21

3.7K 170 0
                                    

          "Hi,"

Itu Tere, ia sedang melebarkan pintu masuk ke ruangan Tara.

Di luar pintu, sekilas terlihat sebuah kursi roda teronggok menanti akses jalan untuk masuk.

Pintu sudah dibuka lebar oleh Tere.

Kemudian ia membawa seseorang yang duduk di kursi roda lengkap dengan tiang infusnya, ke dalam ruang rawat Tara.

"Miss Vampire, kok lo ke sini sih? Emang lo udah sehat bener?" Kenan menghampiri Tere dan ikut membantu menjaga tiang infus Tari.

Wajah pucatnya masih tampak jelas di sana.

Baru hari kedua Tari di rawat, dan kondisinya baru sedikit lebih baik.

Tidak ada kata apapun yang keluar dari mulut berbibir kering milik Tari.

Cewek itu hanya duduk lemah di kursi rodanya sambil menatap Tara yang masih rebahan di brankar.

"Ngapain lo kesini?" -Tara

Tari hanya bisa mengerjab, enggan untuk berbicara.

"Gak usah berlagak kuat lo, kalo diibaratin lo itu kaya tisu ini sekarang." Tara menarik selembar tisu di nakas sebelahnya, lalu menjatuhkannya ke lantai.

"Kaya lo nggak aja." -Kenan

"Ya nggak lah, kaki kiri gue masih kuat kali, badan gue sehat-sehat aja, beda sama dia yang buat duduk aja lemes-"

"Ruangannya Tari lagi dibersihin sama petugas." penggal Tere.

"Oh." -Tara

Sejak tadi Tari hanya menatap kaki kembarannya yang dipasang gips, tapi ketika kata 'oh' membuih dari mulut Tara, akhirnya Tari menatap kembarannya juga.

"Maafin Gior."

Ke-empat remaja lain yang menghuni ruangan itu membelalak mendengar ucapan Tarina.

.
.
.
.
.
.
.

          "Tarina, you kidding me?" -Adevin.

Tari kembali bungkam.

"Lo jangan bego jadi orang." -Tara

"Kapan sih lo mau berubah, Ri? Pikir pake otak, Gior itu bukan orang baik!" -Tara

"Karena Gior musuh lo?" -Tari

"Wahh hebat yah lo, the power of Gior judulnya, sekarat gini masih kuat belain si sampah." -Tara

"Terserah, gue cuma mau bilang, maafin Gior." -Tari.

"Panggilin Bobby." lanjut Tari.

"Iya, Kak Tar?" belum ada yang memanggil Bobby alias Bombom, cowok berbadan gempal itu sudah berlari kecil khas orang gemuk, memasuki ruangan.

Tari melirik sedikit ke dorongan kursi rodanya.

"Permisi Kak Teresa, biar gue aja." -Bobby.

"Tari!!" panggil Tara saat melihat Tari meninggalkan ruang rawatnya.

"Tari!" ulang Tara ketika panggilannya tidak digubris sedikitpun oleh Tari.

"Dipelet kali ya tuh orang?" Tara berusaha turun dari brankarnya.

"Udah Tar, biar gue sama Kenan nanti yang urusin, lo istirahat dulu aja, lagian ini udah malem, kasian Tarina juga kalo lo ajak ribut sekarang." -Adevin.

***

           Hari senin menyambut segerombolan pelajar yang memasuki gerbang kokoh sebuah sekolah menengah atas.

Sebuah mobil keluarga berhenti dekat dengan lobi.

Kemudian keluarlah seorang siswa dengan bantuan supirnya.

Ialah Taraga.

Tara kembali bersekolah meski baru dua hari lalu ia mengalami kecelakaan.

Cowok itu datang ke sekolah dengan diantar oleh Pak Mukhlis, supir pribadi keluarganya.

Sebelumnya, ia sempat bercekcok panjang dengan papa Abraham karena ia menolak mentah-mentah untuk pergi ke sekolah bersama Teresa.

Papanya sempat memberikan dua pilihan, pergi kesekolah bersama Teresa, atau ia harus istirahat total di rumah.

"Lah, Tar, kok lo udah sekolah aja sih?" Adevin buru-buru merangkul Tara untuk membantunya turun dari mobil.

Kebetulan Adevin baru saja tiba, ia hendak masuk setelah memarkirkan motornya.

"Ginian doang." Tara berusaha menopang badannya dengan satu kaki sampai Pak Mukhlis memberikan kruk padanya.

Setelah terasa pergerakan Tara seimbang dengan bantuan tongkat itu, Adevin mulai melepas rangkulannya pada Tara.

"Nanti gak usah jemput, pak." -Tara

"Tapi Tuan Ab-"

"Urusan gue." ucap Tara santai segera pergi.

"Makasih, Pak Mukhlis." ucap Adevin kemudian berlalu mengejar Tara yang sudah beranjak menuju lobi.

***

Huhuwwww Gior nya dibelain sama Tari, padahal kan Gior yang nyuruh Lia buat celakain Tari.
Tjiah marah tuh kembarannya.

Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang