13

1.4K 65 0
                                    

"Awas kau Sheren,, aku akan membuat perhitungan denganmu!" Batin Cindy karena ia membenci setiap wanita yg mendekati pria yg ia cintai selama bertahun-tahun.

***

"Buatkan kopi!" Ucap Stevan.

"Yaa" balas Sheren lalu keluar dari ruangan itu.

Sheren keheranan setelah merasakan perbedaan hawa disekitar.

Adanya perubahan hawa membuatnya cukup kebingungan.

Seolah semua orang telah melupakan kejadian pagi tadi.

Terkadang beberapa dari mereka memberikan salam, ada juga yg sekedar melempar senyum.

"Mungkin yg tadi hanya perasaanku" batinnya.

Secangkir kopi pun siap dihidangkan tepat sesudah Sheren mengaduk pelan kopi tersebut agar tercampur merata.

"Kau,,, cepat kesini" pinta seorang wanita paruh baya yg semua orang pasti mengetahui statusnya jika dilihat dari seragam. Ya dia seorang cleaning servis.

Dia menunggu seraya memperhatikan Sheren dari luar pintu masuk.

"Apa saya berbuat salah?" Tanya Sheren sembari berjalan menuju lawan bicaranya.

"Seharusnya kau sudah mengetahui aturan di dapur kantor ini, setelah yg kau lakukan tadi tentu saja kau melakukan kesalahan" katanya sedikit ngegas.

Sheren memiringkan kepala,, rasanya tidak ada yg salah ketika ia pernah memasak di dapur yg sama, lagipula ia tidak merasa kalau kesalahan itu ada pada perbuatannya saat menggunakan dapur tersebut.

"Bisa anda jelaskan kesalahan yg anda maksud?"

"Kau membuat kopi untuk Presdir kan?"

"Betul*mengangguk pelan"

"Kopi khusus Presdir bukan kopi serbuk seperti yg kau buat itu,, tapi harus dibuat dari biji kopi yg digiling. jangan bilang kau sebagai pelayan pribadi Presdir selalu membuatnya dengan serbuk kopi dari merek murahan?" Jelasnya lagi dengan senyum sindiran di akhir kalimat.

"Oh,, maafkan saya*menunduk. ini pertama kali saya membuatkannya kopi"

"Jangan ulangi lagi. Kau tidak akan tahu betapa mengerikannya jika ia tidak puas" ucapnya kemudian seraya berbalik badan hendak pergi.

"Terimakasih, saya tidak tahu apa yg akan terjadi jika anda tidak mengatakan hal itu padaku"

"Tidak. Terimakasih" balasnya dengan suara yg hampir tidak terdengar lalu pergi menjauhi Sheren.

***

"Silahkan diminum"

"Hnn"

Sembari mengetik dan fokus di layar monitor, Stevan menggunakan tangannya yg lain untuk mendekatkan kopi tersebut ke mulutnya.

Beberapa menit kemudian.

Untuk alasan yg belum diketahui,, Stevan menguap beberapa kali dan detik ini adalah kali kesepuluh.

Tak lama kemudian,, ia pun tertidur.

"Bukannya kopi pencegah kantuk? Mengapa jadi sebaliknya?" Ujar Sheren sebelum berjalan mendekati meja kerja untuk memastikan keadaan tuannya.

"Tuan,, bangunlah,,tuan?" Ujarnya pelan.

"Gawat,, kata sekretaris Liana, pekerjaannya hari ini begitu banyak dan harus diselesaikan hari ini juga"

VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang