48

2.8K 130 4
                                    

        "Nggak ... dengerin dulu, sebagai pacar kamu, aku boleh ngomongin perasaanku yang sebenernya kan, dan kamu berhak tau apapun yang sejujur-jujurnya." -Adevin.

"Devin...." lirih Teresa

"Re bener gak, cemburu itu hal yang baik buat sebuah hubungan?" -Adevin

"Eehm, Vin-"

Adevin tersenyum sendu.

"Aku cuma mau tau bener atau nggak, gak ada hubungannya sama pembicaraan kita tadi." -Adevin

Teresa terdiam sejenak.

"Mungkin, iya." -Teresa

"Menurut aku nggak." Adevin sekali lagi tersenyum.

Ucapan Adevin berhasil membuat Teresa tercenung demi mendengar pernyataan itu.

"Rasa cemburu yang terus-menerus ada di antara sebuah hubungan, artinya hubungan itu menandakan sebuah kegagalan."

"Kalo sebuah rasa cemburu ada, artinya, ada satu hal yang selalu mengganggu hubungan itu, orang ketiga sangat tidak mendukung devinisi bahagia dalam sebuah hubungan." -Adevin.

Baru saja Teresa hendak menimpali, tapi Adevin sudah meraih punggung tangannya.

"Jadi, aku gak mau hubungan kita gagal, mungkin sekelebat perasaan aneh ketika kamu bahas soal Kenan cuma pertanda aku terlalu sayang sama kamu, dan gak rela kamu ngomongin cowok lain ketika kamu lagi sama aku." senyuman lebar Adevin memang paling bisa membuat Tere tenang.

"Aku lebih suka bilang itu obsesi aku yang gak pengen kehilangan kamu, bukan cemburu." lanjut Adevin.

"Hufft." Tere menghela nafas berat nya.

"Kenapa?" Adevin terkekeh.

"Gapapa." Teresa mencebikkan bibirnya.

"Hahaa, inget gak tahun lalu di hari yang sama kaya hari ini, aku bikin kamu nangis gara-gara kesalahpahman ku?" -Adevin

"Iiihh, jangan bahas lagi, tadi kamu bilang gak suka nyebut itu 'cemburu', apalagi soal Kenan-"

"Siapa bilang cemburu, orang bilangnya 'salah paham', diiih pede." -Adevin.

"Tau ah, nyebelin lo!" Tere beranjak dari duduknya, tapi pergelangan Adevin lebih dulu meraihnya hingga ia kembali terduduk.

Dan tiga batang cokelat berpita merah muda tersodor ke arahnya.

Tere tidak bisa menahan senyumannya yang begitu saja lolos setelah ia berusaha merajuk pada pacarnya itu.

"Dalam rangka apaan emangnya? Tanggal jadian kita masih lama, lagian kita gak pernah ngerayain gituan, aku juga gak lagi ulang tahun." tanya Tere sambil menerima cokelat-cokelat itu.

"Emangnya, tanggal-tanggal itu penting ketika setiap hari adalah hari dimana Teresa adalah pacar Adevin seorang?" seringai Adevin dengan percaya diri tingginya.


***

        "Ra!"

Saat jam pulang tiba, Taraga yang tengah berjalan dengan Tere, Adevin, dan Kenan terlihat terkejut begitu melihat Tarina berlari ke arahnya.

Ia sempat menoleh ke arah belakangnya untuk memastikan siapa yang Tarina panggil.

"Lo sempet nemuin Gior sebelum dia meninggal, kan?" ujar Tari di sela-sela nafasnya yang tersenggal.

Sebuah tegukan halus berhasil membuat jakun Kenan bergerak.

Tere sempat melirik perubahan ekspresi Kenan ketika Tari bersusah payah berlari mengahampiri mereka hanya untuk menyebutkan nama 'Gior'.

Kenan terlihat membasahi bibir bawahnya dengan lidahnya kemudian menyeringai kecil.

"Gue mau beresin tugas, gue duluan." kemudian Kenan berlalu begitu saja.

"Ken." Adevin mengejar Kenan.

"Kalo lo butuh ngomong sama Taraga soal Gior, bisa kan ngomonginnya di rumah aja?" -Teresa

"Gue gak habis pikir ya, punya perasaan gak sih lo, Tar?" Tere kemudian juga berlari meninggalkan Tari dengan sisa nafas tidak teraturnya bersama Taraga yang seolah tidak peduli apapun.

"Lo-"

"Lo mau nuduh gue yang bikin Gior meninggal?" Taraga

"Prisilia bilang kal-"

"Lia ... Lia ... Lia ... Gior bener Ri, lo lebih percaya temen lo yang gila itu dari pada sodara lo sendiri, asal lo tau, yang ngerusak hubungan gue sama Gior itu dia."

"Dan, gue cuma mau ngingetin lo, gue kira lo udah lupa soal kenapa 5 tahun lalu kita bisa secara kebetulan berkumpul di danau."


***

Udah gak tau mau ngetik apalagi, ghhuuwaaaa😭😭😭

Aku besok UAS
Dan aku siap-gak-siap buat besok
😬





Dengkiu buat support kalian🧡

Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang