28

3.3K 152 2
                                    

           Tawa Gior yang tiba-tiba, membuat mata kedua cewek berwajah sama itu membelalak lebar.

"Re, kita lari ya, nanti temen Bobby yang akan bantu, lo masih kuat kan?" Tari berbisik sambil menggenggam erat tangan kembarannya yang bergetar hebat.

Tere mengangguk kecil dengan air matanya yang siap jatuh.

Setelah anggukan dari kembarannya, Tarina segera menarik Tere untuk segera berlari.

Untuk sesaat Gior terkesiap melihat ada dua cewek yang berlari bersamaan.

"Ri, gue gak kuat Ri-"

"Dikit lagi Re, Bom ... BomBom!" Tari meneriaki mobil yang mulai mendekat dengan diikuti sebuah motor sport.

Cowok yang datang bersama Bobby segera turun dari motornya dan membantu Tere masuk mobil.

.
.
.
.
.
.
.
.

          "Ayo Ri, lo juga harus pergi!" -Tere

"Lo duluan Re, gue ada urusan." -Tari menutup pintu mobil.

"Gue pinjem motor lo." -Tari.

Teman Bobby segera memberikan kunci motornya, kemudian masuk ke mobil Bobby.

"Kak Tar?" -Bobby.

"Bom, cepet bawa Tere pergi!" -Tari.

Di dalam mobil, Tere berusaha untuk keluar lagi.

"Re, please jangan bikin gue ngerasa bersalah, Bom cepet pergi!" Tari berusaha menahan pintu yang hendak Tere buka.

"Jagain Tere, pastikan dia selamat." -Tari

"Tarina...."

Mobil Bobby sudah mulai bergerak, dan Tere sangat menyesali situasi dimana ia harus meninggalkan kembarannya yang sedang sakit itu.

"Jaga diri lo baik-baik, Kak Tar." -Bobby.

Tari segera naik ke motor teman Bobby, dan segera memutar arah mencari Taraga, Kenan dan Adevin.

***

           Tara yang berada di dalam mobil Kenan, melihat sosok Tari dari arah berlawanan.

Begitupun Kenan, ia secara refleks menghentikan laju mobilnya.

Taraga segera keluar dari mobil Kenan, dan berlari kecil ke arah Tarina yang baru mematikan mesin motor.

Begitu Tari turun dari motor, Tara tanpa memberi jeda langsung memeluknya. "Lo kenapa maksain diri Ri? Lo harus istirahat."

"Ra, jagain Tere ya."

Tari tidak membalas pelukan Tara, ia merasa kedua kakinya lemas, untuk kedua kalinya sejak bertahun-tahun Tara tidak memeluknya lagi.

Pelukan pertamanya baru ia dapat kembali setelah waktu yang lama adalah ketika ia dan Tara berada di makam kedua orang tuanya.

"Maksud lo apa?" Tara melepaskan pelukannya dan menatap penuh selidik ke arah Tari.

"Ini masalah gue sama Gior, gue gak mau ngelibatin siapapun, dan Tere butuh lo sekarang." -Tari

"Nggak! Lo ngomong apaan sih Ri!!" -Tara

.
.
.
.
.
.
.
.

          "Biel!!!" Gior turun dari sebuah mobil hitam yang begitu mengkilap.

Kenan segera membawa Tari untuk lebih dekat dengan Taraga.

"Yor, jangan libatkan siapapun lagi." -Tari

"Ri!!" -Adevin

"Apaan sih lo!" -Tara

"Aku mohon Yor, aku akan ikutin mau kamu apa-"

"Tarina!! Come on, are you crazy?!" -Tara

"... Asal kamu gak ganggu Taraga sama Teresa lagi."

Setelah bertatapan dengan Gior, Tari pun melepaskan tangan Kenan dari pergelangannya, dan tak lupa menatap manik mata Taraga untuk sejenak.

"Tari!! Gak bakal terjadi, urusan dia sama gue!" Taraga mempertahankan tangan Tari.

"Hahaa, lo gak denger Biel ngomong apaan?" -Gior.

"Breng-"

"Tara." Tarina menahan dada Taraga yang hendak memukul Gior.

"Jangan bikin suasana makin buruk Tar, gue bisa jaga diri." Kali ini Tari benar-benar menjauh dari Tara, Kenan dan Adevin.


"Tari...." -Kenan

"See??"

Gior memberikan seringai kemenangannya, begitu ia sudah berhasil merangkul Tarina di sebelahnya.


Supir yang membawa mobil Gior tadi segera membukakan pintu penumpang untuk tuannya.

Untuk terakhir kalinya, sebelum cewek itu hilang tertelan pintu mobil, Tari tersenyum lebar pada tiga cowok itu.

***

Dah lah ya masuk puncak konflik😋
Gimana nih September kalian? Kalo aku sih parah, yang harusnya ini bulan terbahagia, malah jonk gegara tugas numpuk, gelaaa 😵😵

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang