26

3.2K 158 3
                                    

          "Mbak Tari, jangan mbak, mbak harus istirahat." -Mbak Lis.

"Mbak Lis! Teresa dalam masalah, dan itu karena Tari."

Tari berjalan cepat menuju halaman rumah sakit.

Pak Mukhlis dan Mbak Lis, sama-sama hanya mengekor dibelakangnya, pihak rumah sakit juga sudah tidak berniat mencegah Tari.

Sebelumnya, cewek dengan setelan baju rawat itu sempat mengancam akan melepaskan infus yang masih tertancap di pergelangannya.

"Mbak, Mas Tara sama yang lain lagi cari Mbak Tere, ini semua bukan kesalahan Mbak Tari." -Pak Mukhlis.

Tari memilih untuk tidak menanggapi ucapan pekerjanya itu, ia malah menghentikan sebuah taxi. Pak Mukhlis dan Mbak Lis hanya menatap Tari yang masuk ke dalam taxi tanpa banyak komentar.

"Mbak Tari!!" Mbak Lis berteriak tertahan ketika sebuah kantung infus beserta selangnya terlempar keluar lewat jendela taxi yang mulai berjalan itu.

"Pak Mukhlis kejar taxinya!" perintah Mbak Lis ikut berlari menuju mobil.

***

         "Pak, tolong cepet ke alamat ini ya." Tari menunjukkan layar ponselnya, sembari di tariknya selang infus dari pergelangannya.

Prisilia
Jl. Tanah Air, Emerald citytown, 32.

"Iya, dek." -supir.

"Mbak Tari!!" jeda satu detik setelah mobil berjalan, teriakan Mbak Lis sampai ke telinga Tari begitu ia membuang infusnya ke luar mobil.

"Loh dek kok infusnya dibuang??" -supir

"Saya gak sakit, pak." -Tari

"Lebih cepet lagi ya, pak." -Tari

Di tengah perjalanan, ponsel Tari tidak ada hentinya berdering.

Secara berulang-ulang nama Taraga, Kenan, Adevin, dan Mbak Lis muncul ditampilan ponselnya.

Tari menonaktivkan ponselnya, ia memilih menyandarkan badannya yang terasa gemetar.

"Pak masih jauh ya?" -Tari.

"Sudah deket dek, tapi ini macet." -supir.

"Jalan pintas ada gak, pak?" Tari

"Kalo mobil gak bisa lewat dek." -supir.

"Yaudah saya turun di sini pak." Tari seger turun di antara kemacetan.

***

          "SEKARANG YANG PENGECUT DI SINI SIAPA??!!"

Teresa hanya bisa mengerjab ketika ia dibentak tepat di depan wajahnya.

Air mata tiada hentinya luruh bersamaan dengan isak.

"Lo siapa sih, hikss, hikssss, gue minta maaf kalo gue punya salah, tapi please lepasin gue." rengek Tere.

Klikk

Setelah berjam-jam Tere hanya melihat gelap, akhirnya ia bisa melihat nyala ruangan yang kosong melompong itu.

Tere masih mengerjab berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya lampu ruangan itu.

Seorang cowok baru saja membuka kacamata hitamnya.

Mata elangnya menambah kesan serius dengan tatapan yang langsung jatuh di kedua mata Tere.

"Kamu gak tau kan semenderita apa aku setelah kamu tinggalin aku gitu aja??"

Cowok itu mencengkram kuat dagu Tere.

"Awwwrh." pekik Tere yang merasa terbungkam dengan cengkraman cowok itu.

"Kamu gak pernah mau dengerin aku, aku mau jelasin semuanya, tapi kamu malah menghindar,"

"Kamu tau gak?!!! Aku menderita sendiri selama ini-"

"Lleppaaasin dulu!!" akhirnya Tere bisa terbebas dari cengkraman cowok itu.

"Lo siapa sih?! Sumpah gue gak tau masalah lo sama gue ap-"

Plakkk

Sebuah tato merah berbentuk tangan langsung terjiplak di pipi mulus Tere.

Sekali lagi segaris air mata mencoreng wajah cantik yang penuh keringat itu.

"Lo siapa sih!!"

Plakkk

Dan satu tamparan lagi mendarat di pipi Tere yang lain.

"Lo gak usah sok bego, Biel-!!"

"Gue bukan Tarina!!!!!!" potong Tere begitu ia mengerti akan kondisi itu.

"Hahaha, ternyata sekarang kamu udah pinter ngayal ya, terus kalo bukan Tari, siapa? Taraga pake wig??"

Tawa cowok itu pecah seketika.

"Sumpah gue bukan Tari ... hiksssss," Tere hanya bisa menangis pasrah.

Cowok yang tadinya menunduk penuh todong itu, sekarang bertelu dengan tatapan sayunya di hadapan Tere.

"Aku cuma mau kamu tau, Biel, bukan aku yang ganggu Velishia, dia yang datengin aku-"

Bruuakkkkkk

***

Ehhh, loh, ketebak gak siapa yang kesetanan itu? Ketebak lah ya pasti😂😂.
Yang dobrak pintunya siapa hayooo..
Stay tuned

Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang