25

3.3K 154 0
                                    

          Setelah Tarina dibawa ke rumah sakit, Tara tidak lantas diam.

Sekarang ia mengendarai motor abu-abunya menembus jalanan pukul 2 dini hari.

Jalanan cukup legang, memberikan kesempatan baginya untuk memacu gas motornya.

Tiba di rumah sakit terdekat dengan komplek nya, Tara langsung berlari masuk.

Ia menemui receptionist dan segera menemukan ruang rawat Tari.

Adevin dan seorang dokter dibuat terkejut dengan kedatangan Tara yang seperti orang kerasukan.

"Tari gak papa kan, Vin?" -Tara

"Tar, lo kesini pake motor?" Adevin mendelik begitu melihat Tara menggenggam kunci motornya.

"Kaki lo retak, Tara!!" bisik Adevin tapi penuh penekanan.

"Gue gak peduli!" Tara segera mendekat ke brankar Tari. Kembarannya itu masih mengigau dalam pejamnya.

Adevin mendapati ponsel nya berdering.

Nama Kenan yang tertera di display nya.

Sambil berjalan keluar dari ruangan, Adevin menerima panggilan dari sahabatnya itu.

Ia baru tersadar bahwa Kenan dan Tere yang seharusnya tadi ada di belakang mobilnya, belum sampai di rumah sakit bersamanya.

.
.
.
.
.
.
.

          "Vin, Tere hilang."

Adevin mengerutkan keningnya, dilihatnya lagi tampilan panggilan di layarnya.

Kenan.

Benar.

Suaranya juga benar.

Tapi, apakah ini lelucon yang lucu bagi Kenan?

"Vin, lo dimana?"

Suara Kenan sedikit meringis kala itu.

"Gue di rumah sakit lah, lo kok gak sampe-sampe?"

Adevin berusaha mengabaikan percobaan Kenan untuk membuatnya khawatir.

"Tere hilang, tadi gue dicegat geng motor, pas gue ribut sama mereka, gue liat belakang, Tere udah gak ada."

"Ken, jangan becanda, Tari lagi sakit, Tara lagi shock, gak lucu lo becanda kaya gin-"

"Buat apa gue becanda Vin, gue kehilangan jejak mereka, tapi gue dapet satu nomor polisi motor mereka." -Kenan

"Gue kesana, lo share location." -Adevin.

Adevin hendak beranjak dari rumah sakit, tapi Tara lebih dulu menginterupsinya.

"Gue tau ini pasti kerjaannya si sinting." -Tara

"Tar, lo di sini aja, jagain Tari-"

Belum selesai ucapan Adevin, Tara sudah lebih dulu berjalan cepat dengan sedikit pincang.

"Tara!!!" -Adevin.

***

          "Udah Tar, lo perduliin juga kondisi lo, sekarang mending lo cek deh kondisi kaki lo." -Adevin

"Iya Tar, dari kemaren lusa lo jalan jauh mulu, kaki lo juga butuh istirahat Tar." Kenan mengemudikan mobil nya.

"Dokter bilang kaki gue gak separah itu." -Tara

Kenan dan Adevin yang sama-sama duduk di kursi depan hanya bisa menghela nafas panjang.

"Ken, Ken ... buruan ke ke rumah sakit Ken!" -Adevin

Tara dan Kenan secara serempak menoleh pada Adevin yang masih memandangi ponselnya.

"Ada apaan, Vin?" Kenan langsung mengambil arah ke rumah sakit.

"Tari maksa mau nyari Teresa!" -Adevin.

"Gila tuh anak satu, otaknya kemana coba?!!" -Tara

.
.
.


.
.
.
.
.

           "Mbak Lis, Tari sekarang di mana?" -Tara

"Maaf mas Tara, saya gak bisa cegah Mbak Tari, sekarang saya lagi kejar taxi yang Mbak Tari tumpangi." -Mbak Lis

"Share loc buruan, Mbak!" Tara langsung mengakhiri panggilan itu.

"Balik Ken, Tari udah pergi." -Tara

"Huh? Pergi kemana? Kok bisa sih?!" Kenan dengan tergopoh melihat situasi jalan untuk membalik arah mobilnya.

"Nih, nih, nih ... buruan cari Pak Mukhlis." Tara memberikan ponselnya pada Kenan yang sedang mengemudi.

***

          "Hisksss, hiks, lepasin gue, please, hikss."

"Lepas?? Setelah aku kehilangan kamu bertahun-tahun??"

"Lo siapa sih!!! Pengecut lo!!"

"Nyalain lampunya kalo emang lo cowok, jangan jadi pecundang yang bisanya nyiksa cewek!"


Hening.

"Hiksss hikss...."

Gadis yang tengah ditali di sebuah kursi itu hanya bisa terisak dalam gelap.

Pengap.

Sesak.

Emosi.

Itu yang dirasakannya.

"Kamu pergi gitu aja, hahahaaa, saat aku butuh kamu, kamu malah jauhin aku!!"

"YANG PENGECUT DI SINI SIAPA?!!!"

***

Nah lohh aku baru up kan, mon maap banget, sekarang lelet publish akutuh 😥😥 padahal udah muter-muter ini alurnya di kepala, tapi sibuk nugas banget, masih ada 2 ospek lagi :(

Sorry banget, dan makasih banyak buat yang masih ngikutin cerita aku.

Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang