"Tak pernah kusangka bahwa kejadian yg dulu diberitakan itu benar" seraya meremas rambutnya, Sheren terlalu takut untuk membayangkan apa yg akan terjadi pada dirinya nanti.
"Vampir,, dia,,, dia vampir mengapa mereka belum punah juga?"
Sesaat kemudian,, ia menarik nafas panjang dan mengeluarkan nya.
"Okay,,, saat ini tenangkan lah dirimu Sheren. Kondisi seperti inilah yang akan mempengaruhi bayimu nanti" ujarnya menghibur diri seraya mengusap pelan air matanya yg telah mengucur tiada henti sejak satu jam yg lalu.
"Tidak apa-apa, meskipun dia tipe pria yg sangat ku benci,, setidaknya dia tidak akan menyakitiku lebih dari ini,, ingat Sheren, kau hanya butuh uangnya, selain itu kerjakan saja semua tugas dan sisanya jangan terlalu memperdulikan perkataannya" ujarnya se positif mungkin seperti biasanya.
Wanita yg dengan wajah pucatnya itu menghampiri jendela kamarnya, lalu membukanya.
Tak lama kemudian, angin malam memeluk raganya, terasa dingin mencengkram menusuk tulang, tapi mampu menyejukkan hatinya yg panas. Sembari menatap langit yg dihiasi oleh ribuan cahaya bintang Sheren berpangku tangan pada bagian bawah jendela tersebut.
"Aku ingin tahu kebahagiaan itu rasanya seperti apa?" ujarnya sebelum mulai menutup kedua mata dan terlelap.
***
Pagi itu adalah pagi yg cerah. Kicauan para burung terdengar bagaikan melodi musik yg serasa menghipnotis Indra pendengaran, begitu juga dengan sinar mentari yg menjalar masuk menembus ventilasi,, begitu menghangatkan selepas merasakan dinginnya udara malam.
Wanita itu membuka matanya, kemudian ia mencoba untuk mengingat kembali mengenai apa yg terjadi dengan dirinya yg kemarin.
"Mengapa aku bisa tidur di ranjang?" Pikirnya sembari menggeraikan poni panjangnya kebelakang dengan salah satu tangan.
"Mungkin aku pindah tempat sendiri tanpa aku sadari" ujarnya lagi.
Ia pun terbangun dari tempatnya kini dan menuju ke kamar mandi.
Sssssrrrrrr.....
Suara rintikan air shower terdengar jelas ketika Sheren menggunakannya untuk mandi.
"Rasa sakit di sekitar bahu dan leher sama sekali tidak ada,,, kenapa ya?" Tanyanya setelah meraba-raba tepat dimana mahluk itu menusuk dirinya.
"Ah,,, bodo amat.. yg penting aku masih bernafas" ujarnya dengan benih-benih kesal yg mulai muncul akibat mengingat betapa ia membenci perlakuan dan perkataan tuannya.
Knock knock knock.
"Ah!?" Kejut Sheren akibat suara ketukan pintu mengganggu aktivitas mandinya.
"Cepat selesaikan itu!! Ada meeting penting yg harus dihadiri hari ini!" Pintanya setengah kesal dan setengah berteriak.
"Ini jam berapa ya?" Batin Sheren setelah merasa enggan untuk menyahuti perintah Stevan.
Seperti yg diperintahkan, Sheren pun bergegas menyelesaikan kegiatan yg memang merupakan salah satu hobinya.
Setelah berpakaian, tentu Sheren secepatnya menuju ruang ganti karena ia sempat tercengang melihat dua jarum jam yg menandakan bahwa mereka kesiangan.
"Bergegaslah! Kita harus kembali ke London. Jika tidak jadwal hari ini bisa menumpuk Minggu ini" ujar Stevan saat Sheren memakaikannya jas dengan waktu yg lama.
"Yg ini harus pelan" pakainya,, jika tidak jasnya akan terlihat tidak rapi Dimata orang" balasnya seraya terus berusaha meningkatkan kecepatannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/197694189-288-k993691.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire
RomanceVampir..... Aku tidak menyangka bahwa mahluk yang ku anggap mitos ini telah mengubah seluruh kehidupanku...