24

468 23 4
                                    

"Sudah mati ya?" Ujar Clara begitu memastikan denyut nadi Sheren berhenti.

Carla pun berbalik badan dan berencana pergi dari tempat tersebut meninggalkan mayat Sheren..

Namun keadaan berbalik...

Tanpa ia sadari...sebuah potongan besi berhasil menancap tepat di bagian jantung...

"Ka-kauuuu!!!"

Benar.. Sheren hanya pura-pura mati.

"Apa kau belum diajarkan bagaimana tikus pura-pura mati untuk menyelamatkan diri?" Ujar Sheren sebelum Carla tumbang.

"Tapi..kau tidak akan kubiarkan keluar dari sini" ujar Carla dan dengan tenaga terakhir...ia menarik sebuah tali dan bebatuan besar pun menutup pintu keluar.

Tidak ada jalan lain lagi di gua itu...

Setelahnya... Carla tersenyum puas..lalu nyawanya pun tersingkir dari tubuhnya.

"Bagaimana ini? Aku harus mencari jalan keluar secepatnya"

Lalu Sheren berlari menuju pintu keluar itu dan berusaha menyingkirkan batu besar itu dari hadapannya.

"Mustahil...tenagaku sudah habis..dan aku tidak bisa membahayakan anak-anakku lagi" ujarnya sembari sedikit menangis.

"Aahhkk!!!" Rintihnya seraya berpegangan pada dinding gua.

"Ini..begitu sakittt"

"Sepertinya... Aku akan melahirkan..." Sambungnya seraya mengambil posisi tidur untuk meringankan sedikit rasa sakit.

Ia kembali mengelus perutnya yg begitu mulas dan sangat menyakitkan.

"Awhhh!! Ya Tuhan..ini sangat menyakitkan.." ujarnya lagi  bukan dibagian perut saja...pinggang dan bagian bawahnya terasa berkali kali lipat lebih nyeri.

Beberapa menit kemudian kontraksi mulai berkurang...

Kini Sheren harus berjalan jalan untuk mempermudah proses persalinan seperti yg diajarkan Thomas.

Tentu saja seraya berpegangan dengan dinding gua karena bagian pinggangnya masih terasa nyeri.

"Akhhh.....sepertinya inilah waktunya.." ujarnya setelah melihat air ketuban nya terlihat berceceran.

Sheren pun mengambil posisi tertidur...lantai gua tersebut begitu dingin dan kerikil kecil membuat rasa tidak nyaman untuk ditiduri.

Namun hal tersebut bukanlah halangan bagi Sheren untuk memperjuangkan anaknya.

Setelah melepas celana dan pakaian dalam..Sheren yg kini hanya menggenakan dress yg dipenuhi oleh keringat tersebut mulai mengakang dan mengatur nafas.

"Huh..huh...huh... Bagus..huh..huh.. pembukaannya sedikit lagi selesai..huh..huh.."

Daaaarrrr!!! Suara petir kini menggelegar... Semua orang di sekitar London tersebut merasa aneh..pasalnya di bulan ini tidak pernah terjadi hujan yg disertai badai.

"Tuan??" Ujar Liana seraya memberi isyarat kepada Stevan.

Stevan pun menaikkan pandangannya keatas.

"Gerhana bulan?"

"Dimana kau melihat?" Ujar Bryan tepat setelah melesatkan serangan kepada Stevan.

Sementara itu Sheren yg merasa begitu kesakitan tetap berjuang meskipun di bawah badai dan petir yg sangat ditakutinya itu"

"Ibu...huh..huh..aku tidak tahu bahwa melahirkan itu akan sesakit ini..maaf kan aku jika ada salah..huh..huh...eegggghhhhhhh" ujarnya seraya mengejan  semampunya.

"Huh...mengapa ini begitu susah...aakkhhhh!!" Rintihnya lagi ketika rasa sakit berkali-kali menerjangnya..

"Huh...huh...eegggghhhhhhh"

"Yah...huh..huh..aku merasakan sesuatu keluar....ayo terus Sheren hu..huh..huh.." ujarnya walupun dengan rasa sakit yg begitu luar biasa.

"Akkkkkkhhhh......" Pekik Sheren begitu kesakitan..

"Awas kau..huh..huh..bajing*n..huh..jika aku bertemu denganmu..huh..hal pertama yg ku lakukan adalah memukul wajahmu..huh..huh..egggggggghhhhhh" ujar Sheren karena sempat mengingat hari dimana pria itu memasuki tubuhnya.

Sheren memegang kedua pahanya untuk meredakan rasa sakit dan memudahkannya mengejan"

"Huh..huh.....egggggggghhhhhh!!!!!!"

"Oeeekkk!! Oekkk!!" Suara bayi pun kini menggema didalam gua itu..

Setelah merogoh kantung celana nya ia teringat dengan gunting medis pemberian Thomas dan menggunting tali pusar bayi itu..

"Akhirnya...ternyata kau laki-laki nak" ujar Sheren setelah meletakan bayi yg masih berlumur darah itu di atas dadanya...

Daarrrrrr!!! Suara petir pun kembali mengguncang bumi..

"Ahhkkkk....perutku mulas lagi" runtuh Sheren seraya menaruh putranya yg berusia 30 detik itu disisinya..

"Lihatlah anakku..aku akan segera melahirkan adikmu" ujar Sheren tersenyum seraya menangis karena sakitnya begitu luar biasa.

Sheren pun kembali mengakang dan memegang erat kedua pahanya.

"Eeeggghhhhhh!! Huh...huh..huuh"

"Astagahhhh....ini  begitu lama..tenagakuhh...Hugh.huhh..eggghhhhhhhhh!!!" Ujarnya seraya terus mengejan.

"Egggggggggggghhhhhh" lalu Sheren memperbaiki posisinya. Kali ini ia bersandar di dinding tersebut untuk mempermudah ia mengejan serta mengurangi rasa sakit.

"Oeeekkk...oeeekkkk"

"Tenang sayangku...ibu akan segera memberikanmu makan nanti.egggghhhhhh.."

Bulan gerhana merah total secara mendadak merupakan hari dimana semua vampir dilahirkan.

Sementara.. mata bayi tersebut memancarkan cahaya Semerah darah terang.

"Eeggggggggggghhhhhhh"

"Oeeeekkkkk"

"Masih belum sayang....huh.huh.. ibu masih merasa mulas...adik kedua masih bergerak-gerak di perut ibu"

Setelah menaruh putrinya.... Sheren kembali merubah posisi..ia mengambil posisi semula..

"Huh...huh....eegggghhhhhhh"

"Oh tidak.....tenagaku akan habis....huh...huh..egggggghhh!!!" Sheren hampir melewati batas tenaganya...

"Egggggggghhhhh...huh..huhh"

"Oeeeekk" tangis pelan bayi ketiga yg berjenis kelamin perempuan.

"Anak-anakku...huh..huh..huh..aku pasti akan menyelamatkan kalian" ujar Sheren lalu tertidur karena kelelahan.

-----

"Ahhkk..." Pekik Stevan setelah sebuah pedang menancap di dadanya.."

"Kali ini aku tidak akan melepaskanmu..." Ujar Bryan dengan tatapan tajamnya seraya memutar-mutar pedang yg tercancap di dada Stevan.

"Tuaaaann!!" teriak Liana yg mempunyai posisi yg sama...ia terikat oleh tali anti vampir sehingga mustahil baginya untuk bergerak.

"Apa ini adalah akhir?" Ujar Stevan dalam hati.

"Benar..ini adalah akhir bagi kalian..."balas Bryan seolah-olah bisa membaca pikiran Stevan.

"Terimalah serangan terakhir ini!!!!"

Stevan menutup kedua matanya karena tidak tahu harus berbuat apa.

VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang