05

5.5K 280 3
                                    

          Di dalam sebuah hall kawasan super block, sudah dipenuhi oleh orang-orang berpakaian rapi.

Si kembar tiga memasuki pintu yang dijaga oleh dua orang keamanan ber-tuxedo, dan seorang wanita yang tak lain sekretaris papanya.

"Selamat malam, kembar." sapa sekretaris yang bertugas mengecek undangan.

"Gue?? Kembar sama mereka? Ogah!" ucap Tara menunjuk Tere lalu Tari.

Tere dengan cepat memukul lengan berlapis tuxedo maroon hitam disebelahnya.

Sedangkan Tari sudah menghilang entah kemana.

Penjaga dan sekretaris terkekeh setelah keduanya masuk dengan sedikit cekcok.

"Heh bai semut, kalo mau pergi tuh ngajak-ngajak, papa nyuruh kita barengan terus." Tara ikut duduk di sofa dekat panggung.

"Kita? Habis kesambet lo??" Tari melirik Tara dengan tatapan mengejek.

"Kalo aja gak rame, gue sumpel mulut lo pake cup cake."

Karena Tari tak menimpalinya, akhirnya mereka diam, sampai Tere datang.

"Dicariin lo." Tere duduk sambil menatap pantulan wajahnya di layar ponsel yang mati.

Sedangkan kedua kembarannya sama-sama menoleh, karena tidak mengerti 'lo' yang dimaksud Tere.

"Ooy!"

Belum juga Tere menjawab seorang cowok bermata sipit sudah nyengir di hadapan ketiganya.

"Ken, mama sama dad, ke om Abraham dulu ya." ucap wanita yang datang bersama seorang pria.

"See you twins." lanjut wanita itu menyapa si kembar lalu berlalu.

"Gue cariin juga lo." Tanpa basa-basi lagi, Kenan langsung duduk di sisa sofa antara Tara dan Tari.

"Ckk." Tari langsung pindah ke sofa sebelah begitu Kenan duduk di sebelahnya.

***


          "Malam ini ada yang spesial karena putra-putri bapak Abraham akan menyanyi untuk kita semua di sini."

Si kembar yang sedang mengekor papa dan bunda nya seketika membelalak.

MC berjalan turun dari panggung.

"That's not fair." tolak Tari ketika papanya menggiring mereka ke panggung yang sudah diset dengan alat musik.

"Papa baru kepikiran setelah tadi Kenan bisikin papa." ucap Abraham sambil terus menggiring tiga anak kembarnya.

"Awas lo, Kenan!" Tari menatap kearah Kenan yang tengah cekikikan.

Abraham mengelus pundak Tara dan Tari yang sudah duduk di kursi panjang piano, lalu mengusap kepala Tere yang sudah sangat exited di depan stand mic.

"Gue gak mau main pokoknya." Tari yang mengenakan dress panjang berwarna putih.

"Jangan malu-maluin papa deh, ketimbang pencet-pencet doang." Tara mengerutkan keningnya sambil menahan tangan Tari yang hendak berdiri.

"Yuhu bebs kuh, mainin di E, Aku dan Dirimu nya Ari Lasso." Tere menoleh pada dua kembarannya.

"Ckk." Tari merengut menyembunyikan wajahnya dari para tamu undangan.

Posisi piano diletakkan menyerong di atas panggung, tidak sepenuhnya menghadap para undangan. Hanya permainan jari yang akan terlihat jelas dari sisi depan panggung.

"Ayolah, Ri." Tara menatap penuh mohon pada Tari.

"Iyya." sahut Tari penuh penekanan dan masih belum menatap para undangan.

"Pembagian aja mainnya, lo improve." Tara mulai bersiap.

Tari menghela nafas kesal.

Tara memulai meliatkan jari di atas tuts piano. Tari menyambutnya dengan permainan lebih mengimprovisasi permainan original yang di lakukan Tara.

.
.
.
.
.
.

Tiba saatnya kita saling bicara
Tentang perasaan yang kian menyiksa
Tentang rindu yang menggebu
Tentang cinta yang tak terungkap

Sudah terlalu lama kita berdiam
Tenggelam dalam gelisah yang tak teredam
Memenuhi mimpi-mimpi malam kita

Duhai cintaku, sayangku, lepaskanlah
Perasaanmu, rindumu, seluruh cintamu
Dan kini hanya ada aku dan dirimu
Sesaat di keabadian

Jika sang waktu bisa kita hentikan
Dan segala mimpi-mimpi jadi kenyataan
Meleburkan semua batas
Antara kau dan aku, kita

Tere berjalan ke belakang kembarannya yang sedang bermain piano.

Ketika akan memasuki Reff, Tere menyodorkan mic nya pada Tari dengan senyum licik menyertainya.

"Ayo Ri, suara lo bagus, tau." ucap Tere tanpa mic.

Tari menjauhkan wajahnya dari mic meski tangannya masih menekan tuts.

Tara menghentikan permainan pianonya, dan mengambil mic dari stand yang ada di piano sambil bernyanyi.

Di selanjutnya disodorkan mic itu pada Tari, dan satu tangannya lagi, kembali ke tuts.

Tari menggeleng enggan bernyanyi.

Karena terus dipaksa, Tari pun berdiri dan berlari kecil menuruni panggung.

Sebagian besar undangan merasa terhibur dengan tingkah mereka.

Tere melanjutkan nyanyiannya sambil membantu Kenan yang menggeret Tari kembali ke kursi piano bersama Tara.

Lagu diselesaikan dengan indah.

Permainan piano si kembar membuat beberapa tamu merinding.

Terlebih di bagian akhir, Tara ikut bernyanyi menggunakan mic yang ada di stand piano.

Para wanita muda di sana memekik tertahan.

Para undangan bertepuk tangan dengan meriah.

"Wwwah hebat ya putra-putri Bapak Abraham, si kembar penuh bakat." ucap MC saat si kembar sudah menuruni anak tangga.

"Mati aja lo, Kenan Adijaya." bisik Tari melirik Kenan yang terbahak menyambut turunnya si kembar dari panggung.

***

Nggak nyangka udah minggu aja. Kaya nya part ini garing, janji deh next part bakal seru, jangan lupa vote dan yang terpenting komen plis, kasih masukan kalian supaya My Twins bisa lebih baik lagi kedepannya.

Dengkiu

Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang