38

3.1K 150 0
                                    

         "Nih." Tarina menyodorkan sekaleng minuman dingin untuk Gior.

"Kok lama?" -Gior

"Antre."

Keduanya tengah duduk di lapangan basket kecil yang ada di taman tadi.

"Pinter banget bikin aku ngerasa gak guna, harusnya kan aku yang pergi beli minum, bukan kamu." -Gior

"Emang apa bedanya?" Tarina menutup botol minumannya.

"Udah, balik yuk, kasian supir kamu nungguin dari tadi."

Tari beranjak meninggalkan Gior yang masih menikmati minumannya.

"Biel, tungguin."

Saat di dalam mobil, Tarina bersandar menempel pada jendela.

"Ekhemm, Bi-"

"Aku ngantuk Yor, lanjut besok lagi ya." Tari memejamkan matanya dan masih bersandar pada kaca jendela.

Gior menangkap sebuah kecurigaan dari perubahan mood cewek di sebelahnya itu.

"Yaudah, kamu istirahat dulu aja, ntar aku bangunin kalo udah sampe rumah." -Gior

***

      "Tarina sekolah di tempat Gior??!!!!" Tara menggebrak meja di hadapannya.

"Ra, kan gue udah bilang gak perlu kaya gini! Om Abraham sudah atur semuanya, pertunangan Kenan sama Tari akan tetep dilakuin." -Adevin.

"Gior lagi sekarat sekarang." lanjut Adevin tidak terlalu lantang.

Taraga mengerutkan kening pertanda ia sedikit terkejut.

"Gior didiagnosa kena kanker, Tarina gak bener-bener kembali buat Gior, dia cuma ngerasa bersalah aja sama keadaan Gior dan masa lalunya."

"Percaya sama gue, Om Abraham pasti tau cara ngatasi semuanya." Adevin berusaha menenangkan sahabatnya itu.

"Lo tau dari mana dia lagi sakit?" -Tara.

"Om Abraham." -Adevin

"Papa tau?" -Tara

"Kalo gitu, papa juga tau Tarina sekarang dimana?" -Tara

"Kayanya Om Abraham tau." -Adevin

"Huh?" Taraga menyeringai tak habis pikir.

"Sialan, emang cuma gue yang gak tau dimana dan gimana Tarina sekarang." -Tara.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

          "Bunda!!!" teriak Tara saat baru saja ia turun dari motornya.

"Bunda!" panggilnya lagi sambil tergesa-gesa masuk.

"Apa sih, Ra?" interupsi Teresa yang sedang melepas sepatunya di ruang keluarga.

"Berisik lu!" semprot Taraga.

"Bunda mana, Mbak Lis?" -Taraga

"Ibu masih keluar mas, tadi ada Bu Adijaya." -Mbak Lis

"Ngapain lagi sih nih, kenapa gak ada yang ngomong ke gue, semua pada jalan sendiri-sendiri!"

"Bunda sama Tante Celine mau ngerancang dress code buat Tari sama Kenan." sahut Teresa yang tengah menaiki tangga.

"Lo juga tau Tari dimana?" -Tara

Teresa menggeleng.

"Nggak, tapi gue tau Tari baik-baik aja." -Tere

"Udahlah Ra, lo jangan lampiasin dengan membabibuta kaya gini, urusan lo sama Gior udah lama basi tau nggak?!" Tere dengan segera memasuki kamar nya sebelum ia menerima umpatan dari kembarannya.

***

         "Urusan lo sama Gior udah lama basi tau nggak?!"

Taraga menghela nafasnya untuk kesekian kali setelah sekian kali ia mengingat ucapan Tere.

"Udah lama basi??" ucap Tara berulang-ulang.

"Kejadian itu susah banget gue akui sekalipun gue tau kenyataannya, sulit buat gue ngakuin kalo lo emang lebih beruntung dari gue, Yor."

"Velishia cuma jadiin gue pelampiasan karena masih sayang sama lo, Tarina benci gue, dan itu lagi-lagi karena gue benci sama lo."

"Gue iri, gue gak mau ngakuin kalo lo emang lebih beruntung dari gue, Yor."

"Malem, sayang." suara bundanya membuat lamunan Tara terpecah seketika.

"Ngapain di sini?" Bunda Wina mengelus kepala Tara yang tengah menggantung kakinya ke dalam kolam renang.

"Mbak Lilis bilang, tadi kamu nyariin bunda, ada apa?" -Bunda Wina.

"Gajadi bun." Taraga segera berdiri.

"Aku masuk dulu." -Tara

"Taraga...." panggil bunda nya.

"Bunda bisa minta bantuan kamu?"

Ucapan bundanya berhasil membuat Taraga menghentikan langkahnya.

"Bisa tolong kamu temui Gior?" ucap bunda nya dengan hati-hati.


***

Jeng Jenggg Jenggg..... 🎊🎊🎉🎉🎉
Drama woeee 🤣🤣🤣
Dengkiu for loving me and my work




Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang