Chap 02

1.2K 104 1
                                    

"Saga, lebih baik kamu pulang dan beristirahat. Kalau besok kondisi mu masih kurang sehat, jangan paksakan dirimu untuk bekerja. Kau mengerti kan Saga." Ujar pemilik cafe, Bapak Subastian sambil mengambilkan ku segelas air putih.

Sambil menerima air tersebut, aku berkata. "Maafkan saya pak, karna sudah membuat anda khawatir. Saya akan segera pulang dan beristirahat di rumah. Terima kasih banyak pak atas perhatiannya."

Pak Subastian pun berlalu, dan aku bergegas pulang ke rumah. Aku terkejut melihat siapa yang sedang berdiri di samping caffe. Yaa itu si pelanggan yang terus menerus menatapku.

'Kenapa dia berdiri saja disana? Apa yang harus ku lakukan? Menyapanya atau mengabaikannya?' Aku bertanya tanya pada hatiku sambil melangkah pelan mendekatinya.

"Akhirnya kau datang juga Saga, aku sudah menunggumu." Ujar si pelanggan itu yang tersenyum padaku.

"Terima kasih banyak kak karna sudah datang di caffe ini setiap hari dan menjadi pelanggan setia kami. Kalau boleh tau, ada keperluan apa kakak menunggu ku disini? Dan dari mana kakak tau nama saya?" Tanya ku dengan wajah yang menunduk ke bawah, jujur aku tidak berani menatapnya dari jarak sedekat ini.

"Hahaha kamu ini lucu ya. Aku sudah sering datang dan melihat name tag mu, sudah pasti aku tahu nama mu tanpa kamu beri tahu. Tadi aku melihat mu seperti ingin pingsan, apa kamu baik baik saja?" Tanya nya kembali sambil merangkulku dan kita berjalan ke arah stasiun.

'Ya ampun kenapa aku begitu bodoh, sudah pasti lah dia tau nama ku dari name tag.' Ujarku dalam hati.

"Aku baik baik saja kak, maaf sudah membuat mu khawatir." Jawabku dengan mengangkat kepalaku, mencoba memberanikan diri untuk melihat wajahnya dari dekat.

Secara bersamaan tangan kakak pelanggan ini menempelkan ke dahi ku, seakan memastikan apakah aku sedang demam atau tidak.

"Syukurlah kamu tidak demam." Ujarnya dengan tersenyum.

'Senyumnya sangat manis, ya ampun dia terlihat sangat perfect. Apakah mungkin aku akan jatuh cinta dengan orang ini?
Mungkinkah dia yang selama ini aku cari, sebagai penawar rasa sakit yang aku alami selama 2 tahun ini.' Monolog ku dalam hati.

"Oh ya aku belum memperkenalkan diri, nama ku Nao. Untuk memastikan kamu tidak kenapa kenapa di jalan, aku akan mengantarmu sampai rumah. Boleh kan, Saga?"

Aku hanya menganggukan kepala ku dan terus menundukkan wajahku, entah kenapa aku tidak berani untuk menatap wajahnya terlalu lama. Aku pun terus berkata kata dalam hati, bicara dengan diriku sendiri.

'Mungkinkah karna tadi aku berfantasi dengannya, dan membuat aku merasa tidak berani untuk menatap wajahnya? Bagaimana kalau tiba tiba... aah gawat, apa yang baru saja aku khawatirkan sekarang terjadi. Adikku kenapa jadi mengeras lagi? Bagaimana kalau dia menyadari nya?'

Aku terus berusaha menenangkan diri ku agar Nao tidak menyadarinya, dan juga sebentar lagi sampai di rumah.

"Sssrr... jedar.. sssrr" terdengar suara hujan dan petir. Saat ini kita sedang berlari dari stasiun menuju rumahku.

Dan sesampainya di rumah...

"Hujan yang tiba tiba ya Saga, tidak ku sangka akan turun hujan. Bolehkan aku menumpang mandi dan meminjam baju mu sampai baju ku nanti kering?" Tanya Nao, dengan tubuhnya yang basah kuyup membuatnya terlihat begitu sexy.

"Silahkan saja dan anggap rumah sendiri." Jawabku sambil mengantarkan Nao ke kamar mandi.

'Gawat aku benar benar ereksi, tubuhnya yang basah tadi tidak bisa ku lupakan. Rasanya aku ingin memeluk dan menyentuhnya. Tapi itu tidak mungkin. Kalau di pikir pikir kenapa Nao begitu baik padaku? Padahal kita tidak saling kenal.
Tidak tidak tidak, aku tidak boleh berpikiran buruk terhadap orang yang sudah baik terhadapku.' Ujarku dalam hati.

Nao keluar dari kamar mandi, mengenakan kaos yang ku pinjamkan dan celana pendek.

"Maaf Nao aku tidak punya baju yang lebih besar lagi, sepertinya kaos ku sangat sempit dan tidak nyaman kau kenakan." Ujarku sambil menatapi tubuhnya yang mengenakan kaos sempit membuat bentuk tubuhnya tergambar jelas.

Di bandingkan dengan tubuh Nao, tubuhku tidak ada apa apanya. Selain badan yang kurus, tinggi ku juga sangat standar umumnya laki laki, mungkin.

"Tidak masalah, lagi pula aku hanya sebentar mengenakannya." Dan Nao duduk sangat dekat di sebelahku.

"Dug dug dug.." terdengar suara jantungku yang berdegub.

"Nao kau terlalu dekat, bisakah kau geser sedikit."

"Bukannya begini lebih baik Saga? Diluar hujan dan cuacanya cukup dingin, kurasa berdekatan seperti ini bisa menghangatkan tubuh kita." Tanpa berpikir panjang, Nao langsung merangkulku.

Dengan sedikit gemetar aku berkata, "N.. Nao. Apa yang kau lakukan? Bisakah kau melepasku?"

"Bukan kah sudah ku bilang, ini untuk menghangatkan tubuh kita. Dan juga kau sangat menggodaku Saga."

Sambil mencium kepalaku, badanku yang tertahan dengan rangkulan sebelah tangannya, dan juga tiba tiba tangan yang satunya lagi...

"Na..o ta.. tanganmu Nao, perhatikan apa yang sedang kau sentuh?" Ujarku panik dan Nao tersenyum kecil.

Love Comes and Goes (21+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang