Chap 39

526 40 0
                                    

"Aah hmmp.. Hen..tikan Na..o." Ujar Saga dengan mata yang meram melek. Nao yang melihat Saga seperti itu, ia tersenyum dan memainkan putingnya Saga. "Haa ump Na..o aah ku mohon ngk hentikan." Lanjut Saga.

"Baiklah aku hentikan." Ujar Nao yang masih tersenyum kepadanya.

Saga sangat kaget, karna tidak biasanya Nao berhenti seperti ini.

"Kenapa kau melamun? Apa kau ingin aku melanjutkannya?"

"Ti..tidak, aku hanya merasa aneh karna kau tiba tiba berhenti melakukannya."

"Kau yang memintanya kan."

"Biasanya juga kau tidak pernah mendengarnya."

"Oh jadi sebenarnya kau tidak ingin aku berhenti." Ujar Nao sambil mencium bibir Saga.

"Nghk hmmp... ump eeump."

"Bu..bukan begitu. Sudah lupakan saja."

"Apa kami mengganggu kalian?" Ujar Yukio yang masuk ke ruangan Saga bersama dengan Rin.

"Tidak sama sekali." Ujar Saga dengan tersenyum.

"Karna kalian sudah ada disini, aku pulang dulu." Ujar Nao sambil bersiap siap untuk pulang.

"Kenapa buru buru?" Tanya Rin.

"Aku lelah, ingin tidur. Gara gara seseorang aku jadi tidak bisa tidur. Sampai ketemu nanti." Ujar Nao yang tersenyum menyindir ke arah Saga.

"Memangnya apa yang terjadi?" Tanya Yukio ke pada Saga.

"Hanya bermimpi buruk. Yukio, aku ingin bertanya padamu."

"Apa? Tanyakan saja."

"Tentang Nao."

"Kalau itu terserah kamu saja."

"Kalau menurutku tidak masalah memberinya kesempatan lagi." Ujar Rin yang menyambar pembicaran kami.

"Aku tidak bertanya padamu." Ucap Saga dengan sinis.

"Jahatnya. Padahal disini aku bukan patung." Ujar Rin dengan merenggutkan wajahnya.

Waktu berlalu, sudah dua minggu telah berlalu sejak saat itu. Saga sudah berada di rumah, perban di pipi kanannya sudah di lepas. Tapi meninggalkan goresan yang tidak akan pernah hilang. Sementara jahitan di perutnya, sudah tidak menjadi suatu masalah lagi. Hanya saja Saga masih belum di perbolehkan untuk melakukan kegiatan yang berat berat.

Bahkan di tempat kerja Saga pun, ia hanya menjadi seorang kasir. Membuat coffe atau pun membersihkan caffe, masih di larang oleh pak Subastian. Pekerjaan di rumahnya pun, terkadang di lakukan oleh Yukio atau pun Nao.

"Sangat membosankan." Keluh Saga yang sedang bersantai di rumah sambil menonton dvd yang di bawakan oleh Nao.

"Menurutku film ini tidak membosankan." Ujar Nao.

"Aah bukan, tapi keseharianku. Sudah dua minggu berlalu, tapi kenapa aku masih dilarang ini dan itu. Padahal aku sudah tidak apa apa."

"Setelah sebulan kau boleh melakukan apa pun yang kau mau."

"Terlalu lama. Dan apa apaan ini film, kenapa ada adegan seperti itu." Ujar Saga sambil menatap Nao, dan kembali berkata, "Dasar kau benar benar mesum."

"Hahaha aku sengaja, siapa tahu setelah menonton ini kau akan terangsang. Dan kau memintaku untuk melakukannya juga."

"Jangan harap."

"Ayolah, sudah lama kita tidak melakukannya. Aku sudah sangat bersabar menunggu."

"Bahkan setahun lamanya kau tidak seks, itu tidak akan membuatmu mati." Ujar Saga dengan sinis.

"Kejamnya."

"Terima kasih."

Nao terus menatap Saga tanpa henti dan membuatnya jadi salah tingkah.

"A..apa? Ada sesuatu di wajahku?"

"Tidak ada."

"Lalu kenapa kau terus menatapku seperti itu?"

"Kau imut sekali, aku semakin menyukai mu." Perkataan Nao membuat wajah Saga merah benderang karna malu. "Aku sungguh tidak sanggup lagi buat menahannya." Lanjut Nao.

Nao mendorong tubuh Saga hingga telentang di sofa, ia berada di atas Saga dan mulai mencium lembut dahi dan kedua pipinya. Kemudian Nao membelai pipi Saga yang ada bekas goresannya, dan menatap dengan sedih.

"Apa ini menyakitkan?" Tanya Nao.

"Sudah tidak lagi."

"Tapi setiap kali kau melihatnya, kau pasti akan teringat kejadian itu. Pasti terasa sakit kan?"

"Iya itu karna aku belum dapat melupakannya."

"Maaf karna salahku, kau harus alami ini semua." Ujar Nao sambil memeluk erat Saga.

"Sudahlah, itu sudah berlalu dan aku juga tidak menyalahkanmu. Ku rasa tidak butuh waktu lama, aku bisa melupakannya. Kau tenang saja." Ucap Saga sambil membelai rambutnya Nao. Kemudian Nao menjilati daun telinga Saga, ia mencoba mendorongnya tapi terasa sulit bagi Saga.

"Aah hah hmmp aaah.. eump Na..o.."
Ia terus menjilati pinggiran telinga Saga hingga bagian dalamnya. Setelah puas, Nao beralih ke leher jenjang Saga.
Ia jilat dan cium hingga tubuh Saga terasa lemas, Nao mengangkat baju Saga sampai ke leher. Satu tangannya menggerayangi tubuh depan Saga hingga berakhir di putingnya, sementara tangan satunya lagi untuk menopang tubuhnya. Dengan satu tangan, Nao menyentuh ke dua puting Saga. Yang satu dengan jempolnya, satu lagi dengan kelingkingnya. Lalu Nao menggerakkan jarinya naik dan turun.

"Eumpp aah ngk haa haa aah ah hmmp aah mmp mmp aaah.." Saga terus berdesah seakan tak mampu berkata kata.

'Kenapa terasa begitu nikmat?' Tanya Saga dalam hati sambil menggerak gerakan kedua kakinya.

"Apa ini nikmat?" Tanya Nao dan Saga hanya menganggukan kepalanya. "Seperti dugaanku. Semakin lama aku bermain di lehermu, kau semakin tak berdaya. Tubuhmu memang sensitif tapi, lehermu jauh lebih sensitif. Lihat, dari tadi kakimu tidak bisa diam. Kau ingin aku menyentuhnya bukan?" Ujar Nao kembali sambil tersenyum pada Saga.

Lagi lagi wajah Saga memerah, dengan memalingkan muka Saga berkata, "Berisik kau."

Love Comes and Goes (21+ / Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang