30

3.4K 155 0
                                    

        "Aku butuh kamu buat nemenin aku sampe aku mati." -Gior.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

       Sore yang indah, dengan matahari yang siap tenggelem di ufuk baratnya.

Tarina duduk di sebuah hammock yang memanjang di depan jendela lebar bangunan lantai 16 itu.

"Kamu punya kembaran lagi selain Taraga?"

Ya, dia Gior.

Ia bersandar pada bingkai jendela sambil menatap arah yang sama dengan Tari, menatap jauh ke arah langit merah di hadapan mereka.

Tari hanya berdeham sebagai jawabannya.

Lama terdiam, Gior memutuskan untuk memandang Tari yang masih hikmat menatap langit sore.

Karena risih terus dipandangi oleh Gior, Tari pun merundukkan kepalanya.

Melihat respon Tarina, Gior mengulaskan senyum limited edition nya. Dengan senyumnya yang masih tercetak, Gior mengangkat dagu Tari hingga padangan mereka bertemu.

Senyum Gior makin mengembang ketika matanya mengunci pandangan Tari yang sudah lama tak dilihatnya.

"Gak penting apa alasan aku gak nemuin kamu selama ini, atau alasan kamu gak mau dengerin penjelasan aku."

"Yang aku mau kamu tau, aku butuh kamu, Biel." -Gior.

***

        Sudah 10 jam sejak Tari di bawa pergi oleh Gior, dan Tara masih saja tidak bergeming dari kamar Tari.

Ia memikirkan banyak hal di sana.

Bagaimana keadaan kembarannya yang tengah sakit itu.

Bagaimana caranya ia bisa membawa Tari pergi dari Gior.

Bagaimana caranya ia menutupi perginya Tari dari bunda dan papanya.

Bagaimana, bagaimana, bagaimana dan bagaimana-bagaimana yang lainnya.

"Taraga...." -Tere

Taraga hanya membuka matanya, tapi ia tidak bergerak sedikitpun dari rebahannya.

"Tar, maafin gue ya, gue gak bisa nahan Tarina pergi." -Tere

"Lo udah baikan?" akhirnya Tara duduk bersilah di atas kasur Tari.

Tere hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum 'baik-baik saja'.

"Gue bakal cari cara buat bawa Tari balik."

"Lo tenang aja." -Tara

"Kaki lo gimana?" -Tere

"I'm fine." -Tara

"Kalo bunda tau soal-"

"Jangan sampe bunda tau, lo bisa bantu gue buat jaga ini jangan sampe bunda tau, 'kan?" -Tara

"Gue bakal buat perhitungan sama Gior, lo tenang aja." -Tara

"Buat tenang dikondisi kaya gini gak semudah itu, Ra." -Tere

Taraga memutar bola matanya jengah.

"Mending lo keluar deh, gue mau sendiri." Tara kembali merebahkan badannya sambil menutup mata.

Tere yang merasa bersalah segera pergi setelah sekilas ia menoleh penuh ke-iba-an pada Tara.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

         "Huwaarkkh!!!" pekik Tara.

Sebuah boneka panda kesayangan Tari melayang hingga menghempas pintu kamar yang berjarak 2 m dari kasur.

Dreeet

Satu panggilan masuk dengan nama 'Bai Semut' tertera di display ponsel Taraga.

Dengan segera ia menerima panggilan itu.

"Ri, lo gapapa kan? Lo dimana? Lo diapain sama Si Sialan?-"

"Ra, gue baik-baik aja kok, gak perlu pikirin gue, gue bisa jaga diri-"

"Jaga diri apanya, Ri??? Lo itu lagi sama Gior, dan itu bukan hal baik sama sekali." -Tara

"Soal bunda sama papa, gue yang urus." -Tari

Panggilan berakhir.

Tarina memutuskan panggilannya.

"Huh?" Taraga ternganga akan kenyataan yang baru saja didengarnya.

"Lo serius Ri? Demi apa tadi dia bilang baik-baik aja?"

Sambil menggeleng-geleng karena tidak habis pikir, Taraga menghubungi Kenan dan Adevin soal itu.

***

        Hari Senin yang memuakkan bagi Taraga.

Bahkan ini hampir ujian akhir, tapi Tarina sekarang tidak ada di sekolah.

Tanpa kabar, tanpa koordinat keberadaannya.

Taraga tengah membolos di lapangan basket indoor, ia melewatkan pelajarannya dan memilih bermain basket dengan tak tentu arah.

Kaos oblong yang dipakainya sebagai rangkap seragam putihnya sudah basah kuyup.

"Belum selesai pelampiasan lo?" -Kenan

"Gak gini Tar, cara lo nyari jalan keluar." -Adevin

"Mending kita lapor polisi aja deh, Tar." Kenan menyodorkan sebotol air mineral pada Taraga yang sudah telentang di lantai lapangan.

"Gue gak mau nyelakain Tarina dengan bikin laporan polisi." -Tara

"Kalo gitu kita harus kasih tau bunda sama bokap lo aja." -Adevin.

"Gue gak sanggup buat ngomong sama mereka, besok mereka pulang dan gue belum siap buat ngomong soal Tari." -Tara

"Tarina nelfon gue." kata Adevin seusai mengeluarkan ponselnya dari saku seragam.

***

UuwUuuuu ottoke?
Publish 2 part deh hari ini 😂😂
Jarang up, lagi seibook beibehh.

Vment.

~Chuuu😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang