Chap 28

467 52 0
                                    

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Tentu saja kau dapat mempercayaiku." Ucap Nao.

"Boleh ku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja."

"Apa dulu kau pernah menyukai Kay?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Aku hanya ingin tahu saja. Kay sangat menawan bukan? Dia juga memiliki warna rambut yang sama denganku, tapi matanya memiliki warna yang sama denganmu, hitam. Kulitnya putih tapi tidak pucat sepertiku, selain itu tinggi kalian hampir sama. Hmm ku rasa tinggi Kay 185 cm, berbeda 5 cm darimu. Sedangkan aku hanya 170 cm. Tubuhnya juga bagus tidak kurus sepertiku, dia juga orang yang menyenangkan bukan, sangat berbeda dengan ku."

"Bisakah kau hentikan ini?"

"Lalu jawabanmu apa?"

Nao tidak menjawab pertanyaanku, dia berdiri mengambil pakaiannya lalu berkata, "Aku mandi dulu."

"Apa semalam kau bertemu dengannya? Apa itu menyenangkan?"

"Semalam aku hanya keluar sebentar untuk mencari angin dan kembali kesini." Ujar Nao tanpa melihatku.

"Ku rasa aku akan mempercayaimu. Nao, apa kau benar benar sudah berubah? Maksudku, apa kau sudah berhenti dari kebiasaan burukmu untuk tidak mempermainkan perasaan orang lain lagi?"

"Bukankah aku pernah mengatakannya."

"Aku hanya ingin memastikannya. Nao, aku mencintaimu. Dan terima kasih karna telah mencintaiku, aku sungguh merasa bahagia."

"Hemm."

"Apa kau sudah memenuhi syaratku yang kemarin?"

"Syarat?"

"Iya, untuk memblokir semua kontak Kay dan tidak bertemu dengannya lagi. Kau tahu, firasat burukku tidak juga hilang. Kalau kau tidak melakukannya aku merasa.."

"Kau tenang saja."

"Nao."

"Apa masih ada lagi?"

"Aku mencintai mu."

Sambil berjalan meninggalkan ku, Nao berkata, "Aku juga mencintaimu."

Seminggu telah berlalu, tapi aku tidak juga bisa kembali seperti biasanya. Aku lebih sering mengutarakan perasaanku, tersenyum lebar untuk berbagai hal dan lebih banyak terdiam. Rasa sakit ini, sulit sekali untuk ku hilangkan. Terlebih lagi ketika aku melihat ponsel Nao di saat dia tidur, dan ternyata dia masih menyimpan kontak Kay.

Aku melihat isi pesannya, Nao nampak bahagia sekali dengan obrolannya bersama Kay. Mungkin itu salah satu penyebab Nao mengurangi perhatiannya padaku, bahkan waktu bersamaku juga berkurang.

"Apakah aku akan kembali terluka akan cinta?" Gumamku.

"Kenapa kau tiba tiba berkata seperti itu? Apa kau bertengkar lagi dengan Nao?" Tanya Rin yang sedang menemani ku pergi berbelanja.

"Aah tidak tidak. Kami tidak lagi bertengkar."

"Lalu kenapa kau pergi berbelanja denganku, kalau kalian juga datang ke tempat ini?"

"Apa maksudmu?"

"Lihat itu, bukankah itu Nao? Tapi siapa yang di sampingnya itu? Bukankah tadi kau bilang Nao ada urusan makanya kau memintaku menemani mu berbelanja."

"I..itu Kay."

"Kay siapa dia?"

"Dia temannya Nao."

"Apa perlu kita menghampirinya?"

"Lebih baik kita tidak usah menganggunya."

"Ya baiklah, ayo kita pergi."

Disaat itu, aku melihat Nao begitu bahagia bersama Kay.

Aku terlalu sering melamun saat ini mengingat hal siang tadi, membuat pekerjaanku berantakan.

"Apa kau baik baik saja?" Tanya teman kerjaku bernama Rio.

"Aku baik baik saja." Jawabku dengan tersenyum.

"Saga, itu temanmu menunggu." Ujar Rio yang menunjuk ke arah meja yang berada di ujung dekat kaca. Lalu aku berjalan menghampirinya dengan membawa segelas ice cappucino.

"Nao, ini untukmu."

"Terima kasih. Aku akan menunggu mu sampai jam kerjamu usai."

"Baiklah. Aku akan kembali bekerja." Ujarku dengan tersenyum dan kembali bekerja.

Jam kerjaku telah usai, Nao menunggu ku di luar. Lalu aku berlari menghampirinya, dan berteriak memanggilnya dengan penuh semangat, "Nao Nao."

"Tidak perlu berlari seperti itu."

"Kalau aku tidak berlari, aku takut kau akan pergi meninggalkan ku."

"Bicara apa kau? Jelas jelas aku sedang menunggu mu. Ayo kita pulang, aku akan memasak makanan kesukaanmu."

"Benarkah? Nao aku sayang padamu." Ujarku sambil memeluknya.

Sesampainya di rumah, Nao segera memasak untukku. Aku memeluknya dari belakang dan ku cium lehernya. Lalu Nao berkata, "Kau jangan meninggalkan tanda disitu seperti sebelumnya, karna aku tidak bisa melihatnya."

"Nao kau tahu kan selama ini aku tidak pernah meninggalkan tanda. Apa kau tahu kenapa?"

"Aku tidak tahu kenapa, tapi kemarin pertama kalinya kau melakukan itu. Aku merasa senang, apa aku aneh? Haha."

"Tanda itu sudah ada di saat kita melakukannya, dan Nao, meski aku mencoba meninggalkan tanda ditubuh mu, aku tidak pernah bisa melakukannya."

"Kenapa?"

"Karna aku tidak tahu bagaimana caranya. Jadi tanda yang kemarin itu, dengan siapa kau melakukannya?" Tanyaku yang masih memeluk erat Nao.

"Be..benarkah? Hem mungkin aku di gigit serangga."

"Izhets."

"Lagi lagi kau menggunakan bahasa Rusia."

"Memangnya apa yang sudah dia lakukan padamu?" Ujar Yukio yang datang secara tiba tiba.

Saga pov end

Love Comes and Goes (21+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang