"kakek,, nenek,, kukira kalian bisa hidup hingga ribuan tahun lagi. Aku sangat merindukan kue kering yg dengan susah payah nenek tiru dari manusia itu untukku,, kukira aku akan bisa memakannya lagi"
"Kakek,, lawakan mu mungkin terdengar garing dan tak mampu membuatku tertawa,, namun kau berusaha semampumu demi membuatku tertawa bahagia bukan? Sayangnya, hingga kau tiada,, sekalipun kau belum pernah melihatku tertawa dengan lelucon mu"
"Ayah,, walaupun kau selalu menunjukkan sikapmu yg dingin dan kaku padaku, aku tahu dibalik itu kau bekerja keras untuk kami semua,, aku tahu kau terlalu lelah untuk menunjukkan kasih sayangmu kepada kami"
"Ibu,, kau benar-benar selalu memanjakan ku hingga kini aku tidak mampu mandiri. Tapi,, aku senang saat kau menyayangiku lebih daripada kakak. Aku rindu dimana kau selalu membelai rambutku di pangkuanmu saat aku kecil dulu,, aku rindu dimana kau akan bernyanyi setiap malam demi menidurkanku"
"Kakak,, diantara semuanya,, kaulah yg paling mengenal diriku,, sifatku, bagaimana perasaanku, apa yg aku inginkan, dan dimana saat aku membutuhkan bantuanmu. Jika saja, kau tidak melindungiku waktu itu, kau pasti masih hidup sekarang. Aku tahu kau menyayangiku lebih daripada apapun"
"Aku percaya kalian akan lahir kembali suatu saat nanti"
Begitulah percakapan antara Stevan dengan keluarganya berakhir.
Wanita yg tengah bersembunyi dibelakang pohon itu menjadi tersentuh seraya menahan tangisnya.
Sheren masih mempunyai bayi yg kini tengah tumbuh didalam rahimnya, tapi Stevan? Dia benar-benar sendirian.
Tak lama kemudian, Sheren kembali ke pondok.
"Sheren,, sepertinya makanan yg kau bawa itu tidak cukup untuk makan malam nanti. Temani aku kehutan yuk!" Ajak Thomas ketika Sheren memasuki pintu masuk.
"Hn,, iya" jawabnya.
Di hutan yg hampir dirundungi kegelapan,, hanya sebuah senter kecil lah yg akan menjadi andalan mereka ketika malam tiba.
"Kau tidak apa-apa kn,, jika aku menyuruhmu ikut?"
"Tidak*menggeleng kepala. Aku senang bisa membantu"
"Ahhhh!!!" Jerit Thomas ketika mendengar suara aneh.
Ia spontan memeluk tubuh Sheren.
Pelukannya pun terasa semakin erat beberapa waktu berlalu.
Tentu saja Sheren terkejut dengan tingkah laku pria itu.
"Ti-tidak ada apa-apa tuan, itu hanya burung hantu" ujar Sheren untuk menenangkan Thomas yg kini Sheren bisa merasakan ia gemetaran.
"Ee,, maaf aku tidak bermaksud,,"
"Aku tahu,, tak kusangka kau takut dengan hal semacam itu"
"Maaf tuan,, sampai kapan kau akan memelukku?" Tanya Sheren mengingat kedua tangan Thomas masih melingkar di pinggangnya.
Thomas pun seketika melepaskan pelukannya.
Sheren tersenyum geli melihat Thomas mengekspresikan wajah malu dengan pandangan yg ia alihkan ke arah lain.
"Mari lanjutkan" ucap Sheren.
"Bisakah kau meminjamkan tanganmu?" Tanya Thomas kemudian.
"Tentu,,*mengulurkan tangan. Ayo!"
Thomas pun menerima uluran tangan wanita itu.
Entah kemana sifat periangnya itu hilang. Mungkin itu yg dipikirkan Sheren kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire
RomanceVampir..... Aku tidak menyangka bahwa mahluk yang ku anggap mitos ini telah mengubah seluruh kehidupanku...