31

124 10 6
                                    

Aww"

Kepala Sheren pun seketika menjadi nyeri atas hal yg tidak diketahuinya.

"Apa Revan berada disini?" Tanyanya dengan tangan yg masih memijit pelan kepalanya.

---------

"Benar..ini seperti aroma Revan..begitu persis seakan ia berada didekat ku" begitulah Sheren membenarkan dugan nya.

Sheren berpikir hal ini bisa jadi ada dua kemungkinan,, pertama ada orang yg menculik Revan, atau ada orang berbaik hati yg membantu Revan yg tengah tersesat.

Apapun kemungkinannya, Sheren tetap harus memasuki rumah yg didominasi warna putih tersebut.

Stevan merupakan orang yg tidak suka kebisingan, oleh karena itu ia tidak menyewa apartemen untuk dijadikan tempat tinggal melainkan langsung membeli rumah yg sudah siap ditinggali.

Setelah menetapkan kesiapan hatinya, Sheren pun bergegas untuk berjalan menuju gerbang rumah yg bagaikan istana itu.

Ting tong...

Bel pun berbunyi tepat setelah Sheren memencet sebuah tombol berwarna emas.

Seketika seberkas cahaya muncul bak ingin men scan seluruh tubuh Sheren..itu adalah semacam pengaman yg dipasang didepan pintu masuk agar setiap orang yg ingin memasuki rumah itu tidak membawa sesuatu yg membahayakan.

Setelah dinyatakan aman, sebuah komputer hologram pun muncul.. hologram jenis ini sudah bagaikan benda aslinya.. ia bisa difungsikan sebagai komputer sungguhan dan langsung mengirimkan data ke komputer yg telah dihubungkan.

Sebuah pertanyaan muncul.

"Apa tujuanmu datang ke tempat ini?" Ujar Sheren membaca pertanyaan yg ditulis menggunakan bahasa Inggris tersebut.

Lalu Sheren pun mengetik..

"Aku kesini mencari seseorang"

Pintu pun seketika terbuka..memperlihatkan betapa megahnya furnitur yg terpampang sejauh mata memandang.

Sebuah robot berjalan mendekati Sheren.

"Silahkan ikuti saya" pintanya.

Sheren menurut saja..

Hingga sampai disebuah ruang kerja.

Setelah Sheren membuka pintu...

Terlihatlah Revan yg tengah tertidur pulas disebuah sofa.

Dan seorang pria berkacamata yg sibuk menangani pekerjaannya.

"Revan!!" Jerit Sheren setelah merasa dugaaannya tepat seratus persen.

Revan yg merasa mendengar suara ibunya pun terbangun,,

Ia membuka perlahan matanya..ingin sekali ia berlari dan memeluk ibunya.. namun ia tak berani karena ia sudah terlanjur bilang kalau ia adalah anak jalanan..ia juga takut jika ibunya akan tersiksa jika Stevan tahu kenyataannya.

"Oh..kau yg didepan pintu tadi?" Stevan yg masih sibuk menggerakkan bolpoinnya.

Aura Stevan begitu kuat..rasanya ingin sekali Sheren menguji matanya untuk melihat apakan Stevan vampire atau bukan..namun Yui sempat berkata bahwa Sheren tidak boleh gegabah..jika ia mengaktifkan ice eye nya,, berarti si vampir juga bisa merasakan hawa pemburunya..sedangkan Sheren pikir ia masih terlalu lemah menghadapi seseorang untuk saat ini.

"Mungkin itu hanya perasaanku saja..tidak sedikit manusia yang sedingin itu" batin Sheren.

Disitulah kelemahan Sheren.. terkadang, terlalu mempercayai orang lain.

Bukannya menjawab pertanyaan Stevan..ia malah terfokus dengan Revan..ia seperti ingin mengatakan sesuatu yg tidak bisa ia beritahukan.

"Ibu..jangan bilang bahwa aku ini anak ibu..aku tadi terlanjur bilang aku ini anak jalanan..orang ini berbahaya ibu..dengan kekayaan dan kekuasaannya..ia pasti dengan mudah dapat melenyapkan kita" batin Revan dengan keringat dingin yg mulai mengucur sedikit demi sedikit.

"Aku tanya...apa hubunganmu dengan anak ini?!" Ujar Stevan mengulang pertanyaannya.

"Dia..."

"Dia adalah anak jalanan yg ingin aku ajak bergabung di panti asuhan ku..dia sudah lama aku amati dan aku dengar dari orang-orang,, dia tadi dibawa olehmu..jadi aku disini untuk mengambilnya " jawab Sheren berbohong tapi dengan lugas.

Revan begitu terkejut..Sheren seperti tahu apa yg ia ucapkan dalam hati barusan.

"Tapi sekarang dia milikku..kau pulang saja" kata Stevan tanpa menatap si lawan bicara.

Tak kehilangan akal.. Sheren terus berusaha mendapatkan Revan kembali.

"Tapi tuan..ia mempunyai penyakit menular yg mematikan..aku berencana akan membawanya ke rumah sakit besok" katanya.

Syenggg!!

Seketika Stevan terkejut,, tentunya masih dengan ekspresi seperti biasa, tenang dan datar.

"Dibalik sikapnya yang tenang, dia kadang suka memeluk orang tanpa dia sadari" sambung Sheren memanas-manasi.

Setelah berpikir selama sekian detik.. Stevan pun berkata "Kau berbohong?"

"T-tentu saja...untuk apa aku berbohong..aku saja pernah tertular hingga masuk rumah sakit"

"Hacchimmm"

Revan lalu berpura-pura bersin agar Stevan mempercayai ibunya.. setelahnya ia menggosok-gosok hidungnya dan berakting layaknya orang sakit.

"Bawa dia keluar!!! Cepat!!!" Pintanya karena tidak mau Revan sampai mengotori rumahnya.

"Revan.. ayo pulang" pinta Sheren lalu membawa Revan keluar dari rumah itu.

"Aku masih akan tetap mengawasi anak itu" batin Stevan sebelum kembali menekuni tugasnya.

_________________________bersambung

VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang