52

2.9K 127 0
                                    

        "Lo Lia kan? Prisilia?"

Kenan menunjuk cewek yang duduk di meja belakangnya.

"Maaf mbak." pramusaji itu bergegas mendekati Tarina dan dengan begitu merendahnya ia membungkuk penuh maaf sambil meraih tisu.

"Gak apa-apa kok mbak, saya bisa beresin di toilet aja." Tarina berdiri dan segera meninggalkan mejanya.

Dalam sekejap, kafe yang kebetulan tengah sepi pengunjung itu dihampiri seruan dari manager kafe yang menegur pramusajinya.

"Bukan salah mbak itu, pak." sela Tere

"Lo apa-apaan sih!!!"

Sekarang giliran Tere yang memekik tak terima.

"What?" Lia mengangkat kedua alis nya seolah tidak terjadi apapun.

"Wah beneran gila nih cewek, idup lu belum pernah dikarma Tuhan ya?!" Tere yang tadi hanya berdiri di tempat sekarang beranjak ke tempat Prisilia duduk.

"Lo ngomong sama gue, Tar?" -Lia

"Lo pikir gue gak ngeliat kaki sialan lo itu yang bikin pramusaji tadi numpahin jus nya ke Tarina?!!!"

"Sayang, udah, jangan teriak-teriak." tenangkan Adevin.

"Gimana gak teriak-teriak?!" sekarang malah Adevin kena semprotan Teresa.

Teresa menepis tangan Adevin yang berusaha merangkulnya.

"Gue Teresa kembarannya Tarina, puas lo?!" Teresa berada di posisi siap menjambak rambut Prisila kapanpun.

Adevin tetap menahan pacarnya agar tidak berbuat lebih.

"Ohohhh, hahhaaa, iya lupa, lo kembarannya ya, kok gue bisa lupa sih-"

"Lo mau apaan lagi dari gue?" pertanyaan dengan nada tanpa minat itu terlontar dari satu-satunya orang yang sama sekali tidak tertarik untuk membuang tenaganya untuk berdiri.

"Tar ... Tar...." Adevin juga tengah  berusaha menengkan sahabatnya itu agar tidak kalap di sana.

"Belum cukup dengan kematian Velishia? Belum puas lo ngehancurin persahabatan gue sama Gior? Lo lupa udah ngehasut Gior buat nyulik kembaran gue? Gior pergi juga karena lo! Lo pikir gue bego?!"

"Emang kamu punya bukti apa sih Tar, sampe tega nuduh aku kaya gini?" tatapan Lia yang tadinya sinis seketika berubah teduh ketika bercakap dengan Taraga.

"Lo mau bukti? Kalo gitu gue mau ketemu lo di-"

"Oke, aku yang tentuin tempatnya-" potong Lia

"Pengadilan, besok lusa, dan gue kasih semua buktinya!" penggal Taraga atas potongan Lia terhadap ucapannya.

Taraga kembali duduk tanpa banyak bicara lagi.

"Security!!!" seru manajer kafe.

"Segera bereskan, dan cepat ganti pesanan yang tadi." lanjutnya sebelum meninggalkan kerumunan remaja yang beradu emosi itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

         "Udah gue duga itu Lia, pantes aja tadi langsung duduk di meja situ, padahal tempatnya lagi sepi banget."

"Punya berapa antek-antek sih tu anak, seniat itu dia sampe-sampe tau kalo Tara bakal dateng ke sini?" gumam Tari yang tengah membersihkan seragamnya yang terkena noda jus.

"Ini kali ya yang orang-orang bilang cinta itu buta??" Tari sudah muak membersihkan noda di seragamnya, ia membuang gumpalan tisu yang habis dipakainya ke tong sampah lalu keluar dari toilet.

Membiarkan baju seragamnya masih basah dengan sisa noda jus yang belum sepenuhnya hilang.

"Sementara kamu pake jas aku dulu ya, aku cari baju ganti bentar, kamu tunggu di sini."

Tarina hanya bisa mengerjab berkali-kali. Karena begitu ia keluar dari toilet, Kenan sudah menunggunya di luar.

Kenan menggenggam kedua tangan Tarina sekaligus memberikan jas nya.

Dan dengan sekali tarikan nafas ia berceloteh kemudian berlari meninggalkan Tarina.

"Kamu? Aku?" gumam Tarina memandangi jas Kenan yang sekarang di genggamnya.

***

Syattttt dah dah dahhh
Dengkiu udah baca🧡






Chuuu~😘

My Twins ~ 3T [COMPLETE] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang