34

3.2K 146 0
                                    

        "Aku udah operasi, sekalipun operasiku gagal." -Gior

"Tapi aku bisa bertahan karena aku berharap masih bisa perbaiki kesalahanku ke kamu, Bi." -Gior

"Gagal???" bisik Tarina.

"Ehem, maybe Tuhan kasih jalan ini supaya aku bisa lebih berani buat mertahanin kamu lagi." Gior

"Aku gak tau lagi Bi, buat ngehabisin sisa waktu ku buat apa, aku ngerasa gak adil ketika Taraga bisa selalu bahagia bisa bareng kamu."

"Aku iri sama Taraga, aku pengen sama kamu sampai akhirnya aku akan-"

"Stop, Gior! Jadi selama ini kegilaan kamu cuma gara-gara kamu gak tau harus ngehabisin sisa waktu kamu?" Tari berusaha menatap serius pada cowok di hadapannya.

Gior menghela nafas kemudian menunduk, merasa bersalah.

"Gak gitu caranya, Yor." Tarina menempelkan telapak tangan kanannya di pipi kiri Gior.

Dengan sendirinya dagu Gior automatis terangkat untuk kembali menatap Tarina.

"Mulai sekarang, aku akan temenin kamu ngelakuin apapun yang kamu mau." -Tarina

"Aku janji, apapun, kecuali hal-hal gila tentang hubungan gak baik kamu sama Taraga." -Tarina

"Aku seneng banget." tangan Gior bergerak melepaskan telapak Tari yang masih menempel di pipinya.

Tarina bingung dengan tingkah Gior sekarang, ia menatap tangannya yang baru saja dilepas oleh sang empunya pipi.

"Tapi, aku ngerasa gak berguna banget sekarang." -Gior

Tarina menginterupsi dengan tatapannya. Gior yang mengerti sangkalan Tari pun segera menggeleng.


"Apa kamu akan tetep kaya gini, kalo aja kamu belum tau aku sekarat sekarang?" -Gior.

"Gior!!!! Cukup Yor, gak perlu bahas apa yang gak akan pernah terjadi, aku di sini, di depan kamu, dan kamu tau seberapa lama aku nunggu kamu jelasin semuanya ke aku?"

"Sejak Velishia meninggal, sejak kamu sama Tara berantem, sejak itu aku berharap kamu ngejar aku, aku berharap kamu jelasin semuanya sama aku,"

"Tapi ternyata kamu cukup nguji kesabaran aku, dan setelah aku sudah sama kamu sekarang, kamu lagi-lagi mau ninggalin aku, Yor."

"Udah puas kamu ngeliat aku senaif ini sekarang?" akhiri Tari sambil sesenggukan.

Gior tersenyum lebar, kedua tangannya segera terulur merengkuh cewek di hadapannya.

"Aku ngerasa lebih istimewa dari apapun sekarang, thanks buat masih nyisihin ruang buat aku di hati kamu." Gior mengecup puncak kepala Tari yang tengah menenggelamkan wajahnya di dada Gior.

***

        "Ngapain sih Bi, kamu jemput Daniel di tempat les?" Gior baru saja menghentikan laju mobil sport nya di depan sebuah bangunan bernuansa hitam putih dengan lampu jingga yang menambah kesan mewahnya.

"Kamu harus sayang sama Daniel, karena mau gimana pun Daniel itu adik kamu." -Tari

"Tiri." lanjut Gior.

"Gior...." -Tari

"Iya iya, yaudah iya." Gior kemudian turun dan berlari kecil memutari mobilnya untuk membukakan pintu samping untuk Tari.

Walau sebenarnya Tarina tengah membuka pintu itu sendiri.

"Ckk, kamu mah, biar sweet dikit gitu kek." -Gior.

"Udah ah, kebanyakan drama." Tari menarik lengan jaket yang Gior kenakan.

"Gandeng kek, malah digeret, aku sekarat loh Bi." Gior memegang dadanya dengan dramatis.

"Ckk." Tarinya melepaskan jaket Gior yang tadi ditariknya dan mulai berjalan masuk ke lobi les piano itu.

"Biel, tungguin lah, ehee sorry tante berisik ya, ini pacar saya lagi ngambek." Gior segera menggandeng Tari dan menariknya menembus gerombolan ibu-ibu sosialita yang tengan menunggu anaknya keluar dari tempat les.

"Yor, lepasin ihh, malu tau diliatin orang-orang." semprot Tarinya.

"Gak marah nih tadi aku bilang pacar aku? Berarti kita sekarang pacaran ya." bisik Gior membuat Tarina mencak-mencak sambil memukuli lengan Gior.

"Kak Biel." seorang bocah bule dengan gemasnya berlari dan langsung berhamburan memeluk Tarina.

"Haii El, gimana kelasnya?" Tarina berjongkok ketika Daniel sudah melepaskan pelukannya.

"It's good, of course."

"Mommy said you come to pick me up, thank you." lanjut Daniel kali ini bukan Tarina lagi yang di peluknya, tapi Gior.

Ada sedikit denyutan di hati Gior ketika adik tirinya itu berterimakasih hanya karena ia datang untuk menjemputnya.

Tapi sesaat kemudian Gior hanya mengedikkan kedua bahunya, yang segera memperoleh pelototan dari Tari.

"Yeah, you're welcome, come on." ucap Gior kemudian meninggalkan Tarina dan Daniel, ia memimpin jalan untuk keduanya.

Tarina puas dengan hal itu, ia tersenyum pada Daniel yang sekarang terlihat begitu bahagia karena kakak tirinya yang selalu mengacuhkannya datang untuk menjemputnya.

"Ayo." Tarina menggandeng tangan mungil bocah itu kemudian berlalu.

***
Yeheeee aku update lagi
Eh, baru bisa update lagi deng🤭🤭😋😁
Gapapalah, yang penting udah up, dengkiu buat yang masih support aku sampai sejauh ini. Lav u all.

Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang