"Sial,, aku lupa mematikan kompor" ujarnya setelah mencium bau yg agak berbeda saat itu.
Sepertinya sampai gajah bertelur pun buburnya hanya akan jadi hayalan.
Dari lantai dua,, Sheren berjalan terhuyung-huyung karena saking pusingnya.
Sheren khawatir jika Stevan menghancurkan dapur..jadi ia sedikit merasa bersalah jika ia membiarkannya mengurus dapur.
"Sudah cukup...kau sebaiknya menunggu di meja makan bila lapar..aku akan membuatkanmu makanan..aku tak ingin kau membuatku bekerja dua kali jika kau menghancurkan dapur" kata Sheren yg sekujur tubuhnya dibasahi oleh keringat.
Bahkan untuk berdiri saja Sheren masih berpegangan pada tembok ataupun pintu yg berada disekitarnya.
Bagaimana mungkin ia akan bisa memasak?
"Lihat dirimu...jika sakit mu semakin parah setelah ini..aku bisa mati kehausan jika...kau lama sembuhnya"
Ujarnya seraya membuang masakannya yg gagal."Tuh...lihat..buburnya sampai berubah warna gitu...tuan ambil saja panci yg baru....aku akan memberikan instruksi"
Karena tak mau kelaparan...Stevan yg sejak awal tidak pernah diperintah..kini terpaksa menuruti apapun yg dikatakan Sheren.
"Yg terakhir sajikan diatas piring...jika tuan tidak mau tangannya melepuh..silahkan gunakan lap kering "
"Kau lupa aku ini apa?" Tanyanya dengan terlalu percaya diri.
"Terserah"
"Awwwww" teriak Stevan setelah memegang bagian panci yg masih panas.
"Dengar....bulan ini kau belum mendapatkan darah dariku...oleh karenanya kekuatan fisikmu juga akan melemah...kau tidak bisa diberi tahu sih" ujar Sheren seraya mencari kotak p3k di rak dapur.
Stevan hanya diam merasakan perih di bagian tangan.
"Kau jangan bergerak..duduklah..aku akan membalut tanganmu" ujarnya sembari membuka perban.
Stevan kembali teringat dengan kakaknya...yg pada saat Stevan terluka,, sang kakak rela menyobek kain bajunya hanya untuk membalut luka adiknya.
Suasana menjadi sedikit hening
"Ka-kakak" ujar Stevan yg tanpa disadarinya menunduk hingga tersandar dibahu Sheren seraya menangis.
Sheren merasa sangat kasihan kepada pria yg sebegitu kuatnya menahan rindu kepada keluarga hingga sama sekali tak dapat dibaca ekspresinya hingga saat ini.
Sheren mendekap Stevan kedalam pelukannya. Sheren sangat mengerti bagaimana perasaannya kini mengingat mereka sama-sama tidak mempunyai keluarga dan hidup sendirian di dunia ini.
Setelah merasa tenang...Sheren mengusap pipi tuannya yg penuh air mata dengan tisu.
Stevan terkejut dan membeku sesaat.
Jauh didalam hatinya,, ada sebuah perasaan yg tidak ia mengerti maksudnya.
"Apa yg terjadi padaku?" Batin Stevan.
Sementara Sheren masih mengusap lembut wajah tuannya itu dgn tisu.
"Tidak mengapa tuan...aku sangat mengerti perasaanmu....jadi tidak usah sungkan untuk mengenang mereka dan menangis dihadapan ku" ujarnya seraya membalut tangan majikannya dengan perban.
------
"Silahkan dimakan tuan...maaf jika rasanya tidak seperti biasanya...(walaupun Stevan yg memasak,, tpi yg memberi instruksi aku jga kn?)""Bukan masalah...tapi...bisakah kau menyuapiku?"
"Iya*bangkit dari kursi"
"Kau makanlah duluan...kau bisa menyuapiku nanti"
"Hnn" jawabnya singkat dan kembali duduk.
Setelah mereka selesai makan..Sheren yg masih merasa pusing itu naik ke lantai dua untuk beristirahat di kamarnya.
------
"Thomas!" Panggil sang ibu untuk ketiga kalinya berhasil mengeluarkan Thomas dari lamunannya.
"Oh ibu..apa yg bisa kubantu?" Tanyanya dengan senyum memaksa..mungkin karena ia kelelahan.
"Apa kau tidak ada niat untuk menikah?" Tanya sang ibu secara tiba-tiba dengan serius.
"Apa yg kau katakan bu..aku masih terlalu muda untuk menikah...aku bahkan belum pernah kepikiran sampai sekarang" balasnya.
"Kau tahu kan? Sekarang keluarga kita hanya ada mama, Tasya, dan kau saja... Kini Tasya tengah melanjutkan Studi di Jepang....setidaknya seorang menantu dan cucu akan mengisi hari- Mama dirumah yg lumayan besar ini"
Reyna mulai mendekati putranya itu.
"Kalau pacar punya kan?" Tanyanya lagi.
"Apa sih bu...aku belum ada niat nyari pacar...sekarang nih aku lagi fokus sama kerjaan..mana ada waktu untuk pacaran?"
"Tapi...."
"Ibu tenang saja...aku janji di umurku yg ke dua puluh tujuh...aku akan membawakan seorang menantu untukmu...jadi ibu bersabar dulu ya!" Ujarnya seraya memeluk erat sang ibu yg mulai cemberut.
"Ibu pasti tidak akan merestui hubunganku dengan Sheren" batinnya setelah melepas pelukannya.
"Hah....apasih yg kupikirkan?" ujarnya kemudian.
"Apa yg kau maksud?"
"Tidak bu...tidak ada"
-----------------------------------------------------------
Keesokan harinya."Sheren..aku bawa sesuatu untukmu"
Kata Thomas setelah nyelonong begitu saja ke rumah Stefan.Terlihatlah Adegan dimana Stefan dan Sheren begitu mesra bagai pasutri baru...dimana Sheren sibuk memakaikan Stefan dasi.
Thomas melongo.
"Pelayan....usir mahluk itu" pinta Stefan kepada....
Thomas tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha... Kau tidak ingat..di rumah mu ini tidak ada pelayan? Ha ha" Stefan memegangi perutnya yg sediki sakit karena ia tertawa begitu keras.
"Biarkan saja dia tertawa hingga mati" katanya kesal.
"Jangan begitu donk Broo..aku kesini...karena selain untuk mengganggumu dengan Sheren,, aku juga membawakan Sheren beberapa buah dan sayur untuk membuatnya pulih.."
"Tidak diperlukan..buah dan sayur apapun sudah tersedia di perkebunan ku dan hanya memerintahkan pekerja ku untuk mengambilnya...buat apa kau repot-repot membawanya?"
"Eiitss..kau tidak tahu bahwa aku juga membuatkannya bubur khusus ibu hamil... Kau sendiri tak bisa membuatnya bukan?" Ujarnya seraya memperlihatkan kantong plastik berisi bubur yg dimaksud.
"Sheren...jangan diterima! Sangat mustahil ia bisa memasak..nanti kesehatanmu akan memburuk"
"Aku tidak memberikannya padamu! Apa hak mu untuk membuat Sheren menolak makanan yg ku bawa?"
"Aku Tuannya..dan aku berhak atas dirinya"
Mendengar perkataan itu...Sheren tercengang...kata itu seperti...membuatnya sangat spesial di hati Stefan.
"Bodoamaaattt... Sekarang Sheren juga temanku...jadi aku juga berhak menasehatinya..."
"Sudah sudah...kalian pagi- pagi sudah bertengkar... Tuan..kau sudah hampir terlambat..Thomas datang untuk mengantarmu kan? Jadi tunjukkan sedikit rasa terimakasih mu padanya"
"Humph" Stefan geram dan langsung berjalan menuju mobil Thomas yg terparkir sembarangan didepan gerbang rumah.
"Aku akan mengunjungimu lagi setelah ini.." ujar Thomas sebelum pergi

KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire
RomantizmVampir..... Aku tidak menyangka bahwa mahluk yang ku anggap mitos ini telah mengubah seluruh kehidupanku...