

"Dia dokterku" potong Sheren dengan tegas.

"Aku tidak pernah dengar dokter yg menangani pasiennya hingga seperti ini...apa kau yakin tidak punya maksud lain?"

"Maks-..maksud apa yg kau maksudkan" balasnya dengan wajah yg spontan memerah.

"Ya... Siapa tahu saja... Rose selalu bilang padaku jika kau sama sekali tidak perhatian padanya..apa ini penyebabnya?" Tanyanya serius sembari melempar senyum sinis.

"Bukan! Bukan begitu... Kau salah tangkap Kevin.. Thomas hanya menyayangiku sebatas adik... Bukan begitu Thomas?"

Ketika mendengar pernyataan Sheren..Thomas merasakan sakit dibagian dada.. kecewa dan...apalah itu tercampur aduk dalam benaknya.

"Ah..iya..semacam itu" balas Thomas tanpa menoleh si penanya maupun Sheren.



VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang