BF - 8

392 72 8
                                    

Sohyun memasuki apartemennya dengan langkah lesu. Setelah tiga hari ikut tur penulis bersama Minah, bukan hanya tubuhnya yang lelah, tapi juga hatinya. Tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata bagaimana perasaan gadis itu karena terlihat jelas dari wajahnya. Gadis itu lalu cukup tertegun ketika melihat sepasang sepatu pria berada di dekat rak sepatunya.

"Oppa?" panggil Sohyun seketika setelah menyadari bentuk sepatunya.

"Eoh, Sohyun­-ah!" jawab seorang pria dari dalam.

Sohyun tersenyum lebar. Dengan cepat ia berlari ke dalam rumah dan menemukan sang kakak laki-laki tengah membereskan beberapa bahan makanan di dalam kulkas.

"Seojun Oppa!" seru Sohyun girang, dengan cepat ia berlari dan memeluk pria itu.

"Aigoo... adikku. Kau tambah kurus saja. Apa kabarmu, hm?" tanya Seojun tersenyum sembari membalas pelukkan adiknya.

"Ini semua salahmu!" seru Sohyun dengan wajah kesal dan menjauhkan tubuhnya dari Seojun, "Kenapa baru sekarang kau menemuiku, eoh?! Sebegitu sibuknya?!"

"Hei, maafkan aku. Kemarin-kemarin aku juga ingin ke sini. Siapa tahu ternyata ada banyak berita yang harus ditulis. Itu sangat lelah tahu... apalagi aku tidak bisa melihatmu, adikku yang cantik dan cerewet!" ujar Seojun sembari mencubit pipi Sohyun.

"Ah, sakit!" jawab Sohyun. Namun ia tetap saja tersenyum senang. Kedatangan kakaknya sangat tepat waktu dengan suasana hatinya yang buruk.

"Oppa membawakan bahan makanan untukmu, titipan dari ibu. Yaa... lihatlah. Kau ini seorang gadis tapi di kulkasmu tidak ada apa-apa. Dan apa ini? Kau menyimpan banyak ramyeon, eoh?!" ujar Seojun bicara panjang lebar sambil mengecek setiap sudut dapur Sohyun.

Sohyun tersenyum miris sembari menghela nafas. Satu-satunya hal yang tidak ia sukai dari kakak laki-lakinya adalah maniak kesehatan. Pria itu sangat suka makan sayur, dan juga melarang Sohyun untuk makan makanan cepat saji. Sohyun sendiri tidak terlalu menyukai sayur, sehingga kakaknya itu bisa bicara panjang lebar karena hal itu.

"Kau harus makan banyak sayur dan jangan pilih-pilih makanan," ujar Seojun mengakhiri ceramah panjangnya yang tidak Sohyun dengarkan tadi, "Kau dengar apa kataku?"

"Iya-iya. Aku dengar," jawab Sohyun mengerucutkan bibirnya.

Pria itu mendengus lalu tersenyum, "Oppa akan memasak untukmu. Sambil menunggu makanan siap, kau bisa membaca novel kesukaanmu yang aku belikan."

Mata Sohyun membesar dalam sekejap, "Benarkah?! Oppa membelikannya?!"

Seojun mengangguk, "Ada di atas meja."

Sohyun berteriak kencang karena girang dan berlari cepat ke meja utama di dekat televisi, membuka kantung plastik berisi buku-buku novel terbaru yang sedang best seller. Mata Sohyun semakin bersinar ketika melihat salah satu buku yang ditulis oleh penulis klub Moody, Namjoon.

"Oppa, Saranghae!" seru Sohyun dari ruang tengah ke arah dapur. Sementara Seojun hanya tersenyum melihat adiknya senang.

"Ah, karena Oppa akan masak, bagaimana jika kau undang Sehun kemari? Sudah lama tidak bertemu dengannya," ujar Seojun.

"Benar juga!" ujar Sohyun, "Baiklah. Aku menghubungi Sehun dulu."

***

"Sehun,"

Pria itu sedikit terkejut ketika mendengar suara lembut nan khas dari seorang Bae Irene. Gadis itu menghampirinya ketika mereka baru saja selesai latihan.

Best Friend ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang