18

3.7K 190 0
                                    

          "Ya Allah gusti, den ayu!"

Mbok Sarti berlari kearah tempat tidur Tari.

Tiga pasang mata itu melihat betapa mengenaskannya keadaan Tari sekarang.

Keringat sudah membuat basah seluruh wajahnya.

Bibirnya terlihat pucat.

Badannya meringkuk hingga terlihat menyerupai bentuk O penuh.

"Duh gusti ... panas sekali." -Mbok Sarti.

"Mbok, bawa kerumah sakit aja ya Mbok, saya siapkan mobil." -Pak Mukhlis.

"Mama...." suara serak Tari makin mengisyaratkan betapa mengenaskannya kondisinya sekarang.

"Lis, Lilis!!" -Mbok Sarti

"Iya, Bu De?" Mbak Lilis terbirit masuk ke kamar Tari.

"Non Tari, kenapa?" Mbak Lilis ikut panik.

"Telfon Den Tara sekarang, bilangin den ayu demam tinggi." -Mbok Sarti.

"Iya, Bu De." -Mbak Lilis.

***

          "Lo, siapanya dia?" Tara kembali duduk demi mendengarkan tutur Lia.

"Gue sepupuan sama Gior." -Lia

Drrrt drrttt drrtt

Tara mengangkat telapak tangan kanannya sebagai tanda agar Lia menahan sebentar percakapannya.

Display ponsel Tara menampilkan nomor asisten di rumahnya.

Cowok itu berdiri untuk berjalan agak menjauh dari meja.

"Halo Mas Tara?" -Mbak Lis

"Kenapa?" -Tara

"Mas Tara sekarang ada di mana? Mbak Tari demam tinggi, ini Mbok Sarti mau bawa ke rumah sakit-"

"Gue balik sekarang."

Tara menutup panggilan dari asistennya itu dan berlari kearah pintu keluar.

Sebelum keluar, Tara menghampiri meja kasir dan meninggalkan dua lembar uang 100 ribu, tanpa mengatakan apapun.

"Tara, Taraga!!" panggil Prisilia bingung karena ditinggal begitu saja oleh Tara yang baru selesai menerima panggilan.

Prisilia berlari kecil dengan high heels nya berusaha mengejar Tara yang terlihat sudah men-starter motornya.

Belum sampai Prisilia di pintu keluar, Tara sudah lebih dulu meninggalkan halaman kafe, bersamaan dengan Kenan yang baru saja kembali dari toilet.

"Llah, Tara mau kemana?" cicit Kenan sambil mendekat ke arah Lia, ketika matanya menangkap kepergian Tara.

"Taraga mau kemana?" -Kenan

Lia menoleh dan menemukan wajah Kenan yang sama bingung dengan dirinya.

"Gak tau, tadi dia terima telfon, terus pergi, itu aja jaketnya ditinggal." Lia menunjuk meja tempat Tara makan bersama Kenan tadi.

"Oh thanks ya Li, tapi sorry nih Li, gue juga mau cabut juga." Kenan berlari mengambil jaket Tara kemudian ia juga mendekati kasir.

"Sudah dibayar sama Mas Tara, Mas Ken." -Mbak kasir.

Tanpa basa-basi lagi, Kenan langsung berlari keluar kafe dan segera pergi dengan motornya.

***

          Sambil mengemudi, Kenan mengeluarkan ponselnya yang bergetar dari saku celananya.

Ditepikanlah motornya, begitu melihat di display panggilan tertera nama Adevin.

Kenan membuka helm hitamnya dan menerima panggilan itu.

"Ken, Tara kecelakaan di deket Taman Mangidan, gue liat tadi dia kalap bawa motornya makanya gue sama Tere ngikutin-"

"Sekarang lo dimana?" potong Kenan.

"Ke RS Dieng Tinggi aja, ini gue lagi ngikutin ambulannya, Tari juga sekarang lagi dirawat di sana." -Adevin

Kenan yang hendak memasang helm sambil masih menempelkan ponselnya di telinga, jadi urung.

"Tari??!!!!" -Kenan

"Tere ditelfon sama Mbak Lis, katanya Tari demam tinggi-"

Belum usai panggilan itu, Kenan sudah mengakhirinya dan memasukkan ponselnya ke saku hoodienya lalu melesat pergi.

"Motherfu*ker!! Apaan lagi ini?" -Kenan

.
.
.
.
.
.

          "Tar, jangan dulu, nanti setelah luka lo selesai diobati aja."

Kenan mendengar suara Adevin di salah satu kamar rawat yang tadi sudah ditanyakannya pada receptionist.

"Tar, lo gapapa?" Kenan melihat Tara yang berusaha turun dari brankar nya.

"Gapapa kok, udah nanti aja vin, cuma baret gini doang."

Tara menepis tangan perawat yang hendak membersihkan luka di sikunya.

"Kursi roda, sus." Tara menunjuk kursi roda yang langsung di kerjakan oleh perawat itu.

"Biar saya aja, sus." Adevin mengambil alih kursi roda itu dari tangan si suster.

Kenan membantu Tara untuk turun dari brankar dan duduk di kursi roda.

"Bego lo! Luka segede gini dikata baret, mati aja lu baru bilang luka." umpat Kenan yang kesal karena kekeraskepalaan sahabatnya yang satu itu.

"Udah buruan ke Tarina." -Tara

Adevin mendorong kursi roda yang diduduki Tara menuju kamar rawat Tari.

***

UuuwUuuuu saha eta Gior??
Kenapa juga mau nyelakain Tari lewat Lia?
Lia anak manusia mana sih sebenernya?
Tere gimana tuh ngurusin dua kembarannya?
Telfon bunda Wina sama papa Abraham gak ya??

Stay tuned💕💕.

Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang