07

2K 87 1
                                    

"Wake up, wake up, wake up, wake up, heart Beat, we are the one go aheaaadd!!" Seru Sheren saat lagu opening anime kesukaannya yaitu one p*ece, tertangkap di telinganya melalui earphone.

Tak jarang juga ia menggenakan sapu ijuk ya untuk dijadikan microfon, gitar, untuk berlagak seperti penyanyi.

Si pengintai juga sempat tersenyum tipis.

Yah, mengingat di ruangan sebesar ini hanya ada dia, dia jadi bebas joget-joget namun berbarengan dengan tugas tentunya.

"We got it brand new, brand new, felling!" Lanjutnya lagi ketika ia menggosok piring yang menumpuk bagaikan menara. Semua ia lakukan sambil menari karena bernyanyi baginya akan mengurangi kelelahan.

Untuk membersihkan satu lantai, sekiranya Sheren membutuhkan waktu hingga tiga jam. Cukup melelahkan.

"Baiklah,, kita sambung ke lantai dua!!" Ujarnya dengan beberapa alat pembersih yang siap membantunya.

Ia pun menaiki tangga yang banyaknya sekitar 54 buah.

Pelayan itu bersimpuh untuk menetralkan nafasnya yg memburu.

"Maaf ya nak! Ibu membuatmu kesusahan, ibu akan kasih kamu makan nanti" ujarnya kepada janinnya.

Krrruuuukk!!

Karena perutnya bunyi dengan tubuh semakin melemah, Sheren pun mengambil biskuit dan susu kotak ibu hamil yang sengaja ia siapkan untuk kodisi darurat seperti ini.

Lalu, Sheren merasakan hawa keberadaan seseorang, ia berbalik 360 derajat untuk melihat siapa yang ada dibelakang.

"P-resdir Stevan?" Kejutnya dengan sisa remahan biskuit di sekitar bibirnya.

"Apa kau paham kenapa saat ini kau berada disini?" Tanyanya seraya menusukkan pandangan tajam.

Di sisi lain, Sheren tampak gemetaran melihat tuannya yang menyalahkan perbuatannya.

"Gawat,, aku merasa mual!" Paniknya saat sensasi itu muncul lagi.

"Hoeekk!" Sheren segera menutup mulutnya dengan tangan.

"Apa aku terlihat menjijikkan?" Tanyanya mengintrogasi.

Sheren menggoyangkan telapak tangannya dengan cepat, pertanda bahwa pertanyaan tuannya itu tidak benar.

"Bukan begitu,, oh ya tuan,, dimana letak kamar mandi di lantai ini?" Kali ini Sheren yg bertanya seraya terus merasa mual.

"Kau kan tahu letak kamar mandi di lantai bawah*menunjuk tangga, jangan bilang kau ini terlalu malas hingga kau tidak mau menuruni tangga ini kembali"

"Yah,, kalau tuan bicara demikian,, saya turun saja,, hooeekk*menuruni tangga"

"Dasar!" Keluh Stevan sembari memperbaiki dasinya.

Walaupun Stevan terlihat dewasa dengan penampilannya, sebenarnya ia tidak bisa hidup sendiri ketika ia menetap di kota ini.

Keluarganya yang merupakan bangsa vampir hampir semuanya punah.

Sejak ia kecil, ia sudah ditinggal mati oleh kedua orang tuanya, sehingga ia hanya tinggal sendirian

Tapi,, saat itu...

Flashback on

Seorang anak kecil berlari tunggang langgang ketika sekelompok orang mengejarnya dengan peralatan berupa senjata di masing-masing tangan mereka.

"Mereka akan membunuhku,, mereka akan membunuhku,, mereka akan membunuhku!!!!!!" Teriak anak itu sesaat setelah melihat panah yang melesat dan hampir melukai lehernya.

VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang