33

3.2K 145 0
                                    

         "Selamat pagi,"

Tarina yang terbangun di dini hari itupun dikejutkan dengan kemunculan Gior di beranda lantai 2 villa pribadi keluarga Gior.

Tarina tidak menjawab sapaan Gior, ia masih menatap jauh ke ombak pantai di hadapannya.

Keduanya sama-sama diam untuk waktu yang lama, hingga Tarina menoleh pada Gior karena merasa begitu awkward.

"Mami kamu kapan dateng?" Tarina

"Hari ini, mungkin." tanpa menoleh, Gior mengangkat kedua bahunya sambil mencebik.

"Kamu masih belum bisa terima sama keputusan orang tua ka-"

"Keputusan mereka terserah mereka, aku gak peduli lagi, aku cuma mau ngabisin sisa waktu aku sama kamu." Gior menatap dalam mata Tarina.

"Gak lucu." Tarina membuang wajahnya.

"Aku gak ngelucu." Gior meraih dagu Tarina agar kembali melihat ke arahnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

         "Halo cantik."

Seorang wanita muda yang datang bersama seorang pria bule menghampiri Tari yang duduk di beranda lantai dua.

"Tante Sandra, apa kabar?" Tari segera membalas pelukan mami Gior.

"Baik sayang, Biel makasih banyak ya, berkat kamu, Gior bisa se-semangat sekarang, mami titip Gior ya, mami bukan orang tua yang bisa ngertiin Gior, mami harap kamu bisa nemenin hari-hari terakhir Gior." -Sandra

"Maksud tante?" -Tarina

"Mami." ralat Sandra.

"Maksud mami?" -Tarina

"Gior belum kasih tau kamu?" -Sandra

"Mi."

Baik Tarina, Sandra dan suami bulenya, secara bersamaan menoleh ke arah suara.

"Morning, sayang." Sandra mengelus lengan Gior yang berjalan mendekat.

"Mami sama daddy Jorge masuk dulu ya." -Sandra.

"Biel, mami tunggu buat sarapan bareng ya." -Sandra

Tarina mengangguk sopan pada mami Gior.

***

      "Mau kemana??" Gior menahan lengan Tarina yang hendak berjalan masuk.

"Masuk." -Tarina

"Aku mau ngomong sama kamu, Bi." -Gior

Tarina diam.

Menunggu Gior membuka mulut.

Tapi bukannya segera berbicara, Gior memilih untuk tersenyum lebar sambil menatap Tarina.

"Apasih Yor?" Tarina menepis tangan Gior yang melingkari pergelangannya.

"Aku sekarat Bi." masih dengan senyumannya, Gior membuka kancing kemeja mewahnya.

Sebuah bekas sayatan terlukis di atas dada bidang Gior, Tari membelalak sempurna ketika melihat luka itu.

Ada hasratnya ingin menanyakan bekas luka apa itu, namun bibirnya bungkam.

"Kamu gak akan ngerubah alasan kenapa kamu mau milih aku kan Bi?Bukan karena kamu kasihan sama ak-" -Gior

"Kamu nyembunyiin apa selama ini?" Tarina tidak melepas pandangannya dari bekas belahan di dada Gior.

"Seperti yang selalu kamu bilang dulu Bi, gak jauh dari rokok dan alkohol, aku kena cancer." -Gior

Tarina membungkam mulutnya sendiri.

"Ak-"

"Berapa lama Yor??" -Tarina

Gior tersenyum lebar mendengar ke-khawatiran Tarina, sambil tangannya bergerak menutup kembali kancing kemeja putihnya.

"Setelah terakhir gak ada lagi cewek yang selalu ngomelin aku, kalo aku udah mulai minum ataupun ngerokok pas banyak pikiran." -Gior

"Kenapa sih Yor, kamu gak becus ngurus diri sendiri?!" Tarina memukul pelan pundak Gior.

"Makanya aku butuh kamu di sini Bi, aku gak tau harus apa tanpa kam-" Gior terbungkam.

Tarina memeluknya erat.

"Aku benci kamu, Yor." Tarina mempererat pelukannya sambil meremas kuat kemeja Gior dan menangis.

"Aku sayang kamu juga, Biel." -Gior.

Merasa jengkel, Tarina memukuli pelan punggung Gior yang masih sempat-sempatnya bercanda, dan merasa seolah semuanya baik-baik saja.

"Kamu gak perlu khawatirin aku ya." Gior melepas pelukan pertama dari Tarina, tangannya terulur lembut menghapus air mata cewek di hadapannya.

"Udah, nanti cantiknya luntur, aku udah operasi." Gior kembali menunjuk dadanya sendiri, lebih tepatnya di atas bekas sayatan bedah nya tadi.

"Sekalipun...." -Gior

***

Hayolohhh sekalipun apaaa?
Sorry neh agu baru apdet, omaegat (sok) sibuk banget akunya belakangan ini 😌😌
Dengkiu buat yang suka sama MT3T yap




Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang